Diantara hukum belajar tersebut yang paling penting adalah law of effect, karena dalam hubungannya dengan belajar.
Ada 3 hal yang berhubungan dengan motif belajar yang merupakan aspek motivasi yaitu:
1. Keadaan yang mendorong tingkah laku.
2. Tingkah laku yang didorong oleh keadaan.
3. Tujuan dari tingkah laku.
Adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas
motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian belajar Sardiman, 2001:84.
2.1.5 Persepsi
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus-menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungannya yang dilakukan lewat panca inderanya yaitu indera penglihatan, indera pendengaran, indera peraba, indera perasa dan indera
penciuman. Desiderato yang dikutip Rakhmat 2005, 51 menyatakan “persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.” Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David
Krech dan Richard S. Crutchfield yang dikutip oleh Rakhmat 2005, 51 menyebutnya “faktor fungsional dan faktor struktural. Dan faktor yang paling
mempengaruhi persepsi yaitu perhatian attention.” Kenneth E. Andersen yang dikutip oleh Rakhmat 2005, 52 menyatakan bahwa “perhatian adalah proses
mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.”
Persepsi pada seseorang tidak muncul secara tiba-tiba. Menurut Siagian 1995, 100-105 ada beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya persepsi.
3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Diri orang yang bersangkutan sendiri
Interprestasi seseorang terhadap sesuatu berbeda-beda. Dan interprestasi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individual seperti sikap, motif,
kepentingan, minat, pengalaman dan harapan. 2.
Sasaran persepsi Sasaran yang dimaksud dapat berupa orang, benda, peristiwa, tergantung
pada individu masing-masing. 3.
Faktor situasi Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana
persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang.
Misalnya jika seseorang melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukan, atau melakukan suatu hal yang baru, hal tersebut akan menarik perhatian.
2.1.6 Teori Harapan
Harapan adalah keinginan, sesuatu yang diharapkan atau dipercaya dapat menjadi kenyataan. Teori harapan mengakibatkan kuatnya kecendrungan
seseorang bertindak tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan sesuatu yang diinginkan dan hasil tersebut menjadi daya tarik
individu sehingga termotivasi untuk bertindak. Harapan berkaitan dengan keyakinan individu bahwa suatu perilaku
tertentu akan diikuti dengan hasil tertentu. Semakin besar hasil yang akan dicapai, semakin besar pula motivasi individu.
Menurut Vrom dalam Mulyana yang dikutip Gustiani 2011, 32 teori harapan memiliki tiga 3 asumsi pokok yaitu:
1. Suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu.
2. Hasil tertentu punya nilai positif bagi individu.
3. Hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan individu.
Siagian 1995, 179 mengemukakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
teori harapan mengandung tiga variabel yaitu: daya tarik, hubungan antara prestasi dengan imbalan, dan hubungan kaitan antara usaha dan prestasi. Daya
tarik maksudnya adalah seberapa besar pengaruh yang dirasakan seseorang dan seberapa besar pentingnya hasil yang didapatkan. Hubungan antara prestasi dan
imbalan maksudnya adalah tingkat keyakinan seseorang tentang hubungan antara prestasi dengan hasil yang akan dicapai. Dan hubungan antara usaha dan prestasi
adalah persepsi seseorang tentang kemungkinan bahwa usaha tertentu yang dilakukan akan menjurus kepada prestasi.
Inti dari teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa kuatnya kecendrungan seseorang bertindak dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan
harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik dari hasil itu bagi orang yang bersangkutan.
2.2 Pustakawan 2.2.1 Pendidikan
Untuk menjadi seorang pustakawan, harus mendapatkan pendidikan di bidang Ilmu Perpustakaan. Pendidikan yang didapat boleh formal dan non formal.
Pendidikan formal perpustakaan memiliki tingkatan atau jenjang yang berbeda yaitu mulai dari D2, D3, S1, S2 dan S3. Dan untuk pendidikan non formal yaitu
berupa seminar, diklat pustakawan, pelatihan, dan lain sebagainya. Hal ini juga tertulis dalam Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 33
ayat 2 yaitu: Pendidikan untuk pembinaan dan pengembangan tenaga
perpustakaan dilaksanakan melalui pendidikan formal danatau nonformal.
2.2.2 Pustakawan Profesional
Pustakawan berasal dari kata “pustaka” dengan penambahan kata “wan” yang artinya orang yang bekerja atau memiliki profesi yang berkaitan dengan
perpustakaan dan bahan pustaka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pustawakan adalah orang yang bergerak dibidang perpustakaan. Dalam Undang-
Universitas Sumatera Utara