pada variasi kecepatan subsonic mengalami peningkatan setelah melewati sudut serang 4°, kemudian mengalami peningkatan yang signifikan pada sudut serang 12°
sebesar 0.090870 pada Ma 0,6 dan 0.090010 pada Ma 0,8. Sudut serang 12° menuju ke 16° menunjukkan nilai koefisien drag stabil tetapi cenderung meningkat. Hal
tersebut dikarenakan kecepatan dan tekanan yang tidak merata pada bagian atas airfoil sehingga menimbulkan turbulensi yang berarti bertambahnya gaya drag Shao-
wu LI, 2011.
4.4 Pengaruh Angle of Attack Terhadap Nilai Koefisien Lift Pada Aliran
Supersonic.
4 8
12 16
0.0 0.4
0.6 0.8
1.0 1.2
C
L
Sudut deg
Ma 1 Ma 1,5
Ma 2 Ma 2,5
Ma 3
Gambar 4.3 Grafik variasi kecepatan supersonic pada setiap sudut serang terhadap pengaruhnya pada nilai koefisien lift.
Gambar 4.3 menunjukkan nilai koefisien lift dari variasi kecepatan supersonic pada setiap sudut serang. Peningkatan sudut serang berdampak pada peningkatan nilai
koefisien lift dari variasi kecepatan supersonic. Nilai koefisien lift tertinggi dari variasi kecepatan supersonic sebesar 1.17000 berada pada sudut 8° dengan bilangan
Mach 3, tetapi menurun pada sudut 12° dan 16° pada setiap variasi. Hal tersebut dikarenakan peningkatan kecepatan menimbulkan peningkatan koefisien lift sebelum
mencapai sudut stallnilai koefisien lift maksimal Mayurkumar kevadiya, 2013 .
4.5 Pengaruh Angle of Attack Terhadap Nilai Koefisien Drag Pada Aliran
Supersonic.
4 8
12 16
0.00 0.02
0.04 0.06
0.08 0.10
C
D
sudut deg
Ma 1 Ma 1.5
Ma 2 Ma 2.5
Ma 3
Gambar 4.4 Grafik variasi bilangan Mach supersonic pada setiap sudut serang terhadap pengaruhnya pada nilai koefisien drag.
Gambar 4.4 menunjukan peningkatan nilai koefisien drag pada setiap sudut serang. Nilai koefisien drag pada sudut 8° menuju ke 12° mengalami peningkatan
yang signifikan. Koefisien drag pada sudut serang 12° dan 16° cukup cenderung meningkat mengikuti peningkatan sudut serang. Hal tersebut dikarenakan kecepatan
dan tekanan yang tidak merata pada airfoil sehingga meningkatkan gaya drag Mayurkumar kevadiya, 2013 .
4.6 Pengaruh Angle of Attack Terhadap Nilai Koefisien Lift Pada
Perbandingan Antara Aliran Subsonic dan Supersonic.
4 8
12 16
0.0 0.4
0.6 0.8
1.0 1.2
C
L
Sudut deg
Ma 0,6 Ma 0,8
Ma 1 Ma 1,5
Ma 2 Ma 2,5
Ma 3
Gambar 4.5 Grafik variasi kecepatan subsonic dan supersonic pada setiap sudut serang terhadap pengaruhnya pada nilai koefisien lift.
Gambar 4.5 menunjukkan variasi kecepatan subsonic dan supersonic pada setiap sudut serang. Peningkatan sudut serang berdampak pada peningkatan koefisien
lift. Sudut serang 8° menjadi sudut serang tertinggi pada setiap variasi kecepatan dengan nilai koefisien lift tertinggi berada pada bilangan mach 0,8 sebesar 1,1729.
Pada 12° dan 16°, airfoil mengalami penurunan nilai koefisien lift atau disebut juga dengan stall. Nilai koefisien lift tertinggi pada titik stall yaitu sebesar 1,159 pada
bilangan mach 3. Hal ini dikarena semakin meningkatnya kecepatan maka koefisien lift akan meningkat. Sudut 8° dengan bilangan mach 3 memiliki nilai koefisien drag
sebesar 0.037010, nilai tersebut lebih besar dibandingkan bilangan mach 0,8 yang memiliki nilai koefisien drag sebesar 0.032490. Sehingga airfoil dengan bilangan
mach 3 memiliki gaya hambat yg lebih tinggi atau mengalami turbulensi dan wake yang lebih besar dibanding bilangan mach 0,8 serta adanya pengaruh dari
karakteristik airfoil NACA 4412 Shao-wu LI, 2011.
4.7 Pengaruh Angle of Attack Terhadap Nilai Koefisien Drag Pada