tanggapan terhadap frustrasi, tetapi merupakan pengalihan ke bentuk lebih tertutup dan lebih halus. Orang yang biasa menampilkan bentuk
agresi tak langsung semacam ini disebut orang yang mempunyai kepribadian agresif-pasif.
5. Katarsis Perasaan marah dapat dikurangi melalui pengungkapan agresi.
Katarsis adalah bila orang merasa agresif, tindakan agresi yang dilakukannya akan mengurangi intensitas perasaannya. Teori katarsis
versi Freud mengandaikan bahwa kita selalu mempunyai cadangan energi naluriah di dalam diri kita. Tidak peduli bagaimana situasinya,
kita mempunyai jumlah agresifitas tertentu yang harus kita keluarkan dari diri kita. Yang menjadi masalah pada pandangan ini adalah
prediksi bahwa perilaku agresif akan selalu mengurangi rasa marah, karena cadangan energi itu selalu ada. Padahal perilaku agresif
meningkatkan agresivitas pada orang yang tidak marah; mereka menambah energi dan tidak mengeluarkannya. Versi yang lain muncul
dari hipotesis agresi-frustrasi yang berasumsi bahwa dorongan agresif tidak bersifat naluriah, tetapi dibangkitan oleh faktor situasional seperti
frustrasi dan serangan. Berhubung dalam teori ini tidak ada cadangan energi agresif yang menetap, katarsis hanya akan mengurangi
agresivitas pada orang yang energinya bertambah karena mengalami frustrasi atau serangan.
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa perilaku agresif menurunkan rasa marah. Dan penelitian berikutnya menyimpulkan
bahwa katarsis dapat mereduksi agresi hanya jika orang yang marah telah mengekspresikan rasa marahnya secara langsung pada orang
yang menyebabkan frustrasi. Namun, bila katarsis digunakan untuk mengurangi agresi akan menyebabkan sejumlah efek samping yang
tidak diinginkan, seperti akan memunculkan kemungkinan timbulnya ketidakmampuan untuk menahan diri. Atau dengan kata lain,
pengungkapan agresi bisa menimbulkan agresi yang lebih hebat. Resiko lain adalah bahwa dalam suatu keurutan perilaku tertentu,
tampaknya agresi cenderung meningkat dan tidak menurun. Katarsis hanya mengurangi agresi bila ada perubahan tindakan, perubahan pada
korban, atau beberapa perubahan umum. Bila agresi yang diekspresikan secara tidak langsung ini benar-
benar dapat mengkatarsis energi agresif, perilaku agresif akan dapat dikurangi tanpa menimbulkan efek sampingan yang negatif. Agresi
fantasi juga bukan merupakan cara yang benar-benar dapat diandalkan untuk mereduksi agresivitas. Freud berpendapat bahwa humor
permusuhan dapat berfungsi sebagai mekanisme tak langsung untuk melepaskan energi agresi. Teori katarsis mempredikasi bahwa subjek
yang marah akan menunjukkan agresi yang agak kurang setelah diberi lelucon permusuhan daripada setelah diberi lelucon bukan
permusuhan, karena lelucon permusuhan membantu menyalurkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
amarah mereka. Di samping itu juga diperoleh bukti bahwa cara-cara pengungkapan agresi selain tindakan fisik dapat menghasilkan katarsis,
misalnya agresi yang dialihkan, agresi yang seolah-olah dilakukan sendiri, dan agresi verbal dan bukan agresi fisik.
Dalam peristiwa apa pun, katarsis hanya dapat diandalkan untuk mereduksi ekspresi agresi jika orang tersebut marah, dapat
mengekspresikan agresi dengan cara yang agak langsung serta dapat mengekspresikan agresi terhadap orang yang dianggap bertanggung
jawab atas rasa marahnya penyerang, pengganggu atau penyebab frustrasi.
B. Pernikahan Akibat Hamil Di Luar Nikah
UU No. 1 tahun 1974 pasal 1 menuliskan bahwa pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke-Tuhanan yang Maha Esa. Pernikahan mempunyai
maksud agar suami dan istri dapat membentuk keluarga yang kekal dan bahagia, dan sesuai dengan hak azasi manusia. Gunarsa 2002 menyatakan
bahwa pernikahan merupakan penyatuan di antara dua orang menjadi satu kesatuan yang saling berdampingan dan membutuhkan dukungan, saling
melayani dan kesemuanya itu diwujudkan dalam hidup berbagi share living. Pernikahan juga merupakan sebuah ikatan yang bersifat menetap antara
pasangan yang sah dan perlu diarahkan untuk menciptakan kesejahteraan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rasa aman dalam keluarga. Pernikahan dikatakan sah apabila pernikahan itu dilakukan menurut hukum masyarakat dan agama atau kepercayaan.
Pernikahan hanya dapat dilakukan oleh dua orang yang secara sadar memang menginginkan untuk menikah dan bebas dari paksaan pihak lain
www.kompas.com, 11 Juni 2004. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernikahan merupakan
suatu ikatan lahir batin yang dilakukan tanpa paksaan antara pria dan wanita untuk membentuk keluarga yang kekal dan bahagia, sesuai dengan hak azasi
manusia HAM. Pernikahan membutuhkan perasaan saling berbagi, memahami dan melengkapi agar terbentuk keluarga yang bahagia.
Kejadian yang sering kali dijumpai pada saat ini adalah pernikahan yang diakibatkan karena kehamilan di luar pernikahan. Kebanyakan dari
mereka mengalaminya di usia sekolah. Pada saat masih sekolah mereka dituntut untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka dengan membina
rumah tangga. Tentu saja mereka belum memiliki pendapatan untuk membiayai kebutuhan rumah tangganya, bahkan mereka masih menerima
uang bulanan dari orangtua yang hanya cukup untuk diri mereka sendiri. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Menneg PP Meutia
Hatta Swasono mengingatkan pernikahan pada perempuan yang tingkat pendidikannya rendah bisa berdampak pada rendahnya pengetahuan keluarga
tersebut. Mereka tidak akan tahu cara-cara mendidik anak yang baik sesuai dengan perkembangan zaman www.bkkbn.go.id, 11 Januari 2006.
Pernikahan akibat kehamilan pada masa remaja mempunyai resiko yang besar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bagi kesehatan anak dan ibu. Bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu remaja cenderung memiliki berat tubuh lahir yang rendah dan masalah-masalah
neurologis serta penyakit-penyakit semasa bayi. Perempuan yang menikah dengan pendidikannya rendah, tidak tahu tentang cara-cara menjaga
kesehatannya dan bayinya saat hamil www.bkkbn.go.id, 11 Januari 2006 . Perempuan yang menikah akibat hamil di luar nikah seringkali putus sekolah,
gagal memperoleh pekerjaan, dan menjadi bergantung pada bantuan kesejahteraan. Kurangnya pendidikan juga akan memberi akibat-akibat negatif
bagi perempuan-perempuan, seperti gaji yang rendah, pekerjaan yang statusnya rendah atau menganggur, bila dibandingkan mereka yang menunda
melahirkan anak Santrock, 2002. Pada penelitian ini, pernikahan dini yang dimaksud adalah
pernikahan yang dilakukan tanpa persiapan atau keterpaksaan, yaitu karena hamil sebelum menikah. Sedangkan pernikahan hendaknya dilakukan oleh dua
orang yang secara sadar memang menginginkan untuk menikah dan bebas dari paksaan antara pria dan wanita untuk membentuk keluarga yang kekal dan
bahagia, sesuai dengan hak azasi manusia. Pernikahan dini terjadi saat mereka belum menyelesaikan sekolah sehingga belum mempunyai penghasilan dan
pengetahuan tentang pernikahan. Keadaan ini akan mengakibatkan begitu banyak tuntutan dan permasalahan yang harus mereka hadapi sebagai
pasangan pernikahan dini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Perilaku Agresi pada Pasangan yang Menikah Akibat Hamil Di Luar
Nikah
UU No. 1 tahun 1974 pasal 1 menuliskan bahwa pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke-Tuhanan yang Maha Esa. Pernikahan mempunyai
maksud agar suami dan istri dapat membentuk keluarga yang kekal dan bahagia, dan sesuai dengan hak azasi manusia. Pada pernikahan yang
dilakukan oleh pasangan akibat hamil di luar nikah, pasangan suami-istri belum siap untuk menjalaninya. Keadaan yang memaksa mereka untuk
melakukan pernikahan. Kehamilan pasangan yang harus dipertanggungjawabkan menyebabkan keputusan untuk menikah di usia dini.
Pernikahan yang dilakukan oleh pasangan akibat hamil di luar nikah ini terjadi pada saat pasangan tersebut belum menyelesaikan pendidikannya,
seluruh kehidupan masih bergantung pada orangtua. Mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mempunyai pengalaman yang dipunyai oleh teman-teman
yang tidak menikah atau mereka yang telah mandiri sebelum menikah. Hal ini mengakibatkan sikap iri hati dan menjadi halangan bagi penyesuaian
pernikahan Hurlock, 1997. Keadaan ekonomi belum cukup mampu untuk menghidupi keluarga. Mereka juga belum mempunyai kematangan secara
emosi yang sangat mempengaruhi kehidupan rumah tangga. Pada penelitian ini, pernikahan dini diakibatkan karena kehamilan
sebelum menikah. Penelitian dari Sauber dan Corrigan dalam Santrock, 2002 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menunjukkan bahwa setengah dari perempuan yang hamil sebelum menikah, gagal hidup dengan suaminya dalam waktu lebih dari lima tahun. Pernikahan
dini yang terjadi pada kondisi di atas, sudah pasti membuat mereka merasa belum siap. Keadaan ekonomi belum cukup mampu untuk menghidupi
keluarga mereka. Kematangan secara emosi juga sangat mempengaruhi kehidupan rumah tangga. Ketidaksiapan pasangan tersebut akan menimbulkan
banyak permasalahan karena mereka belum siap secara emosi, ekonomi dan pendidikan. Permasalahan yang mereka hadapi akan semakin menumpuk
setiap harinya. Hal ini juga akan semakin parah apabila mereka tidak dapat mengendalikan emosi. Kematangan emosi biasanya akan terjadi pada saat
seseorang telah menyelesaikan sekolahnya. Pada pasangan pernikahan dini kemungkinan secara emosi belum matang. Keadaan emosi yang belum matang
ini akan menimbulkan sudut pandang yang berbeda terhadap berbagai masalah yang akan dihadapi, termasuk pengaruh negatif yang menimbulkan frustrasi
dan rasa marah terhadap keadaan yang kemudian dilampiaskan kepada pasangannya. Perasaan marah dan frustrasi terhadap pasangan ini akan
diekspresikan melalui perilaku agresi. Pada penelitian ini, perilaku agresi yang akan diteliti adalah perilaku yang bermaksud untuk melukai dan bersifat anti
sosial dalam kehidupan pasangan pernikahan dini sehari-hari.