Cerpen SMS No. Cerpen Menepis Harapan No.

Mungkin tarikan itu berupa pesona Mayra yang seolah-olah mengendalikan mereka untuk mengikutinya. Pesona tersebut membuat laki-laki tak berdaya.

5. Cerpen SMS No.

Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna Tidak ada data yang ditemukan

6. Cerpen Menepis Harapan No.

Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna 19 “Suara gong selalu menyambut kedatangan tamu di lobby hotel ini” hal 56 P.14 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “menyambut”. Kegiatan menyambut biasa dilakukan manusia saat mereka kedatangan tamu dalam suatu acara. Pada kalimat di atas, suara gong diandaikan seperti manusia yang dapat menyambut tamu. Manusia biasa menyambut tamu saat mereka mengadakan suatu acara. Pengarang membuat suara gong seolah-olah dapat menyambut tamu layaknya manusia. Kalimat 19 bermakna bahwa suara gong seolah- olah selalu menyongsong kedatangan orang-orang di lobby hotel. 20 “Gelak tawa dan derap kaki anak-anak kecil berlari menyapa hangat telinganya” hal 56 P.15 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “menyapa”. Menyapa mengacu pada kegiatan manusia untuk sekedar menegur atau mengajak bercakap-cakap orang lain. Pada kalimat di atas, “gelak tawa dan derap kaki” diandaikan seperti manusia yang dapat menyapa seseorang. Kalimat 20 bermakna bahwa tokoh ia seolah- olah diajak bercakap- cakap oleh tawa dan derap kaki anak-anak kecil yang sedang berlari. 21 “Rintik hujan mulai jatuh bagai jutaan S.3 Pengarang membandingkan “rintik hujan” dengan “jutaan Jarum melambangkan ketajaman. Emas dapat jarum emas menghujam bumi” hal 58 jarum emas”. Kalimat 21 menggunakan gaya bahasa perumpamaan karena perbandingannya ditandai dengan kata bagai. menunjukkan suatu benda yang berharga yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Mungkin pengarang hendak menggambarkan betapa mengerikannya rintik hujan tersebut. Rintik hujan tersebut sangat deras sehingga orang-orang berusaha menghindarinya agar tidak sakit walaupun di sisi lain hujan juga sangat berharga karena manusia membutuhkannya untuk berbagai keperluan. 22 “Dan ia merasa sangat jauh terasing dari pengunjung hotel yang sekedar datang untuk makan, minum, dan bermalam. Merasa tidak menjadi bagian dari kemewahan dan kebahagiaan itu. Merasa dirinya cuma serpihan debu yang menyelinap secara sembunyi-sembunyi di antara denting gelas kristal, gemerlap mutiara dan berlian” hal 61 M.4 Gaya bahasa metafora terdapat kata ”ia” dan ”serpihan debu”. Pengarang mencoba membandingkan “ia” dengan ”serpihan debu” tanpa menggunakan kata-kata pembanding seperti, bagai, bak, dan kata pembanding lainnya. Tokoh “ia” diandaikan seperti seorang penyelinap, seperti halnya “serpihan debu” yang begitu kecil dan mudah menyelinap di berbagai tempat. kalimat 22 memiliki makna bahwa tokoh ia merasa asing di antara para pengunjung yang datang ke tempat itu. Itu disebabkan karena ia merasa memiliki tujuan yang berbeda dengan para pengunjung. Ia berada di tempat itu untuk bekerja mencari uang, sedangkan mereka datang ke tempat itu untuk bersenang- senang menghamburkan uang. 23 Malam hadirkan bulan. Bulan cipta cahaya. Cahaya menyeka angkasa. Angkasa mengirim hujan. Hujan menyapa angin. Angin menggoyang perahu. Perahu tempat mereka bercinta dan menjalin lamanya tiga tahun hubungan. Namun A Gaya bahasa alegori pada kalimat 23 dapat dilihat dari cara pengarang menyatakan perbandingan antara hal yang satu dengan hal yang lain secara implisit dan saling berkesinambungan. Kalimat 23 bermakna bahwa tokoh utama dalam cerpen tersebut tidak dapat hidup bersama dengan Glen, pria beristri yang dicintainya. Walaupun mereka sudah beberapa tahun menjalin hubungan namun mereka tidak bias bersatu. Hal ini dikarenakan pria beristri tersebut lebih memilih angin hanya menggoyang perahu mereka tanpa pernah mengirim ke pelabuhan. Pelabuhan dimana mereka bisa menepi dan membangun rumah bahagia dengan fondasi cinta. Angin hanya mengombang- ambingkan perahu dan menggulung ombak hingga mereka tertelan ke dalam samudera tanpa dasar hal. 62 meninggalkan wanita itu untuk hidup bersama istrinya dan anak-anaknya. 24 “Di atas tempat duduk bar yang tinggi ia harus berusaha duduk dengan sikap yang benar atau belahan tinggi pada pahanya akan memancing kerlingan mata-mata nakal” hal 63 P.16 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “memancing”. Memancing mengacu pada kegiatan manusia dengan menggunakan sesuatu untuk memikat sasarannya. Pada kalimat di atas, “belahan tinggi pada paha” diandaikan seperti manusia yang dapat memancing sesuatu. Makna dari kalimat 24, tokoh dalam cerpen berusaha duduk dengan sikap yang benar agar pahanya tidak terlihat. Hal ini dikarenakan busana yang ia kenakan cukup pendek sehingga apabila pahanya terlihat, hal itu dapat mengundang para para lelaki untuk melihatnya dan membuat mereka membayangkan sesuatu yang nakal. 25 “Semua berdesing- desing bagai letusan senapan di sekelilingnya ketika ia melihat sesosok laki- laki berdiri menatapnya” hal 64 S.4 Gaya bahasa perumpamaan terdapat pada cara pengarang membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam kalimat di atas yang dibandingkan yaitu kata “semua berdesing-desing” dan “letusan senapan” yang ditandai dengan kata pembanding bagai. Senapan bila ditembakkan akan mengeluarkan suara yang bising, menyakitkan, dan tidak karuan. Pengarang menggambarkan suasana hati tokoh ia yang perasaannya tidak karuan ketika melihat sesosok laki-laki yang berdiri menatapnya. Sosok itu adalah laki-laki yang selama ini mengisi hatinya namun juga melukai perasaannya.

7. Cerpen Nayla No.