Jenis Data Corpus Penelitian Unit Analisis

3.2.3 Perempuan

Dalam pandangan masyarakat Indonesia, kata perempuan mengalami degradasi semantis, atau peyorasi, penurunan nilai makna, arti lebih rendah dari arti dahulu Kridalaksana, 1993. Di pasar pemakaian, terutama di tubuh birokrasi dan kalangan atas, nasib perempuan terpuruk di bawah kata wanita, sehingga yang muncul adalah Menteri Peranan Wanita, Pengusaha Wanita, Peranan Wanita dalam pembangunan, dan pastilah bukan Menteri Peranan Perempuan, Pengusaha Perempuan, Peranan Perempuan dalam pembangunan. Sementara itu, kata keperempuanan berarti “perihal perempuan”, maksudnya adalah pastilah masalah yang berkenaan dengan keistrian dan rumah tangga. Dalam hal ini, meski tidak terlalu rendah, tetapi jelas bahwa kata ini menunjuk perempuan sebagai ‘penunggu rumah’.

3.3 Jenis Data

a. Data Primer Data yang diperoleh langsung dari peneliti melalui cara observasi terhadap objek penelitian dalam hal ini film Pasir Berbisik. b. Data Sekunder Data yang diperoleh melalui sumber – sumber lain yang sudah dikumpulkan dari berbagai sumber data antara lain buku, VCD film Pasir berbisik, dan Internet. Hal lain berita dengan kajian film dilakukan dengan penelusuran study pustaka. 43 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.4 Corpus Penelitian

Seluruh scene dalam film yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah film berjudul ” Pasir Berbisik ”. Film ini juga disebut sebagai film keluarga karena mengungkapkan suatu jalinan cerita yang dimainkan oleh beberapa anggota keluarga perempuan dan segala keberadaan mereka sebagai seorang keluarga. Mengkaji bagaimana keberadaan perempuan dalam perspektif film Indonesia, terutama terkait dengan isu gender dan marginalisasi, gender dan subordinasi, gender dan beban kerja, gender dan kekerasan. Scene yang menjelaskan hubungan kekuasaan dalam Film Pasir Berbisik diteliti karena dianggap mampu mempresentasikan bagaimana keberadaan perempuan dalam kehiduapn masyarakat. Film ini juga mempunyai karakter peran yang diharapkan dapat memberikan keberadaan perspektif film Indonesia terhadap perempuan sehingga dapat memberi kontribusi tentang bagaimana keberadaan perempuan dalam perfilman Indonesia.

3.4. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah sintagma – paradigma yang terdapat pada level realitas, representasi, dan ideologi. Menurut Anton Kaes Kaes, 1994 www.artalpha.anu.edu.au, unit analisis sintagma – paradigma yang terdapat pada level realitas dapat dijelaskan, sbb : 1. Latar Setting Paradigma dari setting terdiri dari: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. Lokasi : Dalam ruangan indoorinternal atau di luar ruangan out dooreksternal. b. Penggambaran setting : realistis atau abstrak c. Penggambaran setting : histrotikal atau kontemporer d. Simbol – simbol yang ditonjolkan, fungsi, serta maknanya 2. Kostum dan make up Costume and make up Paradigma dari kostum dan make up terdiri dari : a. Apakah kostum dan make up tokoh memberikan signifikasi tertentu menurut kode social cultural, misalnya : status, kesejahteraan, dsb b. Kostum dan make up yang dikenakan pemain : realistis atau abstrak 3. Dialogdiam DialogueSilence Paradigma dari dialog diaam terdiri dari : a. Bahasa yang digunakan : resmi atau tidak resmi b. Apakah karakter yang berbeda mempengaruhi bahsa yang digunakan. c. Kalimat – kalimat yang di ucapkan dalam dialog apakah memilki arti tertentu kiasan d. Apakah terdapat karakter tertentu yang tampak dalam diam Unit analisis sintagma – paradigma yang terdapat pada level representasi dapat dijelaskan, sbb : 1. Teknik kamera Ada tiga jenis shot gambar yang paling dasar, yaitu meliputi : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. Long shot LS, yaitu shot gambar yang jika objeknya adalah manusia maka dapat di ukur antara lutut, kai hingga sedikit ruang diatas kepala. Dari jenis shot ini dapat dikembangkan lagi yaitu Extreme Long Shot ELS, mulai dari sedikit ruang dibawah kaki hingga ruang tertentu di atas kepala. Pengambilan gambar long shot ini menggambarkan dan memberi informasi kepada penonton mengenai penampilan tokoh termasuk pada body language, ekspresi tubuh, gerak, cara berjalan, dsb dari ujung rambut sampai kaki yang kemudian mengarah pada karakter serta situasi dan kondisi yang sedang terjadi pada adegan itu. b. Medium Shot MS, yaitu shot gambar yang jika objeknya adalah manusia, maka dapat di ukur sebatas dada hingga sedikit ruang diatas kepala. Dari medium shot dapat dikembangkan lagi, yaitu wide medium shot WMS, gambar medium shot tetapi agak melebar kesamping kanan kiri. Pengambilan gambar : 1. Cut, perubahan secara tiba – tiba dari suatu pengambilan, sudut pandang atau lokasi lakonnya. Ada bermacam – macam cut yang mempunyai efek untuk merubah scene, mempersingkat waktu, memperbanyak point of view, atau membentk ksan terhdap image atau ide. 2. Jump Cut, untuk membuat suatu adegan yang dramatis. 3. Motivated Cut, bertujuan untuk membuat penonton segera ingin melihat adegan selanjutnya yang tidak di tampilkan sebelumnya. Sedangkan yang dapat diamati pada level ideology ialah ideology ‘kultural’ yang khususnya pada paradigma kultural tentang keberadaan perempuan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Kebebasan dalam menentukan pilihan, serta kedudukan antara laki – laki dan perempuan sejajar.

3.5. Teknik Pengumpulan Data