Melihat fenomena yang terjadi sejak tahun 2009 yaitu peningkatan minat masyarakat untuk memilih program Program Studi Ilmu Perpustakaan dan
penambahan jumlah mahasiswa baru yang diterima di Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara maka penulis
tertarik untuk meneliti lebih lanjut faktor apa saja yang mendorong mahasiswa tingkat S1 dan D3 angkatan 2012 dan 2013 untuk memilih Program Studi Ilmu
Perpustakaan yang dilihat dari motivasi, persepsi dan harapan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1.
Apakah yang menjadi motivasi mahasiswa memilih program studi Ilmu Perpustakaan?
2. Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap program studi Ilmu Perpustakaan?
3. Apakah yang menjadi harapan mahasiswa dalam memilih program studi Ilmu
Perpustakaan?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Untuk mengetahui motivasi mahasiswa memilih program studi Ilmu Perpustakaan.
2. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap program studi Ilmu
Perpustakaan. 3.
Untuk mengetahui harapan mahasiswa dalam memilih program studi Ilmu Perpustakaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Bagi Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dapat
digunakan sebagai bahan masukan dan acuan untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan.
2. Bagi peneliti, agar dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya
dalam membahas masalah motivasi mahasiswa studi di program studi Ilmu Perpustakaan.
3. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan pemahaman penulis mengenai
motivasi mahasiswa studi di program studi Ilmu Perpustakaan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini adalah membahas motivasi mahasiswa studi di Program Studi Ilmu Perpustakaan khusus untuk mahasiswa Ilmu Perpustakaan S1
dan D3 Universitas Sumatera Utara angkatan 2012 dan 2013.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Motivasi 2.1.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya bergerak. Dalam bahasa inggris motive berarti alasan, sebab, dorongan. Dan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia motivasi adalah 1. Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu. 2. Psikologi usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya. Siagian 1995, 138 menyatakan bahwa: “motivasi adalah daya pendorong mengakibatkan seseorang anggota
organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan – dalam bentuk keahlian atau keterampilan –
tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya
dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sarana organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.”
Sedangkan menurut Suryabrata 1995:70 “motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.” Selanjutnya Purwanto 2006:60 menjelaskan bahwa yang dimaksud motif
adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.
Selain pendapat di atas menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman 2009:73 mengemukakan bahwa “motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.”
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pengertian motivasi menurut Mc. Donald dalam Sardiman 2009:74 ada tiga elemen penting motivasi yaitu:
1. Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysical” yang ada pada
organisme manusia. Penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa”feeling”, afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena
terangsangterdorong oleh unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi tumbuh dalam diri seseorang. Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak dalam diri seseorang. Dikatakan “keseluruhan” karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan seseorang untuk
melakukan suatu hal tertentu sehingga tujuannya tercapai. Motif atau dorongan dalam diri bisa menjadi suatu kekuatan yang akhirnya
menyebabkan seseorang bertindak atau berbuat. Dorongan tersebut tertuju pada suatu tujuan tertentu. Tetapi ada juga perbuatan atau perilaku yang tidak didasari
atau didorong oleh motif dan dilakukan secara refleks atau tidak sadar. Suatu perbuatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu perbuatan yang
refleksif dan perbuatan yang disadari yaitu: 1.
Perbuatan yang refleksif, yaitu perbuatan yang terjadi tanpa disadari oleh individu yang bersangkutan. Karena perbuatan tersebut dilakukan
secara tidak sadar, reaksi dari stimulus yang diterima tidak sampai ke otak sebagai pusat kesadaran. Akibatnya, jalan yang ditempuh stimulus
yang disadari individu, sampai terjadinya reaksi akan lebih pendek jika dibandingkan dengan jalan yang ditempuh oleh stimulus menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
reaksi sebagai akibat dari stimulus yang diterima. Reaksi refleksif digambarkan sebagai berikut:
stimulus reseptor
efektor respons
Gambar 2.1 Reaksi Perbuatan Refleksif
2. Perbuatan yang disadari, yaitu perbuatan yang dilakukan atas dasar
motif individu. Jika perbuatan tersebut merupakan respon dari stimulus yang disadari maka stimulus yang diterima individu sampai ke pusat,
dan disadari sepenuhnya oleh individu. Proses jalannya reaksi digambarkan sebagai berikut:
stimulus reseptor
pusat efektor
respon Gambar 2.2 Reaksi Perbuatan Yang Disadari
Motivasi merupakan proses yang penting dalam pemuasan berbagai kebutuhan. Motivasi yang ada pada seseorang akan meningkatkan kekuatan dan
mendorong orang tersebut untuk bertindak mencapai tujuannya. Asal mula timbulnya motif menurut Ahmadi 2009, 125 adalah:
1. Ada jenis motif yang dibawa sejak lahir, misalnya motif untuk makan,
minum, berpakaian dan sebagainya. 2.
Apa motif yang ditanamkan pada seseorang dengan sengaja yang merupakan latihan, kebiasaan, pengalaman hidup. Misalnya:
kebersihan, kesehatan, kesopanan, dan sebagainya.
Fungsi-fungsi motif yaitu: 1.
Motif berfungsi sebagai penyeleksi perbuatan manusia. 2.
Motif menuju ke arah tujuan. 3.
Motif sebagai pendorong manusia agar terpenuhi kebutuhannya. 4.
Segala tingkah laku yang bertujuan berpangkal pada motif. Sifat-sifat motif yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Motif bersifat tetap tidak berubah, misalnya motif untuk bergaul.
Motif ini selamanya tetap ada, hanya cara pelaksanaannya yang berbeda.
2. Motif selamanya bersifat subjektif. Kalau ditinjau dari fungsinya
sebagai alasan berbuat maka alasan suatu perbuatan itu bersifat subjektif. Kemungkinan ada pengaruh dari luar, tetapi alasan dari suatu
perbuatan selalu berhubungan erat dengan pribadi seseorang yang mempunyai alasan tersebut.
Macam-macam motif yaitu: 1.
Motif yang bersifat vital, yaitu motif yang berhubungan dengan kebutuhan organis organic needs, misalnya: bernafas, makan, minum,
seks, dan istirahat 2.
Motif yang bersifat rohaniah, yakni motif yang berhubungan dengan dunia luar subjective motive and interest, misalnya berhubungan
sesama manusia dengan lingkungannya.
Sehubungan dengan hal di atas, Woodworth dan Marquis yang dikutip oleh Ahmadi 2009, 139 mengemukakan bahwa motif dapat dibedakan:
1. Motif yang berhubungan dengan kebutuhan kejasmanian organic
needs, yaitu motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau organisme, misalnya motif minum, makan, bernafas, seks,
kebutuhan beristirahat.
2. Motif darurat emergency motives, yaitu merupakan motif untuk
tindakan-tindakan dengan segera karena tuntutan keadaan sekitarnya, misalnya motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif melawan,
motif untuk mengatasi rintangan-rintangan motif untuk bersaing.
3. Motif objektif objective motives yaitu merupakan motif untuk
mengadakan hubungan dengan keadaan sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda misalnya motif eksplorasi, motif
manipulasi, minat. Minat merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu yang khusus. Dan jika individu telah mempunyai minat terhadap
sesuatu maka perhatiannya dengan sendirinya tertarik pada objek tersebut.
Ketika individu akan melakukan sesuatu, ada dorongan yang mendasari perbuatan tersebut. Dorongan atau alasan untuk melakukan sesuatu tersebut pasti
mempunyai tujuan. Dan tiap individu harus mempertimbangkan motif yang mana yang akan diambil dan mana yang akan ditinggalkan.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan pendapat beberapa ahli diatas dapat dikatakan bahwa Mahasiswa S1 dan D3 Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera
Utara memiliki motivasi sebagai pendorong untuk mencapai tujuan menjadi pustakawan, baik dorongan yang berasal dari diri sendiri, maupun dari orang tua,
dosen, lingkungan atau dorongan lain.
2.1.2 Pendekatan Motivasi
Pembagian pendekatan motif ini yang berdasarkan pada datangnya suatu tindakan yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
2.1.2.1 Motivasi Intrinsik
Menurut Sardiman 2009:89 yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah “motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.”
Seorang mahasiswa yang termotivasi secara intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, yang ahli dalam bidang tertentu.
Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada kebutuhan. Motivasi muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan simbol dan
seremonial. Mahasiswa yang termotivasi secara intrinsik melakukan pemilihan
terhadap bidang yang diminati dan sesuai dengan keinginannya seperti dalam memilih Program Studi ilmu perpustakaan, karena ingin mendapatkan
pengetahuan, keterampilan dan prestasi lebih baik di masa depannya sebagai pencapaian atas tujuan awal yang dimiliki mahasiswa, bukan karena pujian atau
hadiah. Sardiman 2009:90 berpendapat bahwa “dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah
ingin mencapai tujuan yang terdapat di dalamnya.”
Universitas Sumatera Utara
Kemudian Suryabrata 1995:72 menjelaskan bahwa “motivasi intrinsik yaitu motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar.” Dorongan tersebut
sudah ada dari dalam diri individu. Seperti misalnya mahasiswa memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan karena tertarik dengan ilmumata kuliah yang di ajarkan,
atau ada faktor pendukung lainnya tanpa adanya paksaan. Lalu Purwanto 2006:65 berpendapat bahwa “disebut motivasi intrinsik
jika yang mendorong untuk bertindak adalah nilai-nilai yang terkandung dalam objeknya itu sendiri.” Motivasi timbul murni dalam diri individu sendiri tanpa
paksaan. Dengan motivasi intrinsik, individu aktif sendiri, melakukan sesuatu sendiri, tanpa suruhan atau paksaan dari orang lain.
Dalam Maryati 2003:27, pendapat mengenai motivasi intrinsik tersebut sesuai apa yang dikemukakan oleh M. Syah bahwa “motivasi intrinsik adalah hal
dan keadaan yang berasal dari dalam diri mahasiswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.” Termasuk dalam motivasi intrinsik
mahasiswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Hal ini berarti mahasiswa belajar memang bukan karena ingin hadiah
pujian melainkann ingin mengetahui segala sesuatu pengetahuan untuk masa depannya.
Dorongan yang menggerakkan hal itu bersumber pada suatu kebutuhan. Kebutuhan ini yang berisikan keharusan untuk menjadikan orang yang
berpengetahuan lebih dan keahlian lebih. Jadi motivasi intrinsik muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial bukan sekedar simbol
ceremonial. Contohnya motif ingin tahu, motif manipulasi, motif bergiat, motif bergerak, dan lain-lain.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang paling baik karena yang menjadi pendorongnya adalah dari diri sendiri, ketulusan dan keinginan yang murni tanpa
adanya paksaan dari siapapun sehingga hasil akhir yang dicapai lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.2 Motivasi Ekstrinsik
Sardiman 2009:90-91 berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar. Dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan, tidak secara langsung berpegang dengan esensi yang dilakukannya. Oleh karena
itu motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Selanjutnya Suryabrata 1995:72 menyatakan bahwa “motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.” Dalam
hal ini, motivasi mahasiswa untuk memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan adalah bukan hanya karena keinginan dalam diri sendiri atau bahkan keinginan itu
belum ada, tetapi karena adanya faktor-faktor pendukung lain yang menjadi penyebab pemilihan Program Studi Ilmu Perpustakaan, seperti anjuran dari
keluarga atau kerabat, atau bahkan bisa berupa paksaan. Pandangan serupa juga diungkapkan oleh M. Syah dalam Maryati
2003:27 bahwa “motivasi entrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu mahasiswa yang mendorongnya melakukan kegiatan belajar.” Dalam hal
ini mahasiswa mempelajari Ilmu Perpustakaan. Pujian, hadiah, peraturan, tata tertib, suri tauladan orang tua dan sebagainya merupakan contoh konkret motivasi
ekstrinsik yang dapat menolong mahasiswa untuk pengembangan masa depannya. Kekurangan ketiadaan motivasi itu baik yang bersifat intrinsik ataupun
ekstrinsik akan menyebabkan mahasiswa kurang bersemangat dalam mempelajari ilmu dalam hal ini ilmu perpustakaan dan kemungkinan hasilnya kurang
memuaskan.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menentukan apakah suatu tindakan digerakkan oleh motif intrinsik atau motif ekstrinsik dapat dilihat dari hubungan timbal balik antara faktor luar
dan faktor dalam. Di dalam tindakan yang bermotif intrinsik proses terjadinya tindakan adalah
Gambar 2.3 Proses Motivasi Intrinsik
Sedangkan pada tindakan yang bermotif ekstrinsik prosesnya adalah:
Gambar 2.4 Proses Motivasi Ekstrinsik
Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi mahasiswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langsung serta tidak bergantung
pada doronganpengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi, memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk masa depannya memeberikan pengaruh lebih
kuat dan relative lebih langsung dibandingkan dengan dorongan hadiah, keharusan dari orang tua ataupun pihak lain. Namun bukan berarti bahwa motivasi
ekstrinsik tidak baik atau tidak penting. Dalam kegiatan belajar kemungkinan besar keadaan mahasiswa itu
dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen lainnya dalam proses belajar ada yang kurang dimengertisulit bagi mahasiswa sehingga motivasi ekstrinsik
diperlukan.
Inisiatif dari dalam individu faktor dalam
Kemudian berdasarkan inisiatif tersebut mencari objek yang
relevan faktor luar
Rangsangan dari luar dari luar
Kemudian rangsangan tersebut menggerakkan individu untuk
berbuat faktor dari dalam
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Teori-teori Motivasi
Dalam kajian tentang motivasi, terdapat beberapa teori mengenai motivasi dari beberapa ahli. Beberapa diantaranya adalah:
1. Teori Kebutuhan dari Maslow
Abraham H. Maslow membagi tingkatan kebutuhan manusia pada lima hirarkhi kebutuhan yaitu:
1. Kebutuhan Fisiologis.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar. Sejak lahir hingga sampai akhir hayatnya, manusia membutuhkan makan,
minum, dan tempat beristirahat atau berlindung. Kebutuhan ini bersifat universal dan tidak mengenal batas geografis, asal usul, tingkat
pendidikan, status social, pekerjaan atau profesi, umur, jenis kelamin, dan factor-faktor lainnya yang menunjukkan keberadaan seseorang. Tetapi
adanya perbedaan seperti misalnya perbedaan perekonomian mengakibatkan perbedaan dalam pencapaian kepuasan terhadap kebutuhan
tersebut. 2.
Kebutuhan Keamanan. Kebutuhan keamanan bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga psikologis,
termasuk perlakuan adil. Kebutuhan ini berkaitan dengan tugas pekerjaan seseorang.
3. Kebutuhan Sosial.
Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai berbagai kebutuhan untuk diakui keberadaannya dan dihargai
harkat dan martabatnya. Kebutuhan sosial tersebut tercermin dalam empat bentuk “perasaan” yaitu:
a. Perasaan diterima oleh orang lain sense of belonging ditempat
berinteraksi dan bersosialisasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Kenyataan bahwa setiap orang memiliki jati diri yang khas dengan
segala kelebihan dan kekurangan membuat orang merasa dirinya penting dan tidak ingin diremehkan sense of importance.
c. Kebutuhan akan perasaan maju need for achievement. Setiap orang
ingin sukses dan merasa bangga jika sudah meraih kemajuan. Dan merasa tidak senang ketika mengalami kegagalan.
d. Kebutuhan akan perasaan diikutsertakan sense of participation.
Seseorang merasa dibutuhkan ketika diikutsertakan saat pengambilan keputusan yang menyangkut tugas dan pekerjaan.
4. Kebutuhan Self Esteem.
Salah satu ciri manusia adalah memiliki harga diri. Dalam lingkungan masyarakat, seseorang yang memiliki jabatan atau kedudukan tertentu,
maka orang tersebut semakin diakui dan diterima lebih baik oleh berbagai pihak ketika ia berinteraksi dengan masyarakat, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. 5.
Kebutuhan Aktualisasi Diri Kemampuan dan potensi yang dimiliki individu menjadikan individu
merasa ingin mencapai prestasi dalam pekerjaannya. Rasa puas tercipta setelah tujuan tercapai. Kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi
dari luar, harus dengan kemampuan dan kemauan individu. Aktualisasi juga berlangsung selama individu tersebut meniti karir.
2. Teori “Tiga Kebutuhan” David McCleland
Teori tiga kebutuhan dikemukakan oleh David McCleland dan rekan- rekannya dengan dasar bahwa setiap manusia memiliki tiga jenis
kebutuhan yaitu: 1.
Kebutuhan akan prestasi need for achievement. Kebutuhan untuk berhasil dan mencapai prestasi yang baik mendorong
individu untuk berusaha sesuai dengan standar yang telah ditetapkannya dalam meraih kesuksesan dan pencapaian tujuan. Need for achievement
Universitas Sumatera Utara
atau dikenal dengan rumus nAch mendorong individu untuk berusaha menjadi lebih baik dari yang lain.
2. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain need for affiliation.
Kebutuhan afilisiasi nAff tercipta ketika individu merasa nyaman berinteraksi dengan rekan kerja pada tingkat yang sama di lingkungan
kerja. Untuk memenuhi kebutuhan afilisiasi, individu bekerja sama dengan orang lain, bersosialisasi, dan akan menghindari persaingan.
3. Kebutuhan akan kekuasaan need for power.
Kekuasaan menjadikan persaingan antar individu. Keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain dan ego menjadikan individu
termotivasi. Berdasarkan dua teori motivasi diatas, teori motivasi yang paling
mendekati aspek yang menjadi motivasi mahasiswa dalam memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara adalah teori “tiga kebutuhan”
David McCleland berdasarkan tiga kebutuhan yang dimiliki manusia.
2.1.4 Motivasi dalam Belajar
Dalam melakukan sesuatu, individu membutuhkan motivasi sebagai daya penggerak sehingga hasil yang dicapai akan baik dan pekerjaan yang dilakukan
akan dilakukan dengan optimal. Dalam proses belajar, diperlukan motivasi sebagai pendorong atau daya
penggerak agar dapat belajar dengan baik, memusatkan perhatian, merencanakan tugas dan kegiatan yang berhubunganmenunjang belajar.
Tiga fungsi motivasi dalam proses belajar yaitu: 1.
Mendorong manusia dalam berbuat. Motivasi menjadi daya penggerak dari setiap kegiatan yang dilakukan.
2. Menentukan arah perbuatan. Motivasi menjadi acuan arah dan kegiatan
yang dilakukan agar sesuai dengan tujuannya.
Universitas Sumatera Utara
3. Menyeleksi perbuatan. Motivasi menentukan perbuatan-perbuatan yang
harus diakukankan dan sesuai dengan tujuan akhir agar hasil dapat dicapai dengan baik.
James Draver yang dikutip oleh Slameto 2003, 58 mengemukakan bahwa “motive is an effective-conative factor which operates in determining the direction
of an individual’s behavior towards an end or goal, consciously appearhead or unconsciously.” Pendapat di atas dapat diartikan bahwa motif adalah faktor
efektif-konatif yang beroperasi dalam menentukan arah dari perilaku individu terhadap tujuan akhir secara sadar ataupun tidak sadar. Jadi dalam suatu
pencapaian tujuan, secara sadar atau tidak sadar yang menjadi daya pendorong untuk bertindak adalah motif dari individu.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswamahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dari belajar dan arah sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Seseorang akan berhasil dalam belajar jika mempunyai
keinginandorongan yang kuat untuk belajar. Motivasi dalam hal ini meliputi 2 hal:
1. Mengetahui apa yang akan dipelajari.
2. Memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.
sebab tanpa motivasi, tujuan yang ingin dicapai sulit untuk berhasil dengan baik Sardiman, 2001:38.
Menurut Thorndike yang dikutip oleh Sardiman 2001, 33 dasar dari belajar adalah hubungan antara kesan panca indra sense
impression dengan impuls untuk bertindak impuls to action. Dengan kata lain belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan
reaksi.
Mengenai hal itu, Thorndike mengemukakan beberapa prinsip atau hukum yaitu law of effect, law of multiple response, law of exercise, law of assimilation.
Universitas Sumatera Utara
Diantara hukum belajar tersebut yang paling penting adalah law of effect, karena dalam hubungannya dengan belajar.
Ada 3 hal yang berhubungan dengan motif belajar yang merupakan aspek motivasi yaitu:
1. Keadaan yang mendorong tingkah laku.
2. Tingkah laku yang didorong oleh keadaan.
3. Tujuan dari tingkah laku.
Adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas
motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian belajar Sardiman, 2001:84.
2.1.5 Persepsi
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus-menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungannya yang dilakukan lewat panca inderanya yaitu indera penglihatan, indera pendengaran, indera peraba, indera perasa dan indera
penciuman. Desiderato yang dikutip Rakhmat 2005, 51 menyatakan “persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.” Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David
Krech dan Richard S. Crutchfield yang dikutip oleh Rakhmat 2005, 51 menyebutnya “faktor fungsional dan faktor struktural. Dan faktor yang paling
mempengaruhi persepsi yaitu perhatian attention.” Kenneth E. Andersen yang dikutip oleh Rakhmat 2005, 52 menyatakan bahwa “perhatian adalah proses
mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.”
Persepsi pada seseorang tidak muncul secara tiba-tiba. Menurut Siagian 1995, 100-105 ada beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya persepsi.
3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Diri orang yang bersangkutan sendiri
Interprestasi seseorang terhadap sesuatu berbeda-beda. Dan interprestasi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individual seperti sikap, motif,
kepentingan, minat, pengalaman dan harapan. 2.
Sasaran persepsi Sasaran yang dimaksud dapat berupa orang, benda, peristiwa, tergantung
pada individu masing-masing. 3.
Faktor situasi Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana
persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang.
Misalnya jika seseorang melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukan, atau melakukan suatu hal yang baru, hal tersebut akan menarik perhatian.
2.1.6 Teori Harapan
Harapan adalah keinginan, sesuatu yang diharapkan atau dipercaya dapat menjadi kenyataan. Teori harapan mengakibatkan kuatnya kecendrungan
seseorang bertindak tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan sesuatu yang diinginkan dan hasil tersebut menjadi daya tarik
individu sehingga termotivasi untuk bertindak. Harapan berkaitan dengan keyakinan individu bahwa suatu perilaku
tertentu akan diikuti dengan hasil tertentu. Semakin besar hasil yang akan dicapai, semakin besar pula motivasi individu.
Menurut Vrom dalam Mulyana yang dikutip Gustiani 2011, 32 teori harapan memiliki tiga 3 asumsi pokok yaitu:
1. Suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu.
2. Hasil tertentu punya nilai positif bagi individu.
3. Hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan individu.
Siagian 1995, 179 mengemukakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
teori harapan mengandung tiga variabel yaitu: daya tarik, hubungan antara prestasi dengan imbalan, dan hubungan kaitan antara usaha dan prestasi. Daya
tarik maksudnya adalah seberapa besar pengaruh yang dirasakan seseorang dan seberapa besar pentingnya hasil yang didapatkan. Hubungan antara prestasi dan
imbalan maksudnya adalah tingkat keyakinan seseorang tentang hubungan antara prestasi dengan hasil yang akan dicapai. Dan hubungan antara usaha dan prestasi
adalah persepsi seseorang tentang kemungkinan bahwa usaha tertentu yang dilakukan akan menjurus kepada prestasi.
Inti dari teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa kuatnya kecendrungan seseorang bertindak dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan
harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik dari hasil itu bagi orang yang bersangkutan.
2.2 Pustakawan 2.2.1 Pendidikan
Untuk menjadi seorang pustakawan, harus mendapatkan pendidikan di bidang Ilmu Perpustakaan. Pendidikan yang didapat boleh formal dan non formal.
Pendidikan formal perpustakaan memiliki tingkatan atau jenjang yang berbeda yaitu mulai dari D2, D3, S1, S2 dan S3. Dan untuk pendidikan non formal yaitu
berupa seminar, diklat pustakawan, pelatihan, dan lain sebagainya. Hal ini juga tertulis dalam Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 33
ayat 2 yaitu: Pendidikan untuk pembinaan dan pengembangan tenaga
perpustakaan dilaksanakan melalui pendidikan formal danatau nonformal.
2.2.2 Pustakawan Profesional
Pustakawan berasal dari kata “pustaka” dengan penambahan kata “wan” yang artinya orang yang bekerja atau memiliki profesi yang berkaitan dengan
perpustakaan dan bahan pustaka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pustawakan adalah orang yang bergerak dibidang perpustakaan. Dalam Undang-
Universitas Sumatera Utara
undang No. 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 8 yang dimaksud dengan “pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
danatau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.”
Menurut Soekarman yang dikutip oleh Hermawan 2006, 63 mendefinisikan bahwa
profesi adalah sejenis pekerjaan atau lapangan pekerjaan yang untuk melaksanakannya dengan baik memerlukan keterampilan danatau keahlian
khusus yang diperoleh dari pendidikan danatau pelatihan secara berkesinambungan sesuai dengan perkembangan bidang pekerjaan atau lapangan
pekerjaan yang bersangkutan.
Profesi adalah pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dikatakan sebagai profesi. Untuk menjadi sebuah profesi, suatu pekerjaan tersebut harus
dilatarbelakangi dengan pendidikan yang sesuai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
ketrampilan, kejuruan, dsb tertentu. Surakhmad yang dikutip oleh Hermawan 2006, 64 menyatakan bahwa
sebuah profesi harus mempunyai kriteria yaitu: a.
Profesi harus mempunyai bidang pekerjaan tertentu spesifik tidak boleh sama dengan pekerjaan yang dilakukan oleh profesi yang lain.
b. Bidang pekerjaan profesi itu harus bersifat pengabdian kepada
masyarakat public service pekerjaan yang bersifat pengabdian. c.
Profesi membutuhkan persyaratan tertentu. Persyaratan dasar tidak boleh sama dengan profesi yang lain.
d. Profesi harus memiliki ketrampilan khusus yang tidak dimiliki oleh
profesi lain e.
Profesi harus memiliki sikap dan kepribadian yang khas, yang membedakan dengan profesi yang lain.
f. Profesi harus mempunyai organisasi profesi, yang berfungsi
menghimpun, mengelola dan melayani anggota profesinya. g.
Profesi harus mempunyai pedoman sikap dan tingkah laku bagi anggotanya atau dikenal sebagai kode etik profesi
h. Profesi harus mempunyai dewan kehormatan profesi, yaitu organisasi
yang bertugas mengawasi perilaku anggotanya dalam melakukan tugas dan memberikan pertimbangan kepada pengurus pusat atas pelanggaran
kode etik yang dilakukan anggotanya.
Universitas Sumatera Utara
Abraham Flexner yang dikutip Bowden dikutip lagi oleh Hermawan 2006, 65 menyatakan bahwa suatu profesi paling tidak memenuhi 6 enam
persyaratan yaitu: 1.
Profesi merupakan pekerjaan intelektual. Artinya suatu profesi harus mempunyai kebebasan intelektual dalam pemecahan masalah, terutama
untuk memahami dan menguasai profesinya. 2.
Profesi merupakan pekerjaan ilmiah berdasarkan pengetahuan sains 3.
Profesi merupakan pekerjaan praktikal, bukan hanya bersifat teori saja tetapi dapat dipraktikkan dan diterapkan.
4. Profesi harus terorganisasi secara sistematis
5. Profesi harus memiliki standar cara melaksanakannya dan mempunyai
tolak ukur keberhasilannya 6.
Profesi merupakan pekerjaan altruism yang berorientasi pada masyarakat yang dilayani bukan pada diri professional itu sendiri.
Selanjutnya Mc Garry yang dikutip oleh Sukarman dikutip lagi oleh Hermawan 2006, 65 menyatakan bahwa ada 5 lima persyaratan dan
kelengkapan suatu profesi yaitu: 1.
Memiliki ketrampilan khusus 2.
Memiliki organisasi profesi yang akan menentukan tingkat-tingkat keahlian dan menetapkan keanggotaan.
3. Memiliki kode etik yang mengatur perilaku yang berdasarkan atas dua
loyalitas kepada tugas pokok dan klien. 4.
Memiliki dedikasi antar anggota dalam peningkatan profesi dan pendidikan.
5. Dalam melaksanakan tugasnya mengutamakan kesejahteraan umum.
Berdasarkan SK MENPAN No. 18 Tahun 1988 profesi pustakawan khususnya Pegawai Ngeri Sipil PNS diakui sebagai
jabatan fungsional. Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi professional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya
mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keahliannya.
Peranan pustakawan ada lima, dikenal dengan singkatan EMAS yaitu:
a Edukator
b Manajer
Universitas Sumatera Utara
c Administrator
d Supervisor
2.2.3 Kompetensi Pustakawan
Kompetensi menjadi persyaratan yang harus dimiliki tiap individu dalam suatu organisasi agar semua pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, tepat waktu,
tepat sasaran, dan sebanding antara biaya dan hasil yang diperoleh cost-benefit ratio.
Kompetensi menurut Richards dan Rodgers yang dikutip oleh Sulistyo- Basuki 2006, 52
terdiri atas keterampilan, pengetahuan, sikap dan tingkah laku inti yang dibutuhkan bagi terwujudnya sebuah kinerja yang efektif dalam
melaksanakan tugas atau kegiatan nyata. Kompetensi dalam kehidupan sehari-hari terefleksikan dari kebiasaan berpikir dan bertindak. Pendekatan
kompetensi ini tidak lahir dari teori baru, tetapi dari tuntutan dunia kerja yang nyata dan juga persaingan global yang semakin tinggi. Setiap
individu dalam profesi apapun perlu mengetahui dengan jelas kualifikasi yang dipersyaratkan untuk jenis pekerjaan tertentu, sehingga setiap
individu mengetahui dengan jelas apa yang perlu dikuasai dan dipersiapkannya. Kualifikasi ini juga menjadi acuan bagi setiap program
pelatihan. Karena itu, kualifikasi yang dipersyaratkan untuk setiap profesi sebagai standar kompetensi perlu dirumuskan dengan jelas dan pasti,
setelah mendapat masukan aktif dari masyarakat pengguna tenaga kerja, tentang kualifikasi yang dipersyaratkan untuk setiap profesi sebagai
standar kompetensi. Standar kompetensi atau kualifikasi ini dalam sistem kualifikasi ditandai dengan pemberian pengakuan atau sertifikasi yang
jelas.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa seseorang yang berkompetensi berarti memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan nilai
dasar yang diterapkan dalam melaksanakan tugas agar terwujudnya kinerja yang efektif. Untuk pustakawan, kompetensi bagi seorang tenaga perpustakaan adalah
Universitas Sumatera Utara
standar minimum bagi kemampuan dan keahlian yang perlu dipenuhinya dalam melakukan segala hal yang berkenaan dengan perpustakaan, dan berorientasi
kepada hasil yang memuaskan. Kompetensi tersebut harus sering dilatih dan dikuasai secara utuh, tidak hanya sebatas pengetahuan secara teoritis saja.
Sulistyo-Basuki 2006, 53 menyatakan bahwa sejak 2 dekade terakhir yaitu abad ke-20 dan terutama abad ke-21 telah
terjadi era baru yang ditandai dengan: a derasnya perkembangan teknologi yang memberi peluang bagi penciptaan layanan baru, b
tuntutan peningkatan layanan, serta c harapan para pustakawan itu sendiri dalam meningkatkan kesejahteraan hidup. Artinya pustakawan
perlu meningkatan kinerja mereka. Pada era globalisasi sekarang ini, apabila tenaga perpustakaan tidak meningkatkan profesionalismenya,
berbagai peluang yang seharusnya dimanfaatkan pustakawan di negeri sendiri akan diambil oleh pustakawan atau pakar informasi dari luar. Oleh
sebab itu, kompetensi dan profesionalisme tenaga perpustakaan kita perlu selalu ditingkatkan sesuai standar yang dibutuhkan para pengguna
perpustakaan.
Menurut Spencer Spencer yang dikutip oleh Sulistyo-Basuki 2006, 54 mengemukakan bahwa:
ada 5 jenis ciri kompetensi yaitu motif, ciri, konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi pengetahuan dan keterampilan itu secara relatif
tampak di permukaan. Konsep diri, ciri-ciri dan motif itu tersembunyi, melekat dalam kepribadian.
1. Motif: hal yang selalu dipikirkan atau diinginkan seseorang yang
dapat melahirkan kegiatan. 2.
Ciri: ciri fisik dan tanggapan yang dimiliki terhadap sebuah keadaan atau situasi.
3. Konsep diri: sikap, nilai-nilai atau citra diri seseorang.
4. Pengetahuan: informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang-
bidang khusus. 5.
Keterampilan: kemampuan untuk melaksanakan kegiatan fisik atau mental tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Kompetensi yang dimiliki seorang pustakawan, akan menunjukkan kualitas dari diri pustakawan tersebut. Kompetensi tersebut dapat terwujud dalam
bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan maupun sikap profesional dalam menjalankan tugas dalam mewujudkan fungsi perpustakaan yang baik.
Menurut Sulistyo-Basuki 2006,55 ada 3 indikator kompetensi tenaga perpustakaan. Tiga kompetensi tersebut terdiri atas:
a. Kompetensi informasi dengan tiga subkompetensi:
1. Pengembangan koleksi
2. Organisasi informasi
3. Jasa informasi
b. Kompetensi manajemen dengan subkompetensi:
1. Melaksanakan kebijakan
2. Manajemen sumber daya
3. Keuangan dan anggaran
c. Kompetensi pendidikan dengan subkompetensi:
1. Memiliki wawasan pendidikan 2. Mengembangkan keterampilan informasi
3. Bimbingan dan promosi penggunaan perpustakaan memiliki kemampuan berinisiatif
Pustakawan yang berkompeten tentunya lebih mampu bersaing dalam dunia kerja dan mampu menjadikan perpustakaan atau menyelesaikan tugasnya
dengan baik dan profesional. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat diketahui bahwa standar
kompetensi tenaga perpustakaan adalah suatu pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dan disepakati bersama dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut berkompeten.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Arikunto 2009, 234 merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya
pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak hanya dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya
menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.
Kemudian menurut Soewadji 2012, 26 penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan secara sistimatis fakta-fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, baik berupa keadaan, permasalahan, sikap, pendapat, kondisi, prosedur atau sistim secara factual dan
cermat. Penelitian deskriptif tidak untuk mencari atau menjelaskan hubungan dan juga tidak untuk menguji hipotesis juga tidak untuk membuat prediksi.
3.2 Lokasi Penelitian