istilah tersebut. Dari berbagai pendapat tersebut, peneliti mencoba untuk mengerucutkan istilah majas dan gaya bahasa. Peneliti menyimpulkan bahwa
gaya bahasa merupakan bagian dari majas. Hal ini karena majas merupakan bahasa yang dipergunakan secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang
sebenarnya. Dalam
menyampaikan maksudnya,
pengarang tentu
memanfaatkan kekayaan bahasa untuk mengungkapkan makna dari apa yang ditulisnya. Pemanfaatan bahasa itu diwujudkan pengarangnya dengan
penggunaan kata-kata yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat
mempengaruhi pembacanya. Penggunaan kata-kata itu ada berbagai macam cara atau gaya pengungkapan, tergantung dari kepribadian penulis. Dari
situlah pengarang dapat menggunakan berbagai macam gaya bahasa dalam menyampaikan tulisannya. Dari situlah maka dapat disimpulkan bahwa majas
terbagi dalam empat kategori yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas perulangan. Dalam setiap majas itulah terdapat
berbagai jenis gaya bahasa. Dari ulasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa majas perbandingan
terdiri atas empat jenis yaitu: gaya bahasa perumpamaan simile, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa metafora, dan gaya bahasa alegori.
4. Interpretasi
Widi 2010: 74 menyatakan bahwa interpretasi merupakan penafsiran makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain.
Penafsiran atas kata harus dilandasi oleh sikap obyektif. Interpretasi dilakukan supaya data sejarah yang telah terkumpul dapat dipahami oleh
orang lain sehingga menjadi fakta sejarah. Dalam tahapan ini seringkali subyektivitas peneliti mulai muncul. Oleh karena itu agar hal itu tidak
terjadi atau paling tidak diminimalkan, maka diperlukan analisis dan sintesis.
Ada beberapa jenis interpretasi, antara lain: a. Interpretasi verbal: interpretasi ini berkaitan dengan beberapa factor,
antara lain: a Bahasa
Kebanyakan pendekatan terhadap arti sebuah dokumen terletak pada kata dan kalimat. Interpretasi verbal berfungsi
menjelaskan arti kata-kata atau kalimat tersebut. Penjelasan ini tidak bias diperoleh tanpa mengetahui bahasa yang
dipergunakan dalam menuliskan suatu dokumen. b Perbendaharaan kata
Perbendaharaan kata selayaknya dikuasai peneliti secara kompleks sehingga dapat menginterpretasi suatu sumber
sehingga mengetahui ungkapan-ungkapan yang dipergunakan dalam dokumen.
c Tata bahasa dan konteks Tata bahasa dan konteks berfungsi untuk mengetahui arti kata,
kalimat, maupun wacana. Oleh karena itu peneliti harus memahami tata bahasa dalam sebuah sumber yang dikaji.
d Terjemahan atau tafsiran Sumber yang digunakan adalah sumber yang belum
diterjemahkan karena jika sumber yang digunakan telah diterjemahkan akan dikhawatirkan hasilnya kurang akurat.
b. Interpretasi teknis Interpretasi teknis dari sebuah dokumen pada dua pertimbangan. Pertama
tujuan penyusunan dokumen, yang kedua bentuk tulisan aslinya. Tujuan interpretasi teks tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga untuk
penikmatan intelektual, emosional, dan seni. c. Interpretasi logis
Interpretasi logis didasarkan pada pola berpikir, artinya pola pikir berdasarkan cara berpikir yang benar. Jadi dalam menafsirkan sebuah
dokumen harus dipandang secara keseluruhan serta memuat gagasan yang logis.
d. Interpretasi psikologis Interpretasi psikologis adalah interpretasi yang berusaha untuk membaca
dengan tinjauan kaca mata pembuat dokumen yang menyangkut dua aspek yaitu general dan individual. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi reaksi psikologis dalam diri seorang pengarang, antara lain: a Asal-usul, lingkungan, tempat hidup, dan pengalaman pribadi
b Pembentukan cultural c Karakter pengarang
d Tujuan penulis
e. Interpretasi faktual Interpretasi faktual adalah interpretasi yang tidak didasarkan atas kata-kata
tetapi pada fakta. Dalam hal ini yang menjadi titik pertimbangan adalah membiarkan fakta “berbicara” sendiri tanpa perlu membuat penafsiran
yang macam-macam sehingga interpretasi factual dapat dikatakan menyempurnakan interpretasi lainnya.
BAB III METODE PENELITIAN