Teknik Analisis Data METODE PENELITIAN

b. Menentukan t-tabel dan t-hitung 1 t tabel menggunakan signifikansi 5 2 t hitung menggunakan perhitungan computer c. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai t 1 t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak dan Ho diterima 2 t hitung t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak d. Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas 1 Probabilitas 0,05 Ho diterima Ha ditolak 2 Probabilitas ≤ 0,05 Ho ditolak Ha diterima . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

A. Sejarah

Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri pada tahun 16801682 atau tahun 17551756 Masehi. Sejarah berdirinya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak dapat dipisahkan dari Karaton Kasunanan Kartasura tahun 1740-1743 serta tidak dapat dipisahkan dari Karaton Mataram Kasunanan Surakarta tahun 1745-1755. Selain itu, sejarah berdirinya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat juga tidak lepas dari peran Hingkeng Sinuhun Kanjeng Susuhan Paku Buwono II tahun 1740-1749, dan Hingkeng Sinuhun Kanjeng Susushan Paku Buwono III tahun 1749-1755 Masehi. Ketika H.S.K.S PB.II masih bertahta, di Kartasura terjadi perang yang disebut perang “Geger Pacina” 1740-1743 Masehi. Dikarenakan perang tersebut, H.S.K.S PB.II harus mengungsi di Ponorogo. Kemudian dengan adanya perang Geger Pacina tersebut, pada tahun 1743, H.S.K.S PB.II mengadakan perjanjian dengan pihak Belanda. Akhirnya, berkat bantuan pihak Belanda, H.S.K.S PB.II dapat menghentikan perang Geger Pacina tersebut. Namun, bantuan dari pihak Belanda tersebut bukanlah tindakan semata-mata hanya ingin membantu tetapi mereka ternyata juga sudah menyusun rencana untuk meminta biaya ganti rugi. Dengan keadaan seperti ini, keadaan Karaton Kartasura juga semakin tidak membaik. Akibat dari hal tersebut, akhirnya Karaton Mataram Kasunanan Kartasura dipindahkan Surakarta tahun 1745. Pembangunan Karaton Surakarta yang dipindahakan di Surakarta tidak lepas dari peran Pangeran Mangkubumi. Kemudian, setelah H.S.K.S PB.II bertahta di Karaton Kasunanan Surakarta, pada tahun 1746 dan tahun 1749 Belanda datang kembali di Karaton untuk mengadakan perjanjian kembali dengan pihak Karaton. Isi perjanjian tersebut sangat menguntungkan pihak Belanda untuk menguasai tanah Jawa. Dan sebaliknya, perjanjian tersebut sangat merugikan pihak Karaton Mataram, serta dapat menghilangkan kekuasaan pemerintahan Mataram di tanah Jawa. Pangeran Mangkubumi mengerti, merasa dan menjalani datangnya pihak Belanda, namun dengan semangat yang luar biasa Pangeran Mangkubumi berusaha untuk menyelamatkan Karaton Mataram dengan cara mendirikan Karaton Mataram Kasultanan di Nyogyakarta. Pihak Belanda mengetahui rencana Pangeran Mangkubumi, maka pada saat itu K.SK.S PB.II secepatnya berusaha menaikkan tahta Pangeran Anom untuk naik tahta menjadi K.S.K.S PAKU Buwono III 15 Desember 1749. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berkat bantuan H.S.K.S PB.II pihak Belanda kemudian mengadakan perang untuk melawan Pangeran Mangkubumi. Perang tersebut berjalan selama 6 tahun dimulai pada tahun 1749 hingga tahun 1755. Pihak Belanda merasa tidak dapat mengalahkan Pangeran Mangkubumi dengan perang, maka dari itu pihak Belanda kemudian mengadakan perjanjian kembali dengan Pangeran Mangkubumi, perjanjian tersebut dinamai Perjanjian Giyanti tahun 1755. Perjanjian Giyanti ini bersifat politik dan ditandatangani oleh H.S.K.S PB.II, Nicolaos Hartingh serta Pangeran Mangkubumi. Isi dari perjanjian Giyanti ini antara lain adalah Pangeran Mangkubumi bertahta menjadi sultan di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat serta menguasai setengah dari wilayah Mataram di tanah Jawa. Kemudian setengah dari wilayah mataram menjadi daerah kekuasaan Karaton Kasunanan Surakarta. Setelah disetujuinya Perjanjian Giyanti ini, H.S.K.S PB.II dan Sri Sultan HB.I mengadakan pertemuan di desa Jatisari dengan maksud merundingkan pembagian budaya dan kesenian. Pertemuan ini kemudian disebut Perjanjian Jatisari. Isi Perjanjian Jatisari ini antara lain adalah, untuk kebudayaan, Pangeran Mangkubumi membawa kebudayaan Mataram lama seperti kesenian, tarian, karawitan, pedhalangan, serta busana Mataram surjan, iket mondholan, dll. Kemudian, H.S.K.S PB.III membawa kebudayaan yang masih baru seperti beskap, udheng tanpa mondholan, dll. Oleh sebab itu, hingga sampai saat ini kesenian yang ada di Yogyakarta disebut Busana Mataram. Kemudian Pangeran Mangkubuni Sri Sultan HB.I mendirikan Karaton, yang dikemudian hari disebut Karaton Mataram Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Karaton PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ngayogyakarta Hadiningrat juga menjadi bagian dari garis sumbu imajiner dari Parangkusumo Pesisir Selatan hingga Gunung Merapi, dan didalamnya terdapat nasehat-nasehat dan kepercayaan budaya Kejawen.

B. Kompleks Karaton Mataram Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat

1. Lapisan Terluar Dalam lapisan ini terdapat Alun-alun Selatan dengan segala perlengkapan yang terdiri dari Alun-alun utara dengan Masjid Agung, Pekapalan, Pagelaran dan Pasar. Sedangkan Alun-alun selatan terdiri dari Kandang Gajah Kepatihan yang merupakan sarana birokrasi dan benteng sebagai sarana pertahanan militer. 2. Lapis Kedua Lapis kedua terdiri dari Siti Hinggil yang merupakan halaman yang disebut juga palataran yang ditinggikan yang berada di sebelah utara dan selatan. Pada Siti Hinggil Utara terdapat tempat yang bernama bangsal Witama dan bangsal Maguntur Tangkil. Tempat ini digunakan untuk upacara kenegaraan. Siti Hinggil Selatan sering dipergunakan untuk kepentingan sultan yang bersifat pribadi, misalnya menyaksikan latihan para prajurit dan adu macan atau banteng dengan manusia rampongan. Bagian terakhir dari lapisan ini adalah Supit Urang atau Pamengkang yang merupakan jalan yang mengitari Siti Hinggil. 3. Lapis Ketiga Lapis ketiga terdiri dari Pelataran Kemandhungan Utara dan Selatan. Pada Pelataran Kemandhungan Utara terdapat bangsal yang bernama Pancaniti, kemudian pada pelataran Kemandhungan Selatan terdapat bangsal Kemandhungan. 4. Lapis Keempat Lapis keempat berdiri Pelataran Sri Manganti dan bangsal Sri Manganti yang dipergunakan untuk ruang tunggu sebelum menghadap Raja. Di bangsal ini, terdapat bangsal Trajumas yang terletak di sisi utara Pelataran Kemagangan, sedangkan bangsal Kemagangan berada di sebelah selatan. Bangsal ini dipergunakan sebagai tepat transit terakhir sebelum menuju pusat istana. 5. Lapis Terakhir Lapis terakhir adalah pusat konsentrik yang terdapat Pelataran Kedhaton. Tata ruang dari yang tersusun oleh bangunan yang terdiri dari tratag, pendhopo, dan pringgitan. Setiap pelataran tersebut dihubungkan oleh benteng yang kuat dan dihubungkan oleh gerbang. Gerbang tersebut jumlahnya sembilan, sembilan pelataran terdapat sembilan pintu gerbang, yaitu: 1. Gerbang Pangurakan 2. Gerbang Brajanala 3. Gerbang Srimanganti 4. Gerbang Danapratapa 5. Gerbang Kemangangan 6. Gerbang Gadung Mlati 7. Gerbang Kemadhungan 8. Gerbang Gading 9. Gerbang Tarub Agung Karaton Ngayogyakarta Hadningrat merupakan museum hidup bagi kebudayaan Jawa yang berada di Yogyakarta dan menjadi pusat perkembangan