Definisi Gaya Bahasa atau Majas

Poe dalam Nurgiyantoro, 2007: 10 mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira antara setengah jam sampai dua jam, suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel. Sumardjo 2007: 202 mengatakan bahwa cerpen adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalam “sekali duduk”. Cerita pendek mempunyai satu arti, satu krisis, dan satu efek untuk pembacanya. Merujuk beberapa definisi di atas, peneliti mendefinisikan cerpen adalah cerita rekaan atau cerita yang berbentuk prosa yang di dalamnya terdapat gejolak jiwa penulis yang dituangkan dalam karyanya.

2. Definisi Gaya Bahasa atau Majas

Sebelum menjelaskan gaya bahasa, terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian istilah gaya. Istilah gaya diangkat dari istilah style yang berasal dari bahasa Latin stilus dan mengandung arti leksikal “alat untuk menulis” Aminuddin, 2009: 72. Aminuddin juga menjelaskan bahwa dalam karya sastra, gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Sejalan dengan pengertian tersebut Scharbach dalam Aminuddin 2009:72 menyebut gaya sebagai hiasan, sebagai sesuatu yang suci, sebagai sesuatu yang indah dan lemah gemulai serta sebagai perwujudan manusia itu sendiri. Bagaimana seorang pengarang mengungkapkan gagasannya dalam wacana ilmiah dengan cara pengarang dalam kreasi cipta sastra, dengan demikian akan menunjukkan adanya perbedaan meskipun dua pengarang itu berangkat dari satu ide yang sama. Tarigan 1989: 179-197 dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Kosakata menyatakan gaya bahasa sebagai bahasa kias atau majas. Majas, kiasan, atau figure of speech adalah bahasa kias, bahasa yang indah dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda lain yang lebih umum. Tarigan 1985: 8-203 dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Gaya Bahasa menyatakan gaya bahasa yaitu bahasa yang indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda lain yang lebih umum. Dengan kata lain, gaya bahasa adalah penggunaan bahasa tertentu yang dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Keraf 2004: 113 dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa menyatakan gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis pemakai bahasa. Menurut Keraf, gaya bahasa dapat dibatasi dengan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis pemakai bahasa. Menurut Kridalaksana 1983: 49, gaya bahasa adalah suatu pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur kata atau menulis. Menurut Kosasih 2004: 40, gaya bahasa merupakan bahasa kias, bahasa yang digunakan untuk menciptakan efek tertentu. Menurut Wiyanto dalam Komara, 2010 mengatakan bahwa gaya bahasa adalah cara menyampaikan pikiran dan perasaan. Merujuk dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya adalah tatanan yang bersifat lugas, jelas, dan menjauhkan unsur-unsur gaya bahasa yang mengandung makna konotatif. Sedangkan pengarang dalam karya sastra justru akan menggunakan pilihan kata yang mengandung makna padat, reflektif, asosiatif, dan bersifat konotatif. Selain itu, tatanan kalimat- kalimatnya juga menunjukkkan adanya variasi dan harmoni sehingga mampu menuansakan keindahan dan bukan hanya nuansa makna tertentu saja. Oleh sebab itulah masalah gaya dalam sastra akhirnya juga berkaitan erat dengan masalah gaya dalam bahasa itu sendiri. Sudjiman 1998: 13 menyatakan bahwa sesungguhnya gaya bahasa dapat digunakan dalam segala ragam bahasa baik ragam lisan, tulis, nonsastra, dan ragam sastra, karena gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Akan tetapi, secara tradisional gaya bahasa selalu ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks sastra tertulis. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, citraan, pola rima, matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Pradopo dalan Endraswara, 2003: 72 menyatakan bahwa nilai seni sastra ditentukan oleh gaya bahasa. Gaya bahasa dapat dikatakan sebagai keahlian seorang pengarang dalam mengolah kata-kata. Jangkauan gaya bahasa sangat luas, tidak hanya menyangkut masalah kata tetapi juga rangkaian dari kata-kata tersebut yang meliputi frasa, klausa, kalimat, dan wacana secara keseluruhan Keraf, 2004: 112 termasuk kemahiran pengarang dalam memilih ungkapan yang menentukan keberhasilan, keindahan, dan kemasuk akalan suatu karya yang merupakan hasil ekspresi diri Sayuti, 2000: 110. Sejalan dengan Sayuti, Endraswara 2003: 73 juga menyatakan bahwa gaya bahasa merupakan seni yang dipengaruhi oleh nurani. Melalui gaya bahasa sastrawan menuangkan idenya. Bagaimanapun perasaan saat menulis, jika menggunakan gaya bahasa, karya yang dihasilkan akan semakin indah. Jadi, dapat dikatakan gaya bahasa adalah pembungkus ide yang akan menghaluskan teks sastra. Gaya bahasa atau majas adalah bahasa kias, bahasa indah yang dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum Tarigan, 1990:112, sebagaimana dalam Dale,dkk 1971: 220. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yg lain atau kiasan. Gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa agar daya tarik akan bertambah Sumarjo dan Saini, 1984:127. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan kemampuan seorang pengarang dalam menggunakan ragam bahasa tertentu dalam karyanya sehingga memberi kesan pada pembacanya.

3. Jenis-jenis Gaya Bahasa