Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

Kebebasan dalam menentukan pilihan, serta kedudukan antara laki – laki dan perempuan sejajar.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kemampuan waktu, biaya dan tenaga yang ada melalui beberapa metode sebagai berikut : a. Observasi Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan film sebagai media objek yang merepresentasikan keberadaan perempuan tersebut. Pengamatan difokuskan pada : 1 Gender dan Marginalisasi 2 Gender dan Subordimasi, Gender dan Kekerasan, 4 Gender dan Beban Kerja. b. Dokumentasi Melalui dokumentasi, yaitu rekaman VCD film ”PASIR BERBISIK” dengan mengamati simbol – simbol yang ditampakkan, dialog yang di ucapkan, berbagai sumber tertulis, serta tulisan – tulisan yang ada pada situs internet dan sejenisnya yang mendukung analisa peneliti tentang simbol – simbol dan pesan yang terdapat pada sebuah film. c. Study Pustaka Melalui penelusuran literature untuk mencari data mengenai teori – teori yang dapat mendukung penelitian. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.6. Teknik Analisis Data

Pada studi semiotik, terdapat tiga elemen sebagai wilayah studinya Fiske, 1996:40, yaitu : 1. The Sign, wilayah terdiri atas studi yang mempelajari tentang tanda – tanda signs yang sangat beragam, cara – cara signs tersebut memberikan makna, serta cara – cara signs berhubungan dengan orang – orang yang menggunakan signs tersebut. Dalam hal ini, signs merupakan konstruksi manusia dan hanya dapat dipahami oleh orang – orang yang menciptakannya. 2. The Codes, wilayah ini mempelajari tentang cara – cara yang ditempuh untuk mengembangkan kode – kode yang beraneka ragam agar sesuai dengan kebutuhan – kebutuhan masyarakat atau budaya, atau untuk mengeksploitasi media komunikasi yang sesuai untuk transmisi pesan – pesan mereka. 3. The Culture budaya, wilayah ini merupakan ’lingkungan’ diman sigs dan codes digunakan. Berkaitan dengan penelitian ini, maka yang digunakan sebagai wilayah studi adalah element the sign, karena di dalam penelitian ini nantinya hanya akan menganalisis signssistem tanda yang merepresentasikan melalui tokoh – tokoh perempuan dalam film. Selanjutnya sesuai dengan pendapat Fiske, analisis semiotik pada film akan dibagi menjadi 3 tiga level, yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi. Pada level realitas, dianalisis beberapa kode – kode sosial yang merupakan realitas dapat berupa : 1. Kostum dan make up yang digunakan oleh pemain dalam film ”Pasir Berbisik” 2. Lingkungansetting yang ditampilkan dari cerita pemeran Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3. Dialog yang mempunyai hubungan dengan representasi keberadaan perempuan Pada level representasi representation, yang akan diamati meliputi kerja kamera, yaitu Long Shot, Medium Shot, dan Close Up. Pada teknik editing digunakan untuk mmilih scene yang ada hubungannya dengan unsur – unsur kekerasan dan pencahayaan untuk mengetahui karakter pemain yang ditranmisikan sebagai kode – kode representasi yang bersifat konvensional. Namun, pada penelitian ini peneliti tidak akan membahas lebih lanjut pada suara dan penataan musik yang ada dalam level representasi, karena keduanya dianggap tidak memiliki kaitan langsung terhadap pembahasan representasi perempuan dalam film PASIR BERBISIK. Level representasi ini membantu dalam melakukan analisis pada level realitas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Objek Film PASIR BERBISIK diproduksi oleh PT.CAMILA INTERNUSA FILM. Christine Hakim , NHK INTERPRISES 21. INC, dan SALTO production, film ini diproduksi pada tahun 2001. Di era kebangkitan kita disebut era kebangkitan karaena begitu lama perfiliman Indonesia mengalami keterpurukan. Film Pasir Berbisik di buat oleh Sutradara muda Nan Triveni Achnas, beliau adalahh sutradara muda yang lahir di Singapura, pada 14 Januari 1963. Ia sangat menyukai seni rupa, senang membaca sastra dan hobinya menonton film. Pengalaman batin dari dunia fiksi dan pemahamannya pada karya visual dan audio visual rupanya berkembang pada dirinya. Ia lantas berkeinginan menjadi sutradara film Serta mengajar kajian sinema di IKJ adalah rutinitas Nan sehari – hari, dia pun tradarai sejumlah film televisi, antara lain Penari, Melati Chandra, dan Kembang Untuk Nur.. Dengan mempunyai sutradara bagi kaum perempuan memang dapat dibilang suatu hal yang langka. Namun, pada kenyataannya sineas perempuan mampu berbicara dalam hal membuat film. Berbicara tentang mimpinya, obsesinya, visi, dan perpektifnya kemudian diterjemahkan dalam bentuk penyutradaraan, pengadeganan, perpektif artistik, angel, dan gerakan dalam pola editing, musikal dan visual, jelas perspektif ini akan berbeda dengan apa yang dikembangkan oleh sutradara pria. Untuk film layar lebar Pasir Berbisik Nan 55 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bertindak sebagai sutradara penulis skenario. Ketika membuat Pasir Berisik banyak problem fisik yang harus diatasi seperti, naik gunung, membuat tangki, serta ada badai. Maka Shot harus diakali dengan berbagai cara. Dari film berbiaya 3,5 miliar tersebut, Nan memperoleh penghargaan sebagai sutradara muda terbaik dalam festival film Asia Pasifik ke - 46 di Jakarta 2001. Selain itu, Film Pasir Berbisik mampu meraih banyak beberapa penghargaanprestasi membanggakan. Yaitu, dalam ajang penghargaan yang di dapatkan antara lain seperti Festival Film Asia Pasific di tahun 2001, Festival Film Internasonal Singapura di tahun 2002, Festival Film Asia di Deauville, Perancis di tahun 2002, Festival Film Indonesia di tahun 2004. 4.1.2 Penyajian Data Film Pasir Berbisik lahir dari rasa kagum, Film ini adalah sebuah penghargaan dari putra – putri anak bangsa yang berbakat ini PT.CAMILA INTERNUSA FILM. Christine Hakim, kepada masyarakat yang antusias dengan makna perjuangan perempuankeberadaan perempuan pada kehidupan masyarakat kelompok laki – laki dan perempuan. Keinginan daya yang sangat merindukan sosok ayah yang dapat menemani dirinya juga sang ibu disepanjang hidupnya, berkata lain karena sang ayah berkelana pergi meninggalkan dirinya hingga usia beranjak dewasa tak jua kembali. Daya gadis yang sedang mencari jati dirinya disaat dia sedang merasa dibawah kungkungan ibunya yang lelah – batin dengan dihantui rasa takut kehilangan. Dalam urusan menemukan dirinya, daya memberontak terhadap Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kungkungan rapat yang dibangun oleh curahan cinta yang berlebihan dari Ibunya yang hidup mandiri. Tertuturlah suatu kancah pertarungan sepi, yang diwarnai oleh bahasa kalbu alam gurun yang mengelilingi mereka, yang dapat memperjuangkan nasib seorang perjuangan wanita. Atas munculnya film Pasir Berbisik ini diharapkan dapat menjadi penguat sosialisasi perjuangan kehidupan perempuan yang menimbulkan ketidaksetaraan kehidupan dalam masyarakat dapat teratasi dan diluruskan untuk dapat perlakuan adil terhadap laki – laki dan perempuan serta menampilkan ideology tentang representasi perempuan dapat mengupas lebih dalam karena pengalaman hidup yang di alami oleh tokoh – tokoh wanita dalam film. A. Tokoh Perempuan Cerita bermula dengan adanya seorang gadis kampung yang lugu, bernama Daya dia juga seorang gadis yang penghayal, ia selalu berbicara dengan pasir dan mendengarkan bisikan – bisikan suaranya. Pasir baginya menjadi teman setianya, ia selalu mendengarkan derita hatinya, daripada orang lain. Makna yang tersirat yaitu seorang gadis seperti Daya berusaha meraih imajinasinya terhadap sesuatu yang selama ini diimpikannya, yaitu bertemu dengan ayahnya. Penderitaan yang selama ini dipendam karena Ibunya menurutnya memperlakukan dia secara tidak adil. Sikap overprotektifnya membuat merasa dikucilkan dari teman – temannya yang lain. Suatu malam Daya ingin melihat buliknya menari, ia melihat tanpa meminta ijin pada ibunya, alhasil Berlian menjadi marah, dan menunjukkan sikap protesnya. Berlian terlihat berlebihan terhadap anaknya, dinilai memberikan suatu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pengekangan terhadap kebebasan seorang anak. Kadang – kadang peran ganda yang dilakukan oleh perempuan, terlihat ketika seorang perempuan seperti Brlian harus bekerja sebagai tukang jamu untuk mncukupi segala kebutuhan sehari – hari dan demi kelangsungan hidup dirinya dan anaknya. Berlian berusaha memenuhi kebutuhan rumah tangganya dengan segala sesuatu yang dapat membantunya tetap bertahan untuk hidup. Hal ini ditujukan ketika ia harus menolak pembayaran dari Suwito”nanti saja, kalau boleh ditukar sama gula” makna yang tersirat yaitu harus memikirkan segala sesuatu untuk kelangsungan hidupnya, tanpa ia harus mementingkan keuntungannya sendiri. Berlian berusaha membangun kerjasama dengan Suwito, supaya ia dapat dengan mudah mendapatkan barang yangia butuhkan. Selain itu, pada suatu saat kegembiraan Daya muncul ketika ia bertemu dengan ayahnya, karena begitu gembiranya dan sayangnya ia pada ayahnya, ia tidak menyadari bahwa ayahnya akan membawa ia pada penderitaan. Penonton akan diberikan suguhan tragedi sosial soal kepedihan seorang gadis belasan tahun yang mengalami pelecehan seksual demi kepuasan onani, seorang tengkulak bernma Suwito. Keluguhan gadis dimanfaatkan sebagai alasan perwujudan rasa sayang anak terhadap orang tua yaitu ayahnya. Konflik batin juga dirasakan oleh Daya yaitu ketika ia harus memilih kehormatan dirinya ataukah kebahagiaan orang tua. Permpuan selalu digambarkan seseorang yang mudah dihasut, lugu, dan menjadi objek. Daya dipaksa melakukan adegan masturbas, pelecehan seksual lainnya digambarkan dengan adegan petting. Sang ayah tega menjual anaknya pada tengkulak yang melakukan pelecehan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. seksual. Penggambaran kekerasan terhadap perempuan yang sangat mungkin dilakukan oleh keluarganya sendiri atau bahkan orang tuanya. Penderitaan seorang ibu terasa pedih ketika menyaksikan perbuatan yang dilakukan suaminya yang juga Ayah kandung anaknya, tega menjual anaknya demi kepuasan sesaat. Berlian seorang ibu yang overprotektif, keras dan dapat lengah ketika ia harus tunduk kepala pada seorang laki – laki. Berlian Ibunya harus melepas anaknya untuk dapat hidup di luar karena ia tidak berhasil menjaga anaknya. Menyuruh untuk pergi merupakan keputusan berat yang diambil. Sosok Berlian digambarkan dalam kehidupannya yang emosional, termarginalisasi, perempuan yang putus asa, berada dibawah subordinat laki – laki dengan pembagian kerja yang tidak merata. Pada saat itu juga akhirnya Daya berpikir bahwa dia masih ingin hidup bersama ibunya, namun ibunya masih tetap membiarkannya pergi. Setiap upaya Daya dan Ibunya merupakan bentuk gerakan dan peranan perempuan dalam mempertahankan hidupnya dan pembuktian eksistensi seorang wanita dalam ruang publik. 4.2 ANALISA DATA 4.2.1 Pada Level Realitas 4.2.1.1 Kostum dan make Up Gambar 4.1 Kostum pemain peempuan Daya sehari – hari pada scene 15 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pada scene 1 dan 2, seorang gadis yang sedang berjalan tersebut merupakan ikon dari tokoh Daya yang sebenanya. Postur fisik Daya dengan badan yang seimbang, dan mempunyai lekuk tubuh yang terlihat baik adalah sebagai wanita muda yang selalu ingin mencari jati dirinya, diri Daya sebenarnya ingin selalu menjadi wanita yang berekspresi namun, dia selalu berada pada lingkungan yang kurang mendukung. Sehingga tampak gaya berpakian Daya yang sangat sederhana bak seorang wanita yang memang kurang bersolek untuk mempercantik dirinya dan memperhatikan penampilannya dengan warna berpakaian yang kurang terangterlihat menarik, dengan gaya berpakaian yang seperti itu dapat menjadi symbol dari kepribadian Daya yang selalu terlihat kurang ceria karena hidup pada lingkungan yang kadang menurutnya tidak membuat dia adil.. Namun dsitu juga dapat terlihat bahwa Daya selalu menggunakan rok, serta kebaya karena itu adalah sebagai pilihan agar terlihat menjadi wanita seutuhnya yang merupakan sebuah indeks untuk dapat tampil terlihat feminin. Dan dengan selalu memakai pakaian seperti wanita yang tampil sederhana hal tersebut menjadi sebuah symbol sebagai perempuan yang menunjukkan jati dirinya. Tetapi sebenarnya disitu terdapat Ideology bahwa perempuan harus tampil lembut, memakai rok, dengan dekoratif yang sederhana agar dirinya dapat dinilai sebagai wanita seutuhnya tampak terlihat. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 4.2 Make Up Daya pada scene 11 12 Ke dua shot diatas akan menjelaskan tentang make up yang digunakan Daya. Make up yang digunakan Daya merupakan make up polos yang sebenarnya dapat digunakan sehari – hari. Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa perempuan masih tetap cantik walau tidak menggunakan make up asalkan dapat menjaga naluri dapat menjaga dan merawat kulitnya. Karena Daya selalu diajarkan Ibunya untuk tetap memakai masker putih agar dia tidak menjadi gelap walau kulitnya sedang berpanas – panasan. Dan walau begitu meski Ibunya Daya tinggal pada perkampungan yang kurang memperhatikan penampilan, sikap narsisme dan eksebionisme merupakan sikap ingin tampil dan ingin pamer melalui make up dan kostum merupakan sikap yang tak bisa dihindari sebagai feminin Barnard, 2006: 2003. Jadi tampak terlihat bahwa prempuan tidak perlu harus tampil glamour untuk bisa dianggap setara bahwa perempuan tetap bertahan dengan segala atribut femininnya, karena dengan hanya sekedar merawat dan menjaga kulit setiap harinya tersebut perempuan akan masih terpancar kecantikannya, dan hal tersebut masih sangat diperhatikn dalam masalah keberadaan perempuan. Bahwa perempuan yang terlihat cantik masih akan mendapat ringking pertama untuk masalah strata sosial. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4.2.1.2 Setting a. Rumah Daya Gambar 4.3 Rumah Daya pada scene 5 7 Scene diatas menunjukkan keadaan di dalam dan di luar rumah yang menjadi ikon. Lokasi indoor dalam ruangan hanya terdapat kayu – kayu serta hanya kebutuhan barang keperluan rumah tangga sehari – hari yang menjadi indeks dalam ruangan yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal serta tampak dari luar out door, sangat bisa diartikan bahwa Daya dan Ibunya tinggal pada tempat di pemukiman rakyat kecil. Ruang rumah dan rumah Daya yang tampak dari luar dengan peralatan rumah tangga dan isi dalam ruangan rumahnya menjadi symbol sebuah rumah yang tampak sekali sangat sederhana. Dan dari gambar tersebut terlihat bahwa Daya dan Ibunya sedang melakukan aktifitas yang merupakan index dari sebuah kesenjangan social bahwa perempuan tidak dapat melakukan apa – apa tanpa seorang pria. Dan dari gambaran tersebut dapat mematahkan stereotype bahwa perempuan adalah bukan makhluk yang lemah yang dapat dipandang sejauh ini karena justru perempuan dapat memiliki kontribusi yang besar terhadap dirinyaperformancenya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4.2.1.3 Dialog Tidak semua dialog dalam film ini akan dibahas, melainkan hanya beberapa penggalan sceneadegan yang dapat menampakkan representasi perempuan dalam film PASIR BERBISIK melalui simbol – simbol yang terkait dengan kode – kode sosial di dalamnya. Dalam menganalisis dialog, ditampilkan per scene secara keseluruhan agar dapat sekaligus memahami konteks dialog.

a. Gender dan Marginalisasi Perempuan