Gaya Bahasa Perumpamaan Hasil Analisis Data

pandai menyembunyikannya dengan bersikap layaknya orang baik-baik di depan orang banyak. Gaya bahasa metafora pada kalimat c terdapat pada “Ibu” yang menjadi objek dan yang menjadi pembanding adalah “medusa”. Dalam mitologi Yunani, Medusa berarti penjaga atau pelindung adalah seorang wanita cantik dengan ular sebagai rambutnya. Medusa pada awalnya adalah seorang perawan cantik dan merupakan pendeta wanita di kuil milik Athena. Namun suatu ketika ia diperkosa oleh Poseidon di dalam kuil Athena. Hal ini membuat Athena marah, ia pun mengubah rambut Medusa menjadi ular dan mengutuk Medusa sehingga siapapun yang melihat matanya, akan menjadi batu. Penggunaan gaya bahasa metafora pada kalimat nomor c memberi makna bahwa Ibu dari tokoh saya adalah seorang penyanyi terkenal yang sering diundang ke luar kota. Surat kabar menuliskan bahwa ibu tersebut dijuluki penyanyi Medusa karena kecantikan yang memikat mata orang-orang, terutama mata laki-laki. Mungkin, kecantikan tersebut dianggap menjadi kutukan bagi laki- laki yang tertarik tidak hanya terhadap suara, tetapi juga dengan paras cantiknya.

2. Gaya Bahasa Perumpamaan

Gaya bahasa perumpamaansimile adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang berbeda tetapi sengaja dianggap sama. Gaya bahasa ini ditandai dengan kata pembanding seperti, bagaikan, bagai, bak, serupa, dan kata pembanding lainnya. Dalam kumpulan cerpen “Mereka Bilang, Saya Monyet” ditemukan berbagai gaya bahasa perumpamaan sebagai berikut. a. “Hati saya terasa ngilu bagai disayat-sayat sembilu” hal 2 S.1 b. “Seperti kerbau dicucuk hidungnya mereka mengikuti langkah Mayra menuju kantin” hal 39 S.2 c. “Rintik hujan mulai jatuh bagai jutaan jarum emas menghujam bumi” hal 58 S.3 d. “Semua berdesing-desing bagai letusan senapan di sekelilingnya ketika ia melihat sesosok laki-laki berdiri menatapnya” hal 64 S.4 Analisis gaya bahasa perumpamaan pada kalimat a yakni pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata pembanding seperti, bagai, ibarat untuk menegaskan bahwa kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Namun, kalimat tersebut menggunakan kata bagai untuk menandakan adanya gaya bahasa perumpamaan. Pengarang mengibaratkan rasa sakit hati manusia dengan sayatan sembilu. Kalimat a menunjukan bahwa sembilu adalah sebilah pisau yang terbuat dari bambu yang tipis, kecil, dan tajam. Sembilu ini biasa digunakan oleh orang zaman dahulu untuk mengiris usus atau bagian-bagian tubuh ayam yang disembelih. Benda ini tidak dapat digunakan untuk memotong, tetapi khusus untuk mengiris atau menyayat. Dengan ketajamannya, usus ayam dengan mudah dapat diiris dan dibersihkan bagian dalamnya. Dengan memperhatikan keampuhan sembilu dalam menyayat itulah sembilu digunakan untuk menyatakan betapa pedih dan sakitnya perasaan tokoh saya karena ditertawakan dan merasa tidak dipedulikan. Pengarang ingin menunjukkan bahwa sakit hati yang dirasakan tokoh saya begitu besar sehingga tidak cukup disebut dengan kata “ngilu”. Analisis gaya bahasa perumpamaan pada kalimat b yakni pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata seperti, bagai, bagaikan, dan ibarat untuk menegaskan bahwa kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Namun, kalimat tersebut menggunakan kata seperti untuk menandakan adanya gaya bahasa perumpamaan. Pengarang mengibaratkan mereka teman-teman Mayra dengan hewan kerbau. Kalimat b menunjukkan bahwa sebagaimana dengan kuda dan gajah, kerbau juga menjadi binatang yang dapat digunakan untuk membantu aktivitas manusia. Karena kekuatannya, kerbau dapat dikendalikan untuk membajak sawah atau pun mendorong pedati. Untuk mengendalikan kerbau, seseorang tidak cukup menggunakan cambuk tetapi juga menggunakan semacam cincin yang dipasang di antara rongga hidung kerbau. Untuk memasukkan cincin tersebut, hidung kerbau harus dicucuk dan dilubangi. Selanjutnya, cincin tersebut dimasuki dengan tali yang dapat digunakan untuk mengendalikan kerbau. Tindakan mereka mengikuti Langkah Mayra menuju kantin diibaratkan seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Artinya, mereka mengikuti Mayra begitu saja seperti ada tarikan kuat yang berasal dari Mayra. Mungkin tarikan itu berupa pesona Mayra yang seolah- olah mengendalikan mereka untuk mengikutinya. Pesona tersebut membuat laki- laki tak berdaya. Pada kalimat c, pengarang membandingkan “rintik hujan” dengan “jutaan jarum emas”. Kalimat di atas menggunakan gaya bahasa perumpamaan karena perbandingannya ditandai dengan kata bagai. Kalimat c menunjukan bahwa jarum melambangkan ketajaman. Emas dapat menunjukkan suatu benda yang berharga yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Maknanya, pengarang hendak menggambarkan betapa mengerikannya rintik hujan tersebut. Rintik hujan tersebut sangat deras sehingga orang-orang berusaha menghindarinya agar tidak sakit walaupun di sisi lain hujan juga sangat berharga karena manusia membutuhkannya untuk berbagai keperluan. Pada kalimat d, gaya bahasa perumpamaan terdapat pada cara pengarang membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam kalimat di atas yang dibandingkan yaitu kata “semua berdesing-desing” dan “letusan senapan” yang ditandai dengan kata pembanding bagai. Kalimat d menunjukkan bahwa senapan bila ditembakkan akan mengeluarkan suara yang bising, menyakitkan, dan tidak karuan. Makna dari kalimat itu bahwa dengan kalimat itu, pengarang ingin menggambarkan suasana hati tokoh ia yang perasaannya tidak karuan ketika melihat sesosok laki-laki yang berdiri menatapnya. Sosok itu adalah laki-laki yang selama ini mengisi hatinya namun juga melukai perasaannya.

3. Gaya Bahasa Personifikasi