Penelantaran Rumah Tangga Krt Perilaku Agresi
Kekerasan Seksual Ks Kekerasan Psikis Kp
Kekerasan Fisik Kf
4. Penyebab Perilaku Agresi
Seseorang tidak selalu berperilaku agresif bila marah, meskipun biasanya mereka merasa terdorong untuk melakukannya. Mungkin juga
orang bertindak agresif tanpa marah. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang mengendalikan perilaku agresif sama pentingnya dengan faktor-faktor
yang membangkitkan amarah. Mekanisme utama yang menentukan perilaku agresif manusia
adalah proses belajar masa lampau. Seperti yang dikatakan Hurlock 1997, yaitu bahwa masa bayi adalah masa dominasi emosi yang meliputi
emosi kemarahan, ketakutan, rasa ingin tahu, kegembiraan, dan afeksi. Pada masa dewasa, seseorang mempelajari kebiasaan melakukan perilaku
agresif dalam beberapa situasi dan menekan amarah dalam situasi yang lain, bertindak agresif terhadap beberapa orang tertentu dan tidak pada
orang lain, serta dalam memberikan reaksi terhadap beberapa jenis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
frustrasi dan tidak terhadap yang lain. Beberapa mekanisme dalam mempelajari perilaku agresi Sears, 1994 antara lain :
1. Penguatan Reinforcement Tindakan agresif biasanya merupakan reaksi yang dipelajari.
Salah satu mekanisme utama untuk memunculkan proses belajar adalah penguatan atau peneguhan. Penguatan merupakan penunjang
agresi yang utama, bila suatu perilaku tertentu diberi ganjaran, kemungkinan besar individu akan mengulangi perilaku tersebut di
masa mendatang; bila perilaku itu diberi hukuman, kecil kemungkinan bahwa individu akan mengulanginya. Seperti seorang anak belajar
untuk tidak mengotori permadani, dia belajar untuk tidak mengekspresikan agresi. Dia dihukum jika memukul saudaranya,
melempari temannya dengan batu atau menggigit ibunya, dia belajar untuk tidak melakukan hal tersebut. Dia juga diberi ganjaran jika
menahan diri meskipun mengalami frustrasi, dan hal ini pun dia pelajari.
2. Imitasi Semua orang dan anak khususnya mempunyai kecenderungan
yang kuat untuk meniru orang lain. Imitasi ini terjadi pada setiap jenis perilaku, termasuk agresi. Anak yang mengamati orang lain melakukan
tindakan agresif atau mengendalikan agresinya akan meniru orang tersebut. Anak belajar untuk melakukan agresi secara verbal, seperti
berteriak, mengutuk dan mencela, dan tidak melakukan kekerasan, tidak memukul orang lain, melempar batu atau meledakkan gedung.
Anak juga belajar kapan masing-masing perilaku tersebut boleh dilakukan. Orang tidak boleh melakukan agresi meskipun secara verbal
pada saat-saat tertentu, tetapi pada saat lain, agresi apa pun tidak saja diizinkan tetapi perlu dilakukan. Jadi, perilaku agresif anak dibentuk
dan ditentukan oleh pengamatannya terhadap perilaku orang lain. Selain itu, proses belajar melalui orang lain vicarious learning ini
akan meningkat bila perilaku orang dewasa tersebut diberi penguatan, dan bila situasinya mendukung identifikasi terhadap model orang
dewasa itu. Anak tidak melakukan imitasi secara sembarang, mereka sering
meniru orang tertentu daripada meniru orang lain. Kemungkinan seorang anak akan meniru seseorang apabila seseorang tersebut
semakin penting, berkuasa, berhasil, dan mirip atau orang yang paling sering ditemui. Orang tualah yang memenuhi kriteria-kriteria ini, dan
merupakan model utama bagi seorang anak pada masa awal kehidupannya.
Salah satu bentuk agresi imitatif yang penting dalam kejahatan dan perilaku kerumunan adalah kekerasan yang menjalar contagious
violence. Sosiolog Perancis, Tarde 1903 dalam Sears, 1994 mengemukakan pendapat tentang kekerasan yang menjalar ketika dia
melihat bahwa berita kejahatan besar dalam suatu masyarakat akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menimbulkan kejahatan imitatif. Misalnya pada saat berita yang mengerikan tentang pembunuhan yang dilakukan Jack the Ripper
mengilhami serangkaian kasus pemerkosaan di Inggris. 3. Norma Sosial
Pendekatan pembelajaran yang ketiga adalah mempelajari norma umum masyarakat yang mengatur kapan dan bagaimana
seseorang boleh melakukan agresi. Orang belajar untuk melakukan agresi atau tidak melakukan agresi sebagai suatu reaksi kebiasaan
terhadap isyarat-isyarat tertentu. Isyarat yang dikaitkan dengan pengungkapan agresi dan penekanan agresi, diatur dengan baik oleh
norma sosial. Orang yang tidak pernah mengendalikan agresinya tidak akan
dibiarkan tetap bebas; sedangkan orang yang tidak pernah melakukan agresi mungkin lebih buruk dibandingkan orang yang melakukan
agresi pada saat yang tepat. Masalah yang penting dalam sosialisasi bukan bagaimana mengajarkan anak untuk tidak melakukan agresi,
tetapi bagaimana mengajar mereka untuk mengetahui kapan agresi dianggap tepat dan kapan agresi dianggap tidak tepat. Orang yang
tidak dapat membedakan hal itu akan dianggap gila dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya.
4. Deindividual Pakar sosiologi, LeBon 1896 dalam Sears, 1994 mengamati
bahwa orang yang berada dalam kerumunan sering merasa bebas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk memuaskan nalurinya yang “liar dan destruktif”. Dia berpendapat bahwa alasannya terletak pada dua karakteristik orang
yang berada dalam kerumunan besar, yaitu tidak terkalahkan dan anonimitas. Individu yang menjadi bagian kerumunan memperoleh
perasaan tak terkalahkan yang memungkinkan dia memunculkan nalurinya. Suatu kerumunan menjadi anonim dan akibatnya menjadi
tidak bertanggung jawab; rasa tanggung jawab yang selalu mengendalikan individu hilang sama sekali. Kekerasan yang paling
ekstrim dilakukan oleh orang-orang yang menggunakan perangkat deindividuasi seperti topeng, pewarna tubuh dan muka, serta pakaian
khusus.
2. Mengurangi Perilaku Agresi
Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mereduksi mengurangi perilaku agresif Sears, 1994 antara lain :
1. Hukuman dan Pembalasan Rasa takut terhadap hukuman atau pembalasan bisa menekan
perilaku agresif. Tipe orang rasional akan memperhitungkan akibat agresi di masa mendatang, dan berusaha untuk tidak melakukan
perilaku agresif bila ada kemungkinan mendapat hukuman. Efek dari hukuman atau pembalasan yang diantisipasi tidak sederhana. Kadang-
kadang hal itu menekan agresi, bila secara rasional orang ingin menghindari rasa sakit di masa mendatang. Tetapi kadang-kadang