Jenis-jenis Gaya Bahasa Kajian Pustaka 1. Definisi Cerpen

3. Jenis-jenis Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan kemampuan pengarang dalam menggunakan ragam bahasa tertentu dalam karyanya sehingga memberi kesan pada pembacanya. Pemilihan dan penggunaan berbentuk kiasan bisa saja berhubungan dengan selera, kebiasaan, kebutuhan dan kreativitas pengarang. Penelitian gaya bahasa terutama dalam karya sastra yang diteliti adalah wujud bagaimana bentuk gaya bahasa itu dan efek apa yang ditimbulkan oleh penggunaannya atau apa fungsi penggunaan gaya bahasa tersebut dalam karya sastra. Hendy 1985:100 membagi gaya bahasa dalam empat kelompok, antara lain: a. Gaya Bahasa Penegasan Gaya bahasa penegasan ini ada 16 macam, antara lain : 1 Pleonasme , yaitu penegasan dengan menggunakan kata yang sama maksud dengan kata mendahuluinya. Misalnya: a Majulah ke depan ke depan sudah berarti maju b Mundur segera ke belakang mundur sudah berarti ke belakang c Capek mulut saya berbicara yang digunakan untuk berbicara memang mulut, bukan yang lain 2 Repetisi, yaitu penegasan dengan jalan mengulang kata yang dipakai dalam pidato atau karangan prosa. Misalnya: a Tidak ada kata lain selain berjuang, berjuang dan terus berjuang. b Selamat datang pahlawanku, selamat datang pujaanku, selamat datang bunga bangsaku. 3 Tautologi, yaitu penegasan dengan jalan mengulang sebuah kata beberapa kali dalam sebuah kalimat. Misalnya: a Kejar, kejarlah impianmu. b Lepas, lepaskanlah semua kegelisahanmu. c Biar, biarkan semuanya berjalan seperti air mengalir. 4 Paralelisme, yaitu gaya bahasa pengulangan dalam puisi. Paralelisme dibagi 2 macam, yaitu: a Anafora, pengulangan awal baris kalimat: Kucari kau dalam toko-toko Kucari kau karena cemas karena sayang Kucari kau karena sayang karena bimbang Kucari kau karena kaya mesti di ganyang. b Epifora, pengulangan kata pada akhir baris atau kalimat berurutan. Misalnya: Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidur Aku mencercah daging ketika kau tidur 5 Klimaks, melukiskan keadaan yang menaik. Misalnya: a Semua jenis kendaraan, mulai dari sepeda, motor, sampai mobil berjajer di halaman. b Baik itu RT, Kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur, maupun Presiden memiliki kedudukan yang sama di mata Tuhan. 6 Antiklimaks, melukiskan keadaan yang makin menurun. Misalnya: Orang tua, dewasa, remaja, dan anak-anak semuanya hadir dalam kegiatan bakti sosial itu. 7 Retorik, pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban,karena telah sama-sama dimaklumi jawabannya. Biasanya dipakai dalam pidato, untuk menandaskan maksud atau untuk mengejek. Misalnya: a Menegaskan: Siapa yang tidak ingin hidup bahagia dunia akhirat? b Mengejek: Apa ini hasil dari pekerjaanmu selama bertahun-tahun? 8 Inversi, susunan kalimat yang predikatnya mendahului subjek, untuk menghidupkan pernyataan. Misalnya: a Merahlah mukanya mendengar caci maki sahabat karibnya. b Merantaulah mereka ke negeri seberang. 9 Elipsis, pemakaian kalimat elipsis, yaitu menyebutkan salah satu bagian kalimat saja,mungkin subjeknya saja, atau objeknya saja, karena sudah dalam suasana yang sama-sama dimaklumi. Misalnya: a Dia dan ibunya ke Tasikmalaya penghilangan predikat pergi. b Lari penghilangan predikat kamu. 10Koreksio, penggunaan kata lain yang lebih tepat sebagi koreksi terhadap kata yang dipakai terdahulu. Misalnya: a Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini b Tadi malam… oh bukan, tadi pagi maksud saya, tetangga sebelah mencuri mangga tetangga sebelahnya. 11Interupsi, yaitu penyisipan kata atau kelompok kata pada kalimat. Misalnya: a Pak Karto, lurah desaku, orangnya sangat baik. b Yogyakarta, kota pelajar itu, mulai hari ini menjadi tuan rumah AFTA. 12Asindenton, yaitu menyebutkan sesuatu berturut-berturut tanpa menggunakan kata penghubung, agar pembaca mengalihkan perhatianya kepada hal-hal yang disebutkan itu. Misalnya: Bus, truk, motor, semuanya ditahan dan penumpangnya diperiksa satu persatu. 13Polisendenton yaitu melukiskan rangkaian kejadian dengan menggunakan kata penghubung, lebih-lebih dalam sastra lama. Misalnya: Maka apabila sampailah dekat kepada kampung orang, apabila orang empunya kampung itu melihat akan dia, maka diusirnyalah dengan kayu, maka si miskin itupun larilah ia ke pasar. 14 Preterito, yaitu menyembunyikan maksud yang sebenarnya supaya pendengar berpikir dan turut menyelidiki. Misalnya: Hal ini tak usah saya ceritakan lagi, umum sudah tahu. 15 Enumersi, yaitu uraian secara satu persatu dengan kalimat singkat agar bagian-bagian itu jelas dalam keseluruhannya. Misalnya: Saling jaga tata susila Saling bina martabat bersama Agar semua hidup bahagia 16 Esklamasi, Pemakaian kata-kata seru untuk mempertegas seruan. Misalnya: Subhanallah, indah benar pemandangan ini b. Gaya Bahasa Perbandingan 1 Metafora, yaitu membandingkan dua hal secara langsung,tetapi dalam bentuk yang singkat. Misalnya: a Sang ratu malam telah muncul di ufuk timur. ratu malam=bulan b Aku sangat mencintai buku karena buku adalah jendela dunia. jendela dunia=sumber ilmu 2 Personifikasi, yaitu kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Misalnya: a Nyiur melambai memanggil beta ke pantai. b Awan hitam menebal diiringi halilintar bersahut-sahutan. 3 Litotes, yaitu gaya bahasa untuk merendahkan diri dengan menyebutkan keadaan yang berlawanan. Misalnya: a Terimalah hadiah ini ala kadarnya padahal hadiahnya mahal-mahal b Apa yang kami berikan ini memang tak berarti buatmu. padahal pemberiannya sangat berharga 4 Metonimia, yaitu melukiskan arti yang mengkhusus karena telah merupakan istilah yang tertentu dan telah bergeser dari arti yang semula. Misalnya: Ayah baru saja membeli zebra, padahal saya ingin kijang mobil 5 Simbolik atau pelambang, yaitu melukiskan suatu benda dengan simbol atau lambang. Misalnya: a Bunga kemboja adalah lambang kematian b Bunga adalah lambang wanita dan keindahan 6 Eufimisme, yaitu pemakaian kata-kata halus sebagai ganti kata- kata dianggap kasar ,kurang sopan atau tabu. Misalnya: a Penjahat perang Bosnia telah diamankan PBB. penjahat perang=teroris b Karyawan Adam Air telah dirumahkan sejak tiga bulan yang lalu. di rumahkan= di penjarakan 7 Hiperbola, gaya bahasa yang dipakai untuk melebih-lebihkan sesuatu. Misalnya: a Ayah bekerja membanting tulang demi kami. membanting tulang = kerja keras b Pekik merdeka berkumandang di angkasa. 8 Alusio, pemakaian karmina atau penting, kilat yang tidak diselesaikan, untuk menyampaikan suatu maksud yang tersembunyi. Misalnya: a Apakah setiap guru harus bernasib seperti Umar Bakri? b Kartini kecil itu memperjuangkan haknya. 9 Parabel, maksud yang samar-samar yang terdapat dalam uraian sebuah cerita, pembaca harus menelaah sedalam-dalamnya agar mengerti maksud karangan tersebut. Misalnya: Cerita Ramayana melukiskan maksud bahwa yang benar tetap benar. 10 Asosiasi, perbandingan yang menimbulkan asosiasi terhadap keadaan yang sebenarnya. Misalnya: Mukanya pucat bagaikan mayat. 11 Tropen, kilasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang. Misalnya: Wawa duduk melamun, hanyut dibawa perasaannya. 12 Pars pro toto, menyebut sebagian, tapi yang dimaksudkan seluruh bagian. Misalnya: Sampai sore ini, Ita belum kelihatan batang hidungnya. 13 Totem proparte, menyebutkan seluruh bagian, tapi yang dimaksudkan sebagian saja. Misalnya: a Sekolah kami memenangkan pertandingan itu. yang menang sesungguhnya tim yang main saja b Indonesia meraih medali perunggu dalam kejuaraan Uber Cup 2008. Yang meraih medali perunggu sesungguhnya hanya semua regu Uber Cup 14 Ferifrasi, gaya bahasa perbandingan dengan jalan mengganti sebuah kata dengan gabungan frase yang sama arti dengan kata yang diganti tersebut. Misalnya: Mila telah menyelesaikan kuliahnya tahun 2008. 15 Antonomasia, gelaran atau julukan kepada seseorang. Misalnya: Si gendut suka sekali melucu. 16 Alegori, suatu cerita singkat yang mengandung kilasan makna. Misalnya: Pasangan suami istri itu menjalani bahtera rumah tangganya dengan tenang. c. Gaya Bahasa Sindiran Gaya bahasa sindiran ada 3 macam yaitu : 1 Ironi, gaya bahasa sindiran halus. Misalnya: a Rajin benar, jam 9 baru bangun. b Bagus benar tulisanmu, seperti cakar ayam. 2 Sinis, gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Misalnya: Kelakuanmu seperti anjing kepanasan 3 Sarkasme, cemooh yang kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan. Misalnya: a Kamu bodoh. b Aku muak melihat wajahmu. d. Gaya Bahasa Pertentangan Gaya bahasa pertentangan ada 4 macam,antara lain: 1 Kontradiksi, yaitu gaya bahasa pertentangan dengan jalan menggunakan sebuah kata yang dipakai terdahulu. Misalnya: a Semua kelas telah diperiksa, hanya kelas satu yang belum. kalau masih ada yang belum diperiksa, mengapa dikatakan ‘semua’ telah diperiksa? b Semua penduduk telah mengungsi, kecuali perempuan tua itu. kalau masih ada yang belum mengungsi, mengapa dikatakan ‘semua’ telah mengungsi? 2 Paradoks, yaitu melukiskan sesuatu yang seolah-olah berlawanan tetapi logikanya ada. Misalnya: Dia itu kaya harta tapi miskin hati. 3 Antitesis, yaitu pemakaian kata-kata yang berlawanan arti, untuk lebih menghidupkan pernyataan. Misalnya: a Tua-muda, besar-kecil, pria-wanita, berduyun-duyun pergi ke lapangan. b Hujan-panas, siang-malam, pagi-sore, tak henti-hentinya dia mencari anaknya yang hilang itu. 4 Okupasi, yaitu gaya bahasa yang menyatakan bantahan atau keberatan terhadap sesuatu yang oleh umum orang banyak dianggap benar. Misalnya: Merokok memang mempercepat proses kematian tetapi si perokok tak mau menghentikannya. Akibatnya bermunculan pabrik-pabrik rokok. Moeliono 1989: 175 membedakan gaya bahasa menjadi tiga. Gaya bahasa tersebut antara lain: 1 perbandingan yang meliputi perumpamaan metafora, dan penginsanan; 2 pertentangan yang meliputi hiperbola, litotes, dan ironi; 3 pertautan yang meliputi metonomia, sinekdoke, kilatan, dan eufemisme. Sementara itu dalam bukunya Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia, Kosasih 2004 menjabarkan macam-macam majas atau gaya bahasa menjadi empat jenis antara lain: 1. majas perbandingan yang meliputi: personifikasi, perumpamaan, metafora, dan alegori; 2. majas pertentangan yang meliputi: hiperbola, litotes, ironi, paradox, dan antithesis; 3. majas pertautan yang meliputi: metonimia, sinekdoke, alusi, dan ellipsis; 4. majas perulangan yang meliputi: aliterasi, antanaklasis, repetisi, dan paralelisme. Menurut Gorys Keraf 2009:115, gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian yaitu dari segi nonbahasa dan segi bahasa. Dilihat dari segi nonbahasa, gaya bahasa terbagi menjadi tujuh bagian, yaitu: 1 gaya bahasa berdasarkan pengarang, 2 gaya bahasa berdasarkan masa, 3 gaya bahasa berdasarkan medium, 4 gaya bahasa berdasarkan subjek, 5 gaya bahasa berdasarkan tempat, 6 gaya bahasa berdasarkan hadirin, 7 gaya bahasa berdasarkan tujuan. Dilihat dari segi bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan, antara lain: 1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa ini mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian pemakaian bahasa dalam situasi- situasi tertentu. Gaya bahasa ini dapat dibedakan menjadi gaya bahasa resmi, gaya bahasa tidak resmi, dan gaya bahasa percakapan. a. Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa yang bentuknya lengkap dan dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, seperti dalam pidato presiden, berita Negara, dan pidato-pidato penting lainnya. b. Gaya bahasa tak resmi merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar atau kesempatan yang kurang formal. Gaya bahasa ini biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, artikel- artikel, dan sebagainya. Gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa yang umum dan normal bagi pelajar. c. Gaya bahasa percakapan adalah gaya bahasa yang ada sejalan dengan kata-kata percakapan. Dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata popular dan kata-kata percakapan. 2. Gaya bahasa berdasarkan nada Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sering kali sugesti ini akan lebih nyata di dalam bahasa lisan. 3. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat Gaya bahasa ini diciptakan berdasarkan struktur kalimat. Struktur kalimat disini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Keraf membagi gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat menjadi: a. Klimaks, gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang dimulai dari gagasan yang kurang penting kepada hala-hal yang lebih penting. b. Antiklimaks, gaya bahasa yang yang gagasannya diurutkan dari yang paling penting ke gagasan yang kurang penting. c. Paralelisme adalah gaya bahasa yang bersifat sejajar dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Namun bila terlalu banyak digunakan, maka kalimat-kalimat akan menjadi kaku dan mati. d. Antitesis adalah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan menggunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. e. Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk member tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Jenis-jenis repetisi diantaranya adalah epizeuksis, tautotes, anaphora, epistrofa, symploche, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis. 4. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut sebagai trope atau figure of speech. Dalam gaya bahasa ini, terjadi suatu penyimpangan bahasa secara evaluatif atau secara emotif dari bahasa biasa dalam ejaan, pembentukkan kata, konstruksi kalimat, klausa, frasa, ataupun aplikasi sebuah istilah untuk memperoleh kejelasan, penekanan, hiasan, humor, atau sesuatu efek yang lain. Fungsi dari figure of speech ini adalah menjelaskan, memperkuat, menghidupkan obyek mati, menstimulasi asosiasi, menimbulkan gelak ketawa atau untuk hiasan. Gaya bahasa ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu: a. Gaya bahasa retoris adalah gaya bahasa yang mengalami penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu. Macam-macam gaya bahasa retoris adalah sebagai berikut: 1 Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi atau kadang dalam prosa. 2 Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. 3 Anastrof atau inverse adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. 4 Apofasis atau preterisio adalah gaya bahasa yang mana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi seperti menyangkalnya. 5 Apostrof adalah semacam gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Cara ini biasanya digunakan oleh orator klasik. 6 Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. 7 Polisindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asyndeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan oleh kata sambung. 8 Kiasmus adalah gaya bahasa yang terdiri atas dua bagian, baik frasa maupun klausa, yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan satu sama lain. 9 Elipsis adalah suatu gaya bahasa yang menghilangkan suatu unsur kalimat agar ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. 10 Eufemisme adalah gaya bahasa yang semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan yang halus untuk menggantikan kata-kata yang mungkin dirasakan menghina. 11 Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Unggapan yang menyatakan suatu gagasan yang berlawanan. 12 Histeron proteron adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau sesuatu yang wajar. 13 Pleonasme dan tautology adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. 14 Perifrasis adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme, namun kata-kata yang berlebihan dalam gaya bahasa perifrasis ini sebenarnya dapat digantikan dengan satu kata saja. 15 Prolepsis atau Antisipasi adalah gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi. 16 Erotesis adalah gaya bahasa yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar. 17 Silepsis dan Zeugma adalah gaya di mana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya yang berhubungan dengan kata pertama. 18 Koreksio atau epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. 19 Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu. 20 Paradoks adalah gaya bahasa pertentanggan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. 21 Oksimoron adalah gaya bahasa yang berusaha menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan. Gaya bahasa ini mengandung pertentangan denga mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama. b. Gaya bahasa kiasan adalah gaya bahasa yang mengalami penyimpangan lebih jauh, khususnya dalam bidang makna. 1 Persamaansimile Persamaan simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. a Kikirnya seperti kepiting batu b Bibirnya seperti delima merekah 2 Metafora Metafora adalah bahasa kiasan sejenis perbandingan namun todak menggunakan kata pembanding. Di sini perbandingan dilakukan secara langsung tanpa kata sejenis bagaikan, ibarat, laksana, dan semacamnya. Misalnya: a Kesabaran adalah bumi b Kesadaran adalah matahari c Keberanian menjelma kata-kata 3 Alegori Alegori adalah kata kiasan berbentuk lukisancerita kiasan, merupakan metafora yang dikembangkan. Misalnya: Sanjak “Menuju Ke Laut” karya Sutan Takdir Alisyahbana. Biasanya bersifat simbolis. 4 Personifikasi Personifikasi adalah gaya bahasa yang mempersamakan benda-benda dengan manusia, punya sifat, kemampuan, pemikiran, perasaan, seperti yang dimiliki dan dialami oleh manusia. Misalnya: a Angin bercakap-cakap dengan daun-daun, bunga-bunga, kabut dan titik embun. b Indonesia menangis, duka nestapa Aceh memeluk erat sanubari bangsaku. 5 Alusi Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Misalnya: Kartini kecil itu turut memperjuangkan persamaan haknya. 6 Eponim Eponim adalah suatu gaya dimana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu. Misalnya: Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan; Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantikan. 7 Epitet Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau cirri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang. a Lonceng pagi untuk ayam jantan b Puteri malam untuk bulan c Raja rimba untuk singa 8 Sinekdoke Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata Yunani synekdechesthai yang berarti menerima bersama- sama. Sinekdoke adalah semacam bahasa figurative yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan pars pro toto atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian totum pro parte. Misalnya: a Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,- b Dalam pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia di Stadion Utama Senayan, tuan rumah menderita kekalahan 3 - 4. 9 Metonimia Kata Metonomia diturunkan dari kata Yunani meta yang berarti menunjukkan perubahan dan onoma yang berarti nama. Dengan demikian, metonomia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal yang lain karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Misalnya: Ia membeli sebuah Chevrolet. 10 Antomonasia Antonomasia merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri. Misalnya: Yang Mulia tidak dapat menghadiri pertemuan ini. 11 Hipalase Hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa hipalase adalah suatu kebalikan dari suatu relasi alamiah antara dua komponen gagasan. Misalnya: Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah yang gelisah adalah manusianya, bukan bantalnya 12 Ironi Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan hal lain yang berlawanan dengan tujuan agar orang yang dituju tersindir secara halus. Misalnya: Untuk apa susah-susah belajar, kau kan sudah pintar. 13 Satire Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Misalnya: Jangan pernah berpikir kau adalah dewa, menghadapi masalah seperti ini pun kau sudah kewalahan. 14 Inuendo Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Misalnya: Setiap ada pesta ia pasti sedikit mabuk karena kebanyakan minum. 15 Antifrasis Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri. Misalnya: Lihatlah sang raksasa telah datang maksudnya si cebol. 16 Paronomasia Paronamasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi yang berupa permainan kata, tetapi terdapat perbedaan besar dalam maknanya. Misalnya: “Engkau orang kaya” “Ya, kaya monyet”. Menurut Tarigan 1985 dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Semantik, gaya bahasa dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu: 1 Majas Perbandingan, 2 Majas Pertentangan, 3 Majas Pertautan, dan 4 Majas Perulangan. Adapun penjelasan masing-masing gaya bahasa di atas adalah sebagai berikut: 1. Majas perbandingan Majas perbandingan adalah jenis majas bahasa Indonesia yang memperbandingkan sesuatu dengan yang lain. Majas perbandingan dapat dikelompokan sebagai berikut: a. Metafora adalah gaya pengungkapan berupa perbandingan analogis menghilangkan kata seperti, layaknya, bagaikan, antara dua hal yang berbeda. Contohnya: 1 Aku adalah angin yang kembara 2 Dia adalah anak emas pamanku 3 Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar b. Alegori adalah suatu cara yang menyatakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, melalui kiasan atau penggambaran. Alegori merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah obyek atau gagasan yang diperlambangkan. Contohnya: 1 Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman 2 Hidup kita diumpamakan dengan biduk atau bahtera yang terkatung-katung di tengah lautan 3 Berhati-hatilah dalam mengemudikan bahtera hidup keluargamu sebab lautan kehidupan ini penuh badai, topan yang ganas, batu karang, dan gelombang yang setiap saat dapat menghancurkan. Oleh karena itu, nahkoda dan para awaknya harus selalu seia sekata dan satu tujuan agar dapat mencapai pantai bahagia dengan selamat. c. Simile adalah sejenis majas yang membandingkan antara dua hal yang pada dasarnya berlainan atau sengaja dianggap sama antara satu dengan lainnya yang dinyatakan dengan kata-kata depan dan penghubung seperti : layaknya, bagaikan, dan lain-lain. Contohnya: 1 Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam 2 Seperti langit dan bumi 3 Ibarat mengejar bayangan di siang hari d. Personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Majas ini dapat pula diartikan sebagai penggambaran benda-benda yang tak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Contohnya: 1 Mentari mengintip wajahku lewat jendela; 2 Hujan memandikan tanaman disiang hari; 3 Badai menderu-deru, lautan mengamuk; 4 Hatinya berkata bahwa perbuatan itu tak boleh dilakukannya. e. Antitesis adalah sejenis majas yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim yaitu salah satu yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan. 1 Dia bergembira ria atas kegagalan dalam ujian itu. 2 Aneh, gadis secantik si Ida diperisteri pemuda sejelek si Deni. 2. Majas Pertautan a. Majas Metonemia Majas yang menggunakan sebuah nama yang nama tersebut bertaut dengan bendaorang sehingga dapat menggantikan benda yang dimaksudkan. Contohnya: 1 Ibu ke pasar naik bebek 2 Adik memakai bata 3 Adik menulis dengan pilot 4 Khairil Anwar banyak dibaca masyarakat b. Majas Sinekdoke Majas yang menyebutkan sebagianseluruhnya mengenai suatu benda. 1 Sinekdoke Pars Prototo Majas yang menyebutkan sebagian suatu benda tetapi yang dimaksudkan keseluruhanseluruhnya. Contohnya: a Ayah membeli dua ekor kambing b Ia tidak mau menginjakkan kakinya di sini 2 Sinekdoke Totem Pro Parte Majas yang menyebutkan keseluruhan suatu benda tetapi yang dimaksudkan sebagian. Contohnya: a Kaum putri pada tanggal 21 April memperingati Hari Kartini b Perang Dunia II berakhir pada tahun 1498 c. Majas Eufimisme Majas yang menggunakan kata-kata yang dianggap lebih sopan, lebih halus, untuk menggantikan kata-kata yang dianggap kasartabu. Contohnya: 1 Ia baru saja keluar dari LP 2 Karena ditinggal suaminya, ia agak kurang waras d. Majas Alusio Majas yang menggunakan kata ungkapanperibahasa yang ditulis sebagian saja karena secara umum orang sudah mengetahui maksud dan kelanjutan peribahasa tersebut. Contohnya: 1 Hendaknya kita sedia payung dalam berbagai kegiatan 2 Setiap usaha umumnya berakit-rakit ke hulu 3. Majas Perulangan a. Majas Aliterasi Majas perulangan repetisi yang mengulang pada huruf konsonan yang terjadi dalam baris atau kalimat. Contohnya: 1 Kuda kami kian kemari 2 Bagai batu membesi benar b. Majas Asonansi Majas yang mengulang pada huruf vokal terjadi pada baris puisi atau kalimat. Contohnya: Mati api di dalam hati c. Majas Anafora Majas yang mengulang pada kata awal dalam kalimat. Contohnya: Kamu bilang hidup ini berengsek, kamu bilang hidup ini tak berarti d. Majas Epifora Majas yang mengulang kata akhir dalam baris kalimat. Contohnya: Selusin gelas ditumpuk tak pecah, selusin piring ditumpuk tak pecah. 4. Majas pertentangan Majas pertentangan dapat dikelompokkan ke dalam delapan bagian antara lain: a. Majas Hiperbola Majas yang melukiskan keadaanperistiwa secara berlebih-lebihan tujuannya untuk menegaskan arti. Contohnya: 1 Badannya kurus, kulit membalut tulangnya 2 Ia bekerja membanting tulang, memeras keringat, dan memutar otak b. Litotes Majas yang mengungkapkan keadaan yang berlawanan artinya dengan keadaan yang sebenarnya tujuannya untuk merendahkan diri. Contohnya: 1 Makanlah dengan garam saja 2 Mampirlah ke gubuk saya c. Ironi Majas yang mengungkapkan keadaan yang berlawanan artinya dengan keadaan yang sebenarnya tujuannya untuk menyindir secara halus. Contohnya: 1 Bagus benar tulisanmu sehingga sulit dibaca 2 Kopi ini manis sekali, gula mahal, iya? d. Sarkasme Majas yang mengungkapkan sindiran secara kasar. Contohnya: Muak aku melihat tampangmu e. Antitesis Majas pertentangan yang pertentangan itu dinyatakan langsung dalam kalimatnya. Contohnya: 1 Besar kecil, tua muda, semua berbondong-bondong ke lapangan 2 Kaya miskin seseorang tidak mempengaruhi sifatnya f. Paradoks Majas pertentanganperlawanan yang pertentangan itu bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya. Contohnya: 1 Ia merasa kesepian di tengah keramaian kota 2 Ia merasa terhimpit di antara harta yang melimpah g. Klimaks Majas yang menunjukkan keadaan semakin lama semakin meningkattinggi. Contohnya: PKn diajarkan sejak SD, SMP, SMA, dan di Perguruan Tinggi h. Anti Klimaks Majas yang mengungkapkan keadaanpernyataan dari yang tinggi ke yang rendah. Contohnya: Jangankan seribu, seratus, bahkan serupiah pun aku tak punya Sementara Tarigan 1985 dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Gaya Bahasa, membagi gaya bahasa dalam empat kelompok besar. Pertama, gaya bahasa perbandingan yang terdiri atas: perumpamaan, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antithesis,pleonasme, perifrasis, prolepsis, dan koreksio. Kedua, gaya bahasa pertentangan yang terdiri atas: hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paranomasia, paralipsis, zeugma, satire, innuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, anti klimaks, apostrof, anastrof, apofasis, histeron proteron, hipalase, sinisme, dan sarkasme. Ketiga, gaya bahasa pertautan yang terdiri atas: metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme, eponim, epitet, antonomasia, erotesis paralelisme, ellipsis, gradasi, asindenton, dan polisindenton. Terakhir, gaya bahasa perulangan yang terdiri atas: aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes, anaphora, epistrofa, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, dan anadiplosis. Menurut Agni 2009:107, majas terdiri atas empat kategori yaitu: majas perbandingan, majas sindiran majas penegasan, dan majas pertentangan. Majas perbandingan terdiri atas alegori, alusio, simile, metafora, antroposfimisme, sintesia, antonomasia, apronim, metonimia, litotes, hiperbola, personifikasi, depersonifikasi, pars pro toto, totum pro parte, eufemisme, hipokorisme, disfemisme, fable, dan parabel. Majas sindiran terdiri atas sinisme, sarkasme, ironi, satire, dan innuendo. Majas penegasan terdiri atas apofasiasi, pleonasme, repetisis, parairama, aliterasi, paralelisme, tautology, sigmantisme, antanaklasis, klimaks, antiklimaks, inverse, retoris, ellipsis, koreksio, polisindenton, asidenton, dan zeugma. Majas pertentangan terdiri atas paradox, oksimoron,dan anakroisme. Dari beberapa pendapat di atas, ada perbedaan mengenai istilah majas dan gaya bahasa. Ada ahli yang menggunakan istilah majas, ada ahli yang menggunakan istilah gaya bahasa dan ada juga ahli yang menyamakan kedua istilah tersebut. Dari berbagai pendapat tersebut, peneliti mencoba untuk mengerucutkan istilah majas dan gaya bahasa. Peneliti menyimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan bagian dari majas. Hal ini karena majas merupakan bahasa yang dipergunakan secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang sebenarnya. Dalam menyampaikan maksudnya, pengarang tentu memanfaatkan kekayaan bahasa untuk mengungkapkan makna dari apa yang ditulisnya. Pemanfaatan bahasa itu diwujudkan pengarangnya dengan penggunaan kata-kata yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi pembacanya. Penggunaan kata-kata itu ada berbagai macam cara atau gaya pengungkapan, tergantung dari kepribadian penulis. Dari situlah pengarang dapat menggunakan berbagai macam gaya bahasa dalam menyampaikan tulisannya. Dari situlah maka dapat disimpulkan bahwa majas terbagi dalam empat kategori yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas perulangan. Dalam setiap majas itulah terdapat berbagai jenis gaya bahasa. Dari ulasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa majas perbandingan terdiri atas empat jenis yaitu: gaya bahasa perumpamaan simile, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa metafora, dan gaya bahasa alegori.

4. Interpretasi