C. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoretis, antara lain: a. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perilaku agresi yang muncul pada
pasangan yang menikah akibat hamil di luar nikah. b. Menambah pengetahuan tentang konseling pernikahan dan psikologi
perkembangan. 2. Manfaat praktis, antara lain :
Penelitian ini dapat dijadikan pembelajaran kepada pasangan yang menikah akibat hamil di luar nikah agar bisa meminimalkan pertengkaran
yang dapat mengakibatkan perilaku agresi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Agresi
1. Pengertian Agresi
Setiap orang dapat memahami pangertian perilaku agresi, namun terdapat beberapa perbedaan pandangan dalam mengartikan agresi Sears et
al., 1994, antara lain : a. Ada perbedaan pengertian antara perilaku agresi dengan perasaan agresi.
Perilaku agresi adalah tindakan yang bersumber dari perasaan agresi dan dimunculkan secara terbuka, sedangkan perasaan agresi adalah keadaan
internal yang tidak dapat diamati secara langsung Averill, 1983 dalam Sears et al., 1994. Kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresi
akan diketahui dari adanya perasaan agresi dalam diri orang tersebut dan dari kecenderungannya untuk menampakkan perasaan tersebut, misalnya
seseorang merasa sangat marah, tetapi tidak menampakkan usaha untuk melukai orang lain. Hal ini mengindikasikan bahwa seseorang tersebut
tidak menunjukkan perasaannya melalui perilaku agresi. Perasaan agresi perilaku agresi
b. Pengertian agresi mencakup definisi agresi antisosial dan agresi prososial. Permasalahan pada definisi kedua ini adalah apakah tindakan agresi
tersebut melanggar atau mendukung norma sosial yang sudah disepakati
6
atau tidak. Tindakan kriminal tidak beralasan yang melukai orang lain, seperti penyerangan dengan kekerasan, pembunuhan, dan pemukulan oleh
sekelompok orang, jelas melanggar norma sosial sehingga disebut antisosial. Tetapi, ada banyak tindakan agresi yang sebenarnya diatur oleh
norma sosial, yang disebut prososial. Perilaku ini mempunyai maksud untuk melukai tetapi tidak melanggar norma sosial. Misalnya : dokter yang
melakukan operasi agar penyakit yang diderita pasiennya bisa sembuh. Dokter tersebut harus melukai bagian tubuh pasiennya untuk
menyembuhkan dari penyakit. c. Agresi merupakan perilaku melukai atau mempertimbangkan apakah
orang tersebut mempunyai ‘maksud’ melukai. Orang sering mengabaikan maksud seseorang yang melakukan tindakan tersebut, padahal faktor ini
sangat penting. Jika kita mengabaikan tujuan, mungkin beberapa tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain tidak dikatakan agresif karena
tampaknya tidak berbahaya. Misalnya : suami yang menampar pipi istrinya untuk menyadarkan istrinya dari pingsan.
Fokus utama penelitian ini berada pada perilaku agresi. Pengertian perilaku agresi adalah perilaku yang bermaksud untuk melukai baik secara
fisik maupun psikologis dan sangat bertentangan dengan norma sosial di masyarakat antisosial. Perilaku agresi ini akan tampak atau dapat diamati
secara langsung. Jadi, peneliti berusaha untuk mengungkapkan perilaku yang bermaksud melukai, bertentangan dengan norma sosial di masyarakat
antisosial dan yang dapat diamati secara langsung sebagai perilaku agresi tersebut.
1. Sumber Rasa Marah
Perasaan agresif adalah keadaan internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Dorongan agresif harus dipelajari secara luas dengan
menanyakan kepada individu tentang perasaannya atau dengan memperkirakan keadaan internalnya berdasarkan fisiologis atau
pengukuran perilaku. Beberapa faktor yang dapat membangkitkan amarah Sears, 1994, antara lain:
a. Serangan Salah satu sumber amarah yang paling umum adalah serangan
atau gangguan yang dilakukan oleh orang lain. Pada umumnya, orang akan marah dan agresif terhadap sumber serangan. Demikian juga,
berbagai rangsangan yang tidak disukai dapat menimbulkan agresi. Misalnya, seseorang yang dihadapkan pada bau badan yang kurang
sedap, asap rokok yang memedihkan, dan pemandangan yang memuakkan, akan memperlihatkan peningkatan perasaan agresif.
Motif yang tampak atau maksud di balik tindakan orang lain, terutama bila secara potensial bersifat provokatif, seringkali jauh lebih
penting dalam mempengaruhi kecenderungan untuk melakukan tindakan agresi terhadap tersebut dibandingkan sifat tindakan itu
sendiri. Menurut Straus, salah satu akibat dari kecenderungan membalas adalah kekerasan dalam rumah tangga yang terus