Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah obyek atau gagasan yang diperlambangkan. Malam hadirkan bulan. Bulan cipta cahaya. Cahaya menyeka angkasa. Angkasa mengirim hujan. Hujan menyapa angin. Angin menggoyang perahu. Perahu tempat mereka bercinta dan menjalin lamanya tiga tahun hubungan. Namun angin hanya menggoyang perahu mereka tanpa pernah mengirim ke pelabuhan. Pelabuhan dimana mereka bisa menepi dan membangun rumah bahagia dengan fondasi cinta. Angin hanya mengombang-ambingkan perahu dan menggulung ombak hingga mereka tertelan ke dalam samudera tanpa dasar hal. 62 A Analisis gaya bahasa alegori pada pada kalimat di atas dapat dilihat dari cara pengarang menyatakan perbandingan antara hal yang satu dengan hal yang lain secara implisit dan saling berkesinambungan. Kalimat di atas bermakna bahwa tokoh utama dalam cerpen tersebut tidak dapat hidup bersama dengan Glen, pria beristri yang dicintainya. Walaupun mereka sudah beberapa tahun menjalin hubungan namun mereka tidak bisa bersatu. Hal ini dikarenakan pria beristri tersebut lebih memilih meninggalkan wanita itu untuk hidup bersama istrinya dan anak-anaknya.

C. Pembahasan

Hasil penelitian memperlihatkan terdapat sebanyak 36 gaya bahasa yang terdapat dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet. Jumlah masing- masing keempat macam gaya bahasa tersebut dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet, yakni: gaya bahasa metafora sebanyak empat buah, gaya bahasa perumpamaan sebanyak 11 buah, gaya bahasa personifikasi sebanyak 20 buah, dan gaya bahasa alegori sebanyak satu buah. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet lebih dominan menggunakan gaya bahasa personifikasi. 1. Gaya bahasa personifikasi Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dalam kumpulan cerpen “Mereka Bilang, Saya Monyet”, pengarang lebih menyukai gaya penceritaan dengan memanfaatkan gaya bahasa personifikasi. Dalam kumpulan cerpen tersebut, banyak hal yang tidak bernyawa atau ide yang abstrak digambarkan seolah-olah bernyawa. Contoh: “Mata saya bertubrukan dengan mata Si Kepala Buaya” hal 8 Kalimat di atas merupakan kalimat yang menggunakan gaya bahasa personifikasi. Penggunaan gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata ”bertubrukan”. Bertubrukan merupakan suatu kegiatan manusia dimana manusia yang satu dengan yang lain tidak sengaja saling beradu. Pada kalimat di atas, ”mata” diibaratkan seperti manusia yang bisa bergerak dan dapat bertubrukan dengan orang lain. Makna dari kalimat di atas bahwa mata dari tokoh saya tidak sengaja bertatapan dengan mata seseorang yang dijuluki Si Kepala Buaya karena sifatnya yang seperti buaya darat orang yang suka berganti-ganti pasangan walaupun orang itu sudah memiliki pasangan tetap. Pengarang menggunakan gaya bahasa personifikasi agar ceritanya lebih hidup dan berwarna sehingga pembaca lebih tertarik membaca ceritanya. Tentu saja hal ini sejalan dengan pengertian dari gaya bahasa personifikasi yang dikemukakan Tarigan 1985 bahwa gaya bahasa personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak atau dapat pula diartikan sebagai penggambaran benda-benda yang tak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Hal ini didukung pendapat Hendy 1985:100 yang mengatakan bahwa personifikasi adalah kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. 2. Gaya bahasa perumpamaan Pada kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet banyak ditemukan kalimat yang menggunakan gaya bahasa yang membandingkan antara dua hal yang pada dasarnya berlainan atau sengaja dianggap sama antara satu dengan lainnya yang dinyatakan dengan kata-kata pembanding. Contoh: “Seperti kerbau dicucuk hidungnya mereka mengikuti langkah Mayra menuju kantin” hal 39 Kalimat di atas merupakan kalimat yang menggunakan gaya bahasa perumpamaan karena menggunakan kata “seperti” untuk menyamakan tokoh “mereka” dengan “kerbau”. Makna dari kalimat di atas bahwa mereka mengikuti Mayra begitu saja seperti ada tarikan kuat yang berasal dari Mayra. Mungkin tarikan itu berupa pesona Mayra yang seolah-olah mengendalikan mereka untuk mengikutinya. Pesona tersebut membuat laki-laki tak berdaya.Hal ini sejalan dengan pengertian gaya bahasa perumpamaan menurut Tarigan 1985 yang menyatakan bahwa gaya bahasa perumpamaan adalah sejenis majas yang membandingkan antara dua hal yang pada dasarnya berlainan atau sengaja dianggap sama antara satu dengan lainnya yang dinyatakan dengan kata-kata depan dan penghubung seperti: layaknya, bagaikan, bagai, dan lain-lain. Hal ini juga didukung pendapat Gorys Keraf 2009:115 yang menyatakan bahwa gaya bahasa perumpamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Penggunaan majas perumpamaan merupakan upaya pengarang untuk memberikan kesan yang kuat antara dua hal yang dibandingkan agar pembaca dapat menangkap apa yang ingin digambarkan oleh pengarangnya. 3. Gaya bahasa metafora Pada kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet ditemukan beberapa kalimat yang membandingkan dua hal yang berlainan yang sengaja dianggap sama namun tidak menggunakan kata-kata pembanding seperti gaya bahasa perumpamaan. Hal ini sudah dapat terlihat dari beberapa judul cerpen dalam buku kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet. Judul-judul yang mengandung metafora yaitu: Mereka Bilang, Saya Monyet, Lintah, dan Wong Asu. Selain dapat dilihat jelas dari beberapa judul tersebut, penggunaan gaya bahasa metafora juga dapat dilihat dari cara pengarang mendayagunakan bahasanya dalam hampir seluruh isi cerpen. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Tarigan 1985 bahwa gaya bahasa metafora adalah gaya pengungkapan berupa perbandingan analogis menghilangkan kata seperti, layaknya, bagaikan, antara dua hal yang berbeda. Penggunaan majas metafora merupakan upaya pengarang untuk menyamarkan maksud atas dasar pertimbangan agar orang-orang yang dimaksud tidak merasa tersinggung, tidak merasa dipermalukan atau direndahkan di depan umum. 4. Gaya bahasa alegori Pada kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet ditemukan satu kalimat yang menyatakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, melalui kiasan atau penggambaran. Gaya bahasa ini mirip metafora namun berkelanjutan. Contoh: Malam hadirkan bulan. Bulan cipta cahaya. Cahaya menyeka angkasa. Angkasa mengirim hujan. Hujan menyapa angin. Angin menggoyang perahu. Perahu tempat mereka bercinta dan menjalin lamanya tiga tahun hubungan. Namun angin hanya menggoyang perahu mereka tanpa pernah mengirim ke pelabuhan. Pelabuhan dimana mereka bisa menepi dan membangun rumah bahagia dengan fondasi cinta. Angin hanya mengombang-ambingkan perahu dan menggulung ombak hingga mereka tertelan ke dalam samudera tanpa dasar hal. 62 Kalimat di atas merupakan gaya bahasa alegori karena setiap kalimatnya merupakan gaya bahasa metafora yang dilanjutkan. Hal ini dapat dilihat karena kalimat yang satu dengan kalimat selanjutnya berkelanjutan dan merupakan satu kesatuan. Kalimat di atas bermakna bahwa tokoh utama dalam cerpen tersebut tidak dapat hidup bersama dengan Glen, pria beristri yang dicintainya. Walaupun mereka sudah beberapa tahun menjalin hubungan namun mereka tidak bisa bersatu. Hal ini dikarenakan pria beristri tersebut lebih memilih meninggalkan wanita itu untuk hidup bersama istrinya dan anak-anaknya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Tarigan 1985 bahwa gaya bahasa alegori adalah suatu cara yang menyatakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, melalui kiasan atau penggambaran. Alegori merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah obyek atau gagasan yang diperlambangkan. Penggunaan gaya bahasa alegori tersebut tujuannya agar tidak menimbulkan kesan monoton bagi cerpen itu sendiri karena pembaca diajak untuk berimajinasi dan mengaitkan satu sama lain dari metafora- metafora yang berkelanjutan tersebut. Jadi, seluruh penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan cerpen ini bertujuan untuk membuat cerita lebih hidup dan berwarna, untuk memberikan kesan yang kuat antara dua hal yang dibandingkan agar pembaca dapat menangkap apa yang ingin digambarkan oleh pengarangnya, untuk menyamarkan maksud atas dasar pertimbangan agar tidak menyinggung perasaan orang yang dimaksud, dan mengembangkan imajinasi dan melatih pembaca untuk dapat mengaitkan metafora-metafora yang berkesinambungan. Jadi pengarang menggunakan gaya bahasa dalam karyanya tujuannya untuk menciptakan efek tertentu. Kemunculan efek-efek itulah yang tentunya diharapkan pengarang untuk membuat para pembaca lebih tertarik membaca karyanya. Namun setiap pengarang memiliki cara yang berbeda-beda dalam menggunakan gaya bahasa dalam karyanya karena hal itu disesuaikan dengan kepribadian pengarangnya. Hal ini didukung pendapat Gorys Keraf 1984: 113 yang mengatakan bahwa gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis pemakai bahasa. Hal senada dikemukakan oleh Tarigan 1990:112 bahwa gaya bahasa adalah bahasa kias, bahasa indah yang dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Hal senada juga dikemukakan oleh Sumarjo dan Saini 1984:127 bahwa gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa agar daya tarik akan bertambah. Demikian juga menurut Kridalaksana 1983: 49 bahwa gaya bahasa adalah suatu pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur kata atau menulis. Pada penelitian ini, peneliti membahas tentang penggunaan berbagai macam gaya bahasa, dan juga menganalisis makna yang terkandung dalam penggunaan gaya bahasa tersebut. Hal ini dilakukan karena dalam membaca suatu karya sastra diperlukan pemahaman maknanya, bukan hanya sekedar tahu bahwa pengarangnya menggunakan berbagai gaya bahasa untuk memperindah tulisannya. Jika pengetahuan pembaca hanya sebatas tahu apa saja gaya bahasa yang ada dalam cerita pendek tersebut tentu pembaca juga akan kesulitan memahami makna gaya bahasa yang beraneka ragam itu sehingga diperlukan penjelasan mengenai makna dari gaya bahasa tersebut sesuai konteksnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sudjiman 1998: 13 yang menyatakan bahwa sesungguhnya gaya bahasa dapat digunakan dalam segala ragam bahasa baik ragam lisan, tulis, nonsastra, dan ragam sastra, karena gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Makna tersirat dari berbagai penggunaan gaya bahasa sangat beragam. Peneliti hanya mencoba membantu dalam memahami makna penggunaan gaya bahasa yang sudah ditemukan agar pembaca yang belum begitu memahami makna dari berbagai gaya bahasa tersebut mengerti sehingga mereka tidak kesulitan dalam mengetahui isi keseluruhan cerita pendek tersebut. Hal yang perlu diperhatikan bahwa setiap pengarang mempunyai gaya penulisan yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh kepribadian penulisnya sehingga dapat dikatakan bahwa watak seorang penulis sangat mempengaruhi sebuah karya yang ditulisnya. Hal yang menarik dari seorang Djenar Maesa Ayu adalah kemampuannya yang luar biasa dalam mengungkapkan pesan-pesan kehidupan di setiap karyanya melalui berbagai gaya bahasa yang dikemas dengan menarik sehingga peneliti tertarik untuk selalu membaca karya-karyanya. 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet, majas perbandingan yang ditemukan meliputi empat jenis, yakni gaya bahasa metafora, gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa personifikasi, dan gaya bahasa alegori. Jumlah gaya bahasa secara keseluruhan ada 36. Jumlah masing-masing keempat macam gaya bahasa tersebut terdapat empat gaya bahasa metafora, 11 gaya bahasa perumpamaan, 20 gaya bahasa personifikasi, dan satu gaya bahasa alegori. 2. Makna yang ingin disampaikan melalui majas perbandingan sangat beragam karena tergantung konteksnya. Namun, pengarang menggunakan gaya bahasa personifikasi agar ceritanya lebih hidup dan berwarna sehingga pembaca lebih tertarik membaca ceritanya. Penggunaan gaya bahasa perumpamaan merupakan upaya pengarang untuk memberikan kesan yang kuat antara dua hal yang dibandingkan agar pembaca dapat menangkap apa yang ingin digambarkan oleh pengarangnya. Penggunaan gaya bahasa metafora merupakan upaya pengarang untuk menyamarkan maksud atas dasar pertimbangan agar orang-orang yang dimaksud tidak