Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKAN

a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan Pleasure Tourism Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi kehendak ingin tahunya, mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapatkan ketenangan. b. Pariwisata untuk rekreasi Recreation Tourism Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan. c. Pariwisata untuk kebudayaan Cultural Tourism Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat- istiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain. d. Pariwisata untuk olahraga Sports Tourism Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori: 1 Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik perhatian bagi penonton atau penggemarnya. 2 Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain- lain. e. Pariwisata untuk urusan usaha dagang Business Tourism Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan maupun waktu perjalanan. f. Pariwisata untuk berkonvensi Convention Tourism Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara karena ketika diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta yang hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu di negara yang mengadakan konvensi. Negara yang sering mengadakan konvensi akan mendirikan bangunan-bangunan yang menunjang diadakannya pariwisata konvensi. 7. Jumlah Orang Yang Melakukan Perjalanan a. Individual tour wisatawan perseorangan yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh satu orang atau pasangan suami istri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Family group tour wisata keluarga yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan. c. Group tour wisata rombongan yaitu perjalanan wisata yang dilakukan bersama-sama dan dipimpin oleh seseorang. 8. Wisatawan Smith dalam Kusumaningrum, 2009:16, menjelaskan bahwa wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain.U.N Confrence on Interest Travel and Tourism di Roma 1963 dalam Irawan, 2010:12, menggunakan istilah pengunjung visitor untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, selain melakukan perjalanan yang digaji. Pengunjung yang dimaksudkan meliputi 2 kategori : a. Wisatawan: pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya tinggal selama 24 jam dan dengan tujuan untuk bersenang –senang, berlibur, kesehatan, belajar, keperluan agama dan olahraga, bisnis, keluarga, utusan dan pertemuan. b. Excurtionist: pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang dikunjunginya tanpa bermalam. UN. Convention Concerning Costums Facilities for Touring dalam Irawan, 2010:12, wisatawan adalah setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan yang sah, selain untuk berimigrasi dan yang tinggal setidaknya selama 24 jam dan selama – lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama”. Wisatawan menurut sifatnya Kusumaningrum, 2009:18: a. Wisatawan modern Idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada budaya multinasional serta eksplorasi alam secara individual. b. Wisatawan modern Materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme mencari keuntungan secara berkelompok. c. Wisatawan tradisional Idealis, wisatawan yang menaruh minat pada kehidupan sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi. d. Wisatawan tradisional Materialis, wistawan yang berpandangan konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan. 9. Experiental Marketing a. Experiental Marketing Experiential Marketing berasal dari 2 kata yaitu Experiential dan Marketing. Experiential sendiri berasal dari kata experience yang berarti sebuah pengalaman. Sedangkan Marketing adalah sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya Kotler Armstrong, 2008:6. Schmitt, dalam Jatmiko Adharini, 2012:130, experience adalah kejadian-kejadian pribadi yang terjadi dikarenakan adanya tanggapan stimulasi atau rangsangan tertentu misalnya yang diberikan oleh pihak pemasar sebelum dan sesudah pembelian barang atau jasa pada setiap individu secara personal. Experiental marketing adalah sebuah konsep pemasaran yang bertujuan untuk membentuk pelanggan-pelanggan yang loyal dengan menyentuh emosi mereka dan memberikan suatu feeling yang positif terhadap produk dan jasa yang mereka konsumsi Kartajaya, 2004:163 Andreani 2007 : 2 Experiental Marketing adalah lebih dari sekedar memberikan informasi dan peluang pada pelanggan untuk memperoleh pengalaman atas keuntungan yang didapat dari produk atau jasa itu sendiri tetapi juga membangkitkan emosi dan perasaan yang berdampak terhadap pemasaran. b. Dimensi Experiental Marketing Shcmitt, dalam Jatmiko Adharini, 2012:130, menyatakan bahwa sasaran dari experiental marketing adalah untuk memberi pegalaman kepada semua konsumen melalui lima tipe pengalaman yaitu Sense, Feel, Think, Act, dan Relate sebagai berikut : 1 Sense Merupakan tipe pengalaman yang bertujuan menciptakan sensory experience melalui lima panca indera manusia, meliputi penglihatan, suara, sentuhan, perasaan, dan penciuman yang memberikan kesan keindahan, kesenangan, kepuasan, melalui adanya stimuli rangsangan, proses, dan consequences akibat. 2 Feel Merupakan tipe pengalaman yang mampu menyentuh perasaan tedalam innerfeelings dan emosi pelanggan dengan tujuan membangkitkan pengalaman afektif sehingga ada rasa gembira dan bangga. 3 Think Merupakan tipe pengalaman yang bertujuan menuntut pemikiran kreatif konsumen tentang sebuah perusahaan dan merek. 4 Act Merupakan tipe pengalaman yang didesain untuk menciptakan pengalaman konsumen yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku, gaya hidup, dan interaksi dengan orang lain. 5 Relate Merupakan kombinasi sense, feel, think, dan act yang bertujuan untuk mengkaitkan individu dengan sesuatu yang berada diluar dirinya dengan masyarakat atau budaya. c. Tujuan dari Pemasaran Experiential Marketing Penelitian yang berkesinambungan telah mengungkap delapan tujuan utama pemasaran eksperiensial yang disebutkan di bawah ini. Tujuan ini perlu diberikan suatu kepentingan yang berbeda demi kumpulan informasi yang riil, tidak bias, dan konkret sembari melakukan penelitian pemasaran eksperiensial : 1 Membangun Hubungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Menghasilkan Interaksi 3 Memverifikasi Audiens Sasaran 4 Meningkatkan Kesadaran 5 Meningkatkan Relevansi 6 Meningkatkan Loyalitas 7 Meningkatkan Ujicoba d. Karekteristik Experiential Marketing Schmitt 1999:12 Tahap awal dari sebuah experiential marketing berfokus pada tiga kunci pokok, diantaranya : 1 Fokus Pada Pengalaman Pelanggan Pengalaman pelanggan melibatkan panca indera, hati, pikiran yang dapat menempatkan pembelian produk atau jasa di antara konteks yang lebih besar dalam kehidupan 2 Pola Konsumsi Analisis pola konsumsi dapat menimbulkan hubungan untuk menciptakan sinergi yang lebih besar. Produk dan jasa tidak lagi dievaluasi secara terpisah, tetapi dapat dievaluasi sebagai bagian dari keseluruhan pola penggunaan yang sesuai dengan kehidupan konsumen. Hal yang terpenting, pengalaman setelah pembelian diukur melalui kepuasan dan loyalitas. 3 Keputusan Rasional dan Emosioal Pengalaman dalam hidup sering digunakan untuk memenuhi fantasi, perasaan, dan kesenangan. Dalam experiental marketing kepuasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pembelian suatu barang atau jasa tidak hanya dilihat dari sisi rasionalnya tetapi juga dari sisi emosionalnya. Konsumen tidak hanya ingin menjadi pembuat kepuasan yang rasional tetapi juga konsumen ingin dihibur, dirangsang, serta dipengaruhi secara emosional dan ditantang secara kreatif. 10. Merek Brand Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang, atau disain, atau gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang, penjual atau sekelompok penjual, dan diharapkan akan memebedakan barang atau jasa dari produk pesaing Laksana,2008:77. Laksana 2008:78 menguraikan lima manfaat merek bagi si penjual yaitu : a. Nama merek memudahkan penjual untuk mengolah pesanan-pesanan dan menekan permasalahan. b. Nama merek dan tanda dagang secara hukum akan melindungi penjual dari pemalsuan ciri-ciri produk, karena bila demikian, maka setiap pesaing akan meniru produk yang telah berhasil di pasaran. c. Merek memberi penjual peluang kesetiaan konsumen pada produk. d. Merek dapat membantu penjual dalam mengelompokkan pasar ke dalam segmen-segmen. e. Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya merek yang baik. Dengan membawa nama perusahaan, merek ini sekaligus mengiklankan kualitas dan besarnya perusahaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tjiptono 2011:59 merek sebagai kepribadian. Dalam tahap ini konsumen menghadapi begitu banyak merek yang semuanya menyampaikan janji fungsional. Kemajuan teknologi membuat setiap perusahaan sukar mengandalkan keunggulan fungsional dalam jangka panjang, karena setiap keunggulan bisa ditiru atau disamai oleh para pesaingnya. Konsekuensinya, setiap merek yang bersaing dalam kategori produk yang sama cenderung menjadi serupa atau mirip dalam hal fungsionalitas. Dalam rangka menciptakan diferensiasi, pemasar mulai berfokus pada upaya menyertakan nilai emosional pada mereknya dan mengkomunikasikannya lewat metafora kepribadian merek brand personality. Kepribadian merek yang dipilih adalah yang mampu menyelaraskan nilai emosional merek dan gaya hidup konsumen sasaran. Berdasarkan teori konstruksionisme sosial, merek memiliki makna simbolis. Misalnya, kepemilikan barang dan merek seringkali digunakan individu dalam mengekspresikan dirinya dan masa lalunya, nilai personal, keyakinan religious, identitas etnis, kompetensi diri, kekuatan dan status sosial, dan diferensiasi dirinya dengan orang lain. Semua individu berpartisipasi dalam proses mentransfer, mereproduksi dan mentransformasi makna social obyek-obyek tertentu. Sebagai konsumen, individu dalam sebuah kelompok social menginterprestasikan informasi pemasaran seperti iklan dan menggunakan merek untuk menyampaikan signal spesifik kepada orang lain mengenai dirinya. Individu lain menginterprestasikan signal-signal ini untuk membentuk citra dan sikap terhadap pemakai merek. Jika pemakai merek tidak mendapatkan reaksi sesuai harapannya, maka ia akan mempertimbangkan ulang pemakaian merek bersangkutan. Proses decoding makna dan nilai merek serta pemakaian merek secara tepat ini merupakan keterlibatan aktif konsumen dalam citra merek. Produk dan merek digunakan dalam setiap budaya untuk mengekspresikan prinsip-prinsip kultural dan membentuk kategori kultural. Individu dapat diklasifikasikan berdasarkan merek. Sangadji dan Sopiah 2013:323 menyebutkan bahwa merek merupakan suatu nama atau simbol yang mengidentifikasi suatu produk dan membedakannya dengan produk-produk lain sehingga mudah dikenali oleh konsumen ketika hendak membeli sebuah produk. Keberadaan merek sangatlah penting bagi sebuah produk atau jasa, bahkan tidak mengherankan jika merek sering kali dijadikan kriteria untuk mengevaluasi suatu produk. 11. Brand Image Tjiptono 2011:112 menyebutkan bahwa brand image atau brand description merupakan deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Sejumlah teknik kuantitatif dan kualitatif telah dikembangkan untuk membantu mengungkap persepsi dan asosiasi konsumen terhadap sebuah merek tertentu, diantaranya multi-dimensional scaling, projection techniques, dan sebagainya. Citra merek brand image menurut Sangadji dan Sopiah 2013:327 mengatakan bahwa citra merek dapat positif atau negatif, tergantung padapersepsi seseorang terhadap merek. Jika digambarkan, pengetahuan kosumen atas merek akan tampak seperti berikut. Berdasarkan Gambar 2.1 dapat diketahui bahwa komponen citra merek adalah asosiasi merek, dan dukungan, kekuatan, dan keunikan asosiasi merek. Gambar 2.1 Kerangka Ekuitas Merek Berbasis Konsumen Sumber : Keller dalam Shimp et al, 2000 dalam Sangadji dan Sopiah, 2013:328 KESADARAN MEREK PENGETAHUAN AKAN MEREK CITRA MEREK Pengenalan terhadap merek Kemampuan untuk mengingat merek Jenis-jenis Asosiasi Merek Atribut Manfaat Evaluasi keseluruhan sikap Hal-hal yang tidak berhubungan dengan produk contoh : harga, kemasan, pemakai, dan citra Hal-hal yang berhubungan dengan produk contoh : warna, ukuran, desain Fungsional Simbolis Pengalaman Dukungan, kekuatan, dan keunikan asosiasi merek a. Asosiasi merek brand assosiation Asosiasi merek adalah sekumpulan entitas yang bisa dihubungkan dengan suatu merek.” Lebih lanjut, Aaker dalam Rangkuti 2004 mendefinisikan asosiasi merek sebagai hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. “Asosiasi itu tidak hanya ada, namun juga mempunyai tingk at kekuatan Aaker, 1997.”Asosiasi merupakan atribut yang ada dalam merek dan akan lebih besar apabila pelanggan mempunyai banyak pengalaman berhubungan dengan merek tersebut. Berbagai asosiasi yang diingat oleh konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra merek brand image. Keuntungan asosiasi merek tampak pada gambar berikut. Gambar 2.2 Nilai Asosiasi Merek Sumber : Rangkuti, 2004 dalam Sangadji dan Sopiah, 2013:329 Membantu ProsesPenyusunan Informasi DiferensiasiPosisi Alasan untuk Membeli Menciptakan SikapPerasaan Positif Basic Perluasan Asosiasi Merek b. Dukungan asosiasi merek Dukungan asosiasi merek merupakan respons konsumen terhadap atribut, manfaat, serta keyakinan dari suatu merek produk berdasarkan penilaian mereka atas produk. Atribut di sini tidak berkaitan dengan fungsi produk, tetapi berkaitan dengan citra merek. Dukungan asosiasi merek tersebut ditunjukan dengan persepsi konsumen terhadap produk yang menganggap bahwa produk yang dikonsumsi itu baik dan bermanfaat bagi konsumen. c. Kekuatan asosiasi merek Setelah mengkonsumsi sebuah produk, konsumen akan mengingat kesan yang ditangkap dari produk tersebut. Jika konsumen telah merasakan manfaatnya, ingatan konsumen terhadap produk tersebut akan lebih besar lagi daripada ketika konsumen belum menggunakannya. Itulah yang membuat ingatan konsumen semakin kuat terhadap asosiasi sebuah merek. Kekuatan asosiasi merek ditunjukkan dengan reputasi baik yang dimiliki produk tersebut di mata konsumen, produk tersebut dirasa memiliki manfaat ekspresi diri dan menambah rasa percaya diri konsumen. d. Keunikan asosiasi merek Jika sebuah produk mempunyai ciri khas yang membedakannya dari produk lain, produk tersebut akan diingat oleh konsumen. Ingatan konsumen itu akan semakin kuat jika konsumen sudah merasakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI manfaat dari sebuah produk dan merasa bahwa merek lain tidak akan bisa memuaskan keinginannya tersebut. Indikator Citra Merek Brand Image yaitu : a. Kesan Profesional Dimana produk atau jasa memiliki kesan professional atau memiliki kesan keahlian pada bidang apa yang dijualnya. b. Kesan Modern Produk atau jasa memiliki kesan modern atau memiliki teknologi yang selalu mengikuti perkembangan zaman. c. Melayani Semua Segmen Produk atau jasa mampu melayani semua segmen yang ada, tidak hanya melayani segmen khusus saja. d. Perhatian Pada Konsumen Dimana produk atau jasa yang dibuat produsen memberikan perhatian atau peduli pada keinginan dan kebutuhan konsumen. 12. Kepuasan Konsumen Sangadji dan Sopiah 2013:181 mengatakan bahwa setelah mengkonsumsi produk, konsumen kan merasakan kepuasan atau kekecewaan. Kepuasan akan mendorong konsumen untuk membeli ulang produk. Sebaliknya, jika kecewa, konsumen tidak akan membeli produk yang sama lagi dikemudian hari. Kepuasan konsumen merupakan evaluasi purna beli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI melampaui harapan konsumen. Kekecewaan timbul apabila kinerja yang aktual tidak memenuhi harapan konsumen. Sangadji dan Sopiah 2013:182 kepuasan diartikan sebagai adanya kesamaan adanya kesamaan antara kinerja produk dan pelayanan yang diterima dengan kinerja produk dan pelayanan yang diharapkan konsumen. Dalam era kompetisi bisnis yang ketat seperti sekarang, kepuasan konsumen merupakan hal yang utama. Konsumen diibaratkan sebagai raja yang harus dilayani, meskipun hal ini bukan berarti menyerahkan segala-galanya kepada konsumen. Usaha memuaskan kebutuhan konsumen harus dilakukan secara menguntungkan atau dengan situasi sama menang win-win situation, yaitu keadaan dimana kedua belah pihak merasa puas dan tidak ada yang dirugikan. Kotler, Philip 2002:14 kepuasan mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja produk anggapannya atau hasil dalam kaitannya dengan ekspektasi. Jika kinerja produk tersebut tidak memenuhi ekspektasi, pelanggan tersebut tidak puas dan kecewa. Jika kinerja produk sesuai dengan ekspektasi, pelanggan tersebut puas. Jika kinerja produk melebihi ekspektasi, pelanggan tersebut senang. Kotler 2002:42 menerangkan bahwa konsumen tidak akan berhenti hanya sampai proses konsumsi produk. Hal ini disebabkan konsumen secara alamiah akan melakukan evaluasi atau penilaian kognitif berkaitan dengan kinerja produk atau jasa sesuai kemampuan barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Hasil dari proses evaluasi pasca konsumsi tersebut berupa kepuasan atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ketidakpuasan terhadap pengkonsusian suatu produk maupun jasa. Agar perusahaan dapat memenangkan persaingannya, perusahaan harus mampu memberikan kepuasan pada konsumennya. Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan- harapannya. Kepuasan konsumen sangat tergantung pada persepsi dan harapan konsumen. Sebuah perusahaan perlu mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen yaitu: a. Kebutuhan dan keinginan Berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan oleh konsumen saat konsumen sedang mencoba melakukan transaksi dengan perusahaan. Jika pada saat itu kebutuhan dan keinginan terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahan sangat besar, maka harapan-harapan konsumen yang berkaitan dengan kualitas produk dan layanan yang baik dari perusahaan. b. Pengalaman masa lalu Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dan layanan, baik dari perusahaan maupun pesaing-pesaingnya. c. Pengalaman teman-teman Pengalaman teman-teman tentang kualitas produk dan pelayanan perusahaan yang akan didapat konsumen. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen berhubungan dengan tingkah laku konsumen baik faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi Kotler Amstrong, 2009:61. a. Faktor kebudayaan Faktor budaya memberi pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Faktor budaya terdiri dari beberapa komponen. Baik komponen budaya, sub-budaya dan kelas sosial. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang mendasar dalam mempengaruhi keinginan dan kepuasan orang.sub-budaya terdiri atas nasionalitas, agama, kelompok, ras dan daerah geografi. Sedangkan kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen yang mempunyai susunan hirarki dan anggotanya memiliki nilai, minat dan tingkah laku. Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor melainkan diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan dan variable lainnya. b. Faktor sosial Faktor sosial terbagi atas kelompok kecil, keluarga, peran dan status. Orang yang berpengaruh terhadap kelompok dan lingkungannya biasanya orang yang mempunyai karakteristik, penampilan, pengetahuan dan kepribadian. Orang ini biasanya menjadi panutan karena pengaruhnya mat kuat. c. Faktor pribadi Faktor pribadi merupakan keputusan seseorang dalam menerima pelayanan dan menanggapi pengalaman sesuai dengan tahap-tahap kedewasannya. Faktor pribadi konsumen dipengaruhi oleh usia dan tahap siklus hidup, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, gaya hidup dan kepribadian. Usia mempunyai dimensi kronologis dan intelektual berkembang melalui pendidikan dan pelatihan. Usia merupakan tanda perkembangan kedewasaan seseorang untuk memutuskan sendiri atas suatu tindakan yang diambilnya. Usia juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit, misalnya penyakit kardio vaskuler dengan peningkatan usia. Pendidikan merupakan proses pengajaran baik formal maupun informal yang dialami seseorang. Hasilnya akan mempengauhi sikap dan perilaku seseorang dalam mendewasakan diri. Selain itu, pendidikan juga berkaian dengan harapan. Seseorang yang pendidikannya tinggi akan mengharapkan pelayanan yang lebih baik dan lebih tinggi. d. Faktor psikologi Faktor psikologi yang berperan dengan keputusan yaitu motivasi, pesepsi, pengetahuan, keyakinan dan pendirian. Motivasi mempunyai hubungan erat dengan kebutuhan. Ada kebutuhan biologis seperti lapar dan haus, ada kebutuhan psikologis seperti adanya pengakuan dan penghargaan. Kebutuhan akan menjadi motif untuk mengarahkan seseorang mencari keputusan. Secara keseluruhan, dimensi-dimensi kepuasan konsumen, yaitu: a. Kualitas yang dirasakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Penentu utama kepuasan konsumen yaitu kualitas atau kinerja. Kualitas sangat mendasar bagi seluuh kegiatan ekonomi karena dapat menggambarkan dua komponen pengalaman konsumsi. b. Nilai yang dirasakan Nilai yang dirasakan adalah tingkat oleh konsumen terhadap harga yang dibayar. Membandingkan nilai yang dirasakan setelah konsumen melakukan transaksi dengan penawaran yang diberikan oleh perusahaan berupa produk atau jasa. Dengan ini konsumen dapat menggunakan pertimbangan nilai untuk membandingkan produk atau jasa yang tinggi dan yang rendah. c. Harapan pelanggan Harapan pelanggan merupakan tahap awal sebelum konsumen merasakan nilai dan kualitas yang diberikan perushaan. Konsumen memiliki harapan sejauh mana penawaran perusahaan dalam produk dan jasa. Konsumen mendapat informasi-informasi dari berbagai sumber, selanjutnya memperkirakan perusahaan memiliki kemampuan untuk terus membeikan kreatifitas di masa depan. Tingkat kepuasan konsumen terhadap barang atau jasa akan menentukan loyalitas konsumen terhadap perusahaan. Apabila konsumen menilai barang atau jasa yang dikonsumsi atau yang dimanfaatkannya telah memenuhi kebutuhannya serta sesuai dengan harapannya maka kepuasan konsumen telah tercapai. Sebaliknya, apabila konsumen menilai bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI barang atau jasa yang dimanfaatkannya tidak mampu memenuhi harapanya, maka tingkat kepuasan konsumen dapat dikatakan sngat rendah. Pada titik inilah layanan purna jual menjalankan perannya. Berkurangnya kemampuan kerja suatu produk dapat mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen. Layanan purna jual berupa perawatan, jasa komunikasi, penggantian suku cadang, bahkan penggantian dengan barang baru akan menentukan loyalitas konsumen terhadap perusahaan apabila layanan tersebut dilakukan dengan baik. Layanan purna jual yang baik dan berkualitas dapat memperpanjang usia kerja produk sekaligus mempererat relasi perusahaan dengan konsumen. 13. Minat Beli Kerin, et al 2009:89 mengatakan minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian. Minat beli adalah perilaku konsumen yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menujukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian Kotler Keller 2009:137. Swasta dan Irawan 2005:349 mengemukakan faktor-faktor yang memepengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa, maka hal itu akan memperkuat minat membeli, kegagalan biasanya menghilangkan minat. Tidak ada pembelian jika konsumen tidak pernah menyadari kebutuhan dan keinginannya. Pengenalan masalah problem recognition terjadi ketika konsumen melihat adanya perbedaan yang signifikan antara apa yang dia miliki dengan apa yang dia butuhkan. Berdasarkan pengenalannya akan masalah selanjutnya konsumen mencari atau mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang produk yang dia inginkan. Terdapat dua sumber informasi yang digunakan ketika menilai suatu kebutuhan fisik, yaitu persepsi individual dari tampilan fisik dan sumber informasi luar seperti persepsi konsumen lain. Selanjutnya, informasi- informasi yang telah diperoleh digabungkan dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya. Semua input berupa informasi tersebut membawa konsumen pada tahap dimana dia mengevaluasi setiap pilihan dan mendapatkan keputusan terbaik yang memuaskan dari perspektif dia sendiri. Tahapan terakhir ada tahap di mana konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak membeli produk. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen, yaitu : a. Sikap atau pendirian orang lain Kekuatan pendirian orang lain akan mengurangi alternatif konsumen, dalam minat beli tergantung pengaruh yang diberikan orang lain membawa sikap positif atau sikap negatif. Semakin negatif pengaruh yang diberikan, maka konsumen tidak mempunyai motivasi untuk membeli. b. Faktor situasi yang tidak diantisipasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Banyak faktor yang mempengaruhi minat konsumen dalam membeli, baik faktor internal seperti lingkungan social, tingkatan pendapatan maupun faktor eksternal seperti harga, manfaat produk yang diharapkan akan mengubah minat beli konsumen jika faktor internal maupun eksternal tidak dapat diantisipasi dengan baik. c. Kepribadian Kepribadian adalah ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan mencerminkan bagaiman seseorang mempunyai respon terhadap lingkungannya. Kepribadian bersifat konsisten dan tahan lama serta berubah pada keadaan tertentu. d. Motivasi Motivasi adalah tenaga penggerak dalam diri individu yang mendorong seseorang untuk bertindak yang bertujuan untuk memperoleh kepuasan. 14. Keputusan Pembelian a. Struktur Keputusan Pembelian Penjual perlu menyusun struktur keputusan membeli secara keseluruhan untuk membantu konsumen dalam mengambil keputusan tentang pembeliannya. Setiap keputusan membeli mempunyai suatu struktur sebanyak tujuh, yaitu : 1 Keputusan tentang jenis produk. Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli suatu produk serta alternatif lain yang mereka pertimbangkan. 2 Keputusan tentang bentuk produk. Keputusan ini mengangkut ukuran, mutu, corak dan sebagainya. Dalam hal ini perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk mengetahui kesukaan konsumen tentang produk bersangkutan agar dapat memaksimumkan daya tarik mereknya. 3 Keputusan tentang merek. Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek. 4 Keputusan tentang penjualnya. Konsumen harus mengambil keputusan di mana produk tersebut akan dibeli. Dalam hal ini produsen, pedagang besar, dan pengecer baru mengetahui bagaimana konsumen memilih penjual tertentu. 5 Keputusan tentang jumlah produk. Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari para pembeli. 6 Keputusan tentang waktu pembelian. Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. Masalah ini akan mengangkut adanya uang. Oleh karena itu perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam penentuan waktu pembelian. 7 Keputusan tentang cara pembayaran. Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang akan dibeli. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang penjual dan jumlah pembeliannya. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui keinginan pembeli terhadap cara pembayarannya. b. Tahap-tahap dalam Proses Pembelian Dalam melakukan pembelian dari sebelum membeli sampai setelah melakukan pembelian, proses pembelian konsumen melewati tahap-tahap membeli, yang dikonseptualisasikan dalam model lima tahap proses membeli. Model tersebut dapat dilihat dibawah ini : Gambar 2.3 Model Lima Tahap Proses Membeli Sumber: Radiosunu,1990 dalam Sunyoto, 2012: 280 Model ini mempunyai implikasi bahwa para konsumen melalui lima tahap dalam membeli sesuatu. Tahap-tahap tersebut tidak harus dilewati secara urut. Dalam pemecahan masalah pembelian yang bersifat ekstensif calon pembeli dapat bertolak dari keputusan mengenai penjual, karena ia ingin mendapat keterangan dari penjual yang dipercaya mengenai perbedaan dan bentuk produk. Pengenalan masalah Perilaku setelah membeli Keputusan membeli Pencarian informasi Penilaian alternatif 15. Minat Beli Ulang Minat beli ulang konsumen adalah perilaku dalam pembelian ulang dalam situasi sensitivitas merek yang kuat dikategorikan sebagai loyalitas, di mana konsumen cenderung melakukan pembelian ulang merek yang sama dan menganggap pemilihan merek sangat penting baginya. Perilaku pembelian ulang repeat purchasing behaviour bisa dijabarkan menjadi dua kemungkinan yaitu loyalitas dan inersia. Faktor pembedanya adalah sensitivitas merek yang didefinisikan sebagai mana nama merek memainkan peranan kunci dalam pemilihan alternatif dalam pemilihan kategori produk tertentu. Sensitivitas dipengaruhi oleh persepsi terhadap perbedaan antara merek dan keterlibatan konsumen dalam kategori poduk. Perilaku dalam pembelian ulang dalam situasi sensitivitas merek yang kuat dikategorikan sebagai loyalitas, dimana konsumen cenderung melakukan pembelian ulang pada merek yang sama dan menganggap pilihan merek sangat penting baginya. Sebaliknya pembelian ulang dalam situasi sensitivitas merek yang lemah dikategorikan sebagi inersia, yakni konsumen cenderung membeli ulang merek yang sama. Namun ia tidak menganggap nama merek itu penting, karena ia tidak bisa membedakan berbagai merek yang ada dan tidak terlibat secara intensif dalam pemilihan kategori produk. Seorang pemasar akan berusaha keras untuk mengukur minat melakukan pembelian konsumen serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang harus mempengaruhi minat tersebut. Pemasar akan selalu menguji PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI elemen-elemen dari bauran pemasaran yang mungkin mempengaruhi minat beli ulang Kapferer dan Laurent Tjiptono 2005:231. Ferdinand Augusty 2002:129 menguraikan ada empat indikator yang dapat mendefinisikan minat beli ulang, yaitu : a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk memebeli produk. b. Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain. c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya. d. Minat eksploratif, minat beli ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

B. Penelitian Sebelumnya

Penelitian-penelitian sebelumnya atau terdahulu yang menjadi referensi penulis adalah sebagai berikut : Peneliti terdahulu oleh Lina Mustikawati, Universitas Dipongoro 2013 dengan judul “Strategi Branding Kota Surakarta Dalam Pengelolaan Sebagai Destinasi Wisata”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi branding yang diterapkan oleh kota Surakarta dalam pembangunan brand sebagai sebuah destinasi wisata, dan mengevaluasi proses strategi branding PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dlam mengkomunikasikan kota Surakarta sebagai sebuah destinasi wisata. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep destination branding destination models yang dikemukakan oleh Cai 2002, destination branding phase, destination branding complexity. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif pendekatan evaluatif dimana evaluasi dilakukan secara deskriptif berdasarkan konsep ideal dari branding sebuah destinasi destination branding. Tipe penelitian ini tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan evaluatif program, yang berfokus pada proses dan hasil suatu perencanaan strategi program. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer yang diperoleh secara langsung dari sumbernya melalui wawancara mendalam indepth interview kepada narasumber terkait dan data sekunder digunakan sebagai pendukung data primer yang dikumpulkan secara tidak langsung dari sumber penelitian yaitu berupa tambahan sumber yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Evaluasi dilakukan melalui analisis tentang proses dan kegiatan branding yang dilakukan Kota Surakarta untuk selanjutnya disesuaikan dengan konsep branding sebagai sebuah destinasi. Hal ini didasarkan dengan analisis SOSTAC yang merupakan langkah-langkah dalam melakukan pemasaran branding yang nantinya akan terlihat apakah proses branding Kota Surakarta tersebut sesuai dengan konsep branding pariwisata yang seharusnya dilakukan untuk menciptakan sebuah destinasi. Penelitian terdahulu oleh Yovita Hepi Kristanti, Universitas Sanata Dharma 2015 dengan judul “ Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Niat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berkunjung Kembali Pengunjung Pantai Sadra nan Gunung Kidul”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimensi 1 bagaimana Experiential Marketing ke Pantai Sadranan Gunung Kidul 2 apakah dimensi-dimensi Experintial Marketing berpengaruh terhadap niat berkunjung kembali Pantai Sadranan Gunung Kidul. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap, tahap yang pertama dilakukan dengan wawancara dengan pemilik salah satu pemberi jasa snorkeling dan pemilik penginapan di sekitar Pantai Sadranan. Tahap yang kedua dengan cara memberikan kuisioner kepada responden dan mengguakan metode incidental sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis deskriptif, uji asumsi klasik, uji F, uji t, dan koefisien determinasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 dimensi yang dipertahankan dimensi rasa, dimensi hubungan dan dimensi perasaan, dimensi yang perlu diperbaiki dimensi berikir dan dimensi sikap.2 Experiental Marketing memiliki pengaruh terhadap niat berkunjung kembali pengunjung Pantai Sadranan Gunung Kidul. Penelitian terdahulu oleh Christina Nevianti, Universitas Sanata Dharma 2014, dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Persepsi Akan Harga dan Kepuasan Konsumen Pada Minat Beli Ulang Jasa Perawatan Kecantikan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1 pengaruh secara parsial dan simultan kualitas pelayanan, persepsi akan harga pada kepuasan konsumen, 2 pengaruh kepuasan konsumen pada minat beli ulang konsumen. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Salon Pandan di Jln Pemuda 09 Wonosari Yogyakarta. Jumlah responden yang diambil pada penelitian ini sebayak 150 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, analisis regresi linier sederhanan, uji asumsi klasik, uji F dan uji t. pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner. Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan program SPSS 16.0 hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 kualitas pelayanan dan persepsi akan harga secara parsial dan simultan tidak berpengaruh pada kepuasan konsumen; 2 kepuasan konsumen tidak berpengaruh pada minat beli ulang konsumen. Peneliti terdahulu oleh Melania Ela Widyaningrum,Universitas Sanata Dharma 2015 dengan judul “Pengaruh Efek Country Of Origin dan Brand Image pada Minat Beli Ulang Konsumen Produk Handphone Samsung, Apple, dan Advan”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bahwa ada pengaruh efek country of origin dan brand image pada minat beli ulang konsumen pada produk handphone Samsung, Apple, Advan dan menganalisis perbedaan country of origin Korea, Amerika, Advan dan bran image pada handphone Samsung, Apple, dan Advan. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang memebeli dan menggunakan handphone Samsung, Apple, dan Advan dengan sampel sebayak 120 yang terdiri dari 40 kuisioner Samsung, 40 kuisioner Apple, 40 kuisioner Advan. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuisioner. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan alat analisis Regresi Linier Berganda dan analisis Uji Beda Anova. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI H 1 H 2 H 3 H 4 H 5 H 6 H 7 H 13 H 10 H 8 H 9 H 11 H 12 pengaruh positif efek country of origin dan brand image pada handphone Samsung, Apple, dan Advan dengan diuji secara bersama-sama tetapi apabila diuji untuk masing-masing merek maka pada handphone Samsung tidak terdapat pengaruh positif efek country of origin dan brand image pada minat beli ulang Samsung. Sedangkan untuk analisis uji beda anova diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan contry of origin pada Negara Korea dan Amerika, dan tidak terdapat perbedaan brand image pada handphone Samsung dan Apple.

C. Kerangka Konseptual

Untuk mempermudah dan memahami proposal ini, maka peneliti sebagai penulis merumuskan kerangka konseptual sebagai berikut : Experiential Marketing X Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Dimensi Rasa sense X 1 Dimensi Perasaan feel X 2 Dimensi Berpikir think X 3 Dimensi Sikap act X 4 Dimensi Berhubungan relate X 5 Brand image X 6 Kepuasan Y  Kualitas yang dirasakan  Nilai yang dirasakan  Harapan pelanggan Minat berkunjung Kembali Z  Minat transaksional  Minat refrensial  Minat prefrensial

D. Rumusan Hipotesis

Pengalaman yang diberikan dari suatu tempat wisata akan memberikan kesan tersendiri kepada pengunjung wisata di suatu tempat yang memiliki daya tarik tersendiri. Adanya keterkaitan antara dimensi rasa sense, dimensi perasaan feel, dimensi berpikir think, dimensi sikap act, dimensi berhubungan relate terhadap kepuasan wisatawan nusantara mandiri. Kemudian adanya keterkaitan antara dimensi rasa sense, dimensi perasaan feel, dimensi berpikir think, dimensi bertindak act, dimensi berhubungan relate terhadap minat wisatawan nusantara mandiri berkunjung kembali di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Begitu juga keterkaitan antara asosiasi merek, dukungan kekuatan dan keunikan asosiasi merek terhadap kepuasan wisatawan nusantara mandiri Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Serta keterkaitan antara asosiasi merek, dukungan kekuatan dan keunikan asosiasi merekterhadap minat wisatawan nusantar mengunjungi kembali Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Yang terakhir adanya keterkaitan antara kepuasan wisatawan nusantara terhadap minat wisatawan nusantara mengunjungi kembali destinasi wisata Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Hipotesis 1 : Dimensi rasa sense berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan wisatawan nusantara mandiri Dimensi rasa sense adalah salah satu dimensi experiential marketing yang menawarkan pengalaman kepada pengunjung melalui indera penglihatan, indera perasa, indera penciuman, dan indera pendengaran. Pengalaman pengunjung yang melibatkan panca indera dapat memberikan kesan tersendiri, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI