35
diberikan adalah indefinite diffusion vista KF. Untuk skor K, diberikan pada respon tanpa objek atau suatu bentuk, hanya
untuk respon yang lebih menekankan kesan jarak atau ruangan yang mencakup suatu suasana, seperti kabut atau ruangan yang
mencakup kegelapan. Menurut Klopfer, K dan KF mengindikasikan frustrasi
akan kepuasan afeksi. Kemunculan K dan KF dianggap biasa karena kegagalan dalam afeksi terjadi secara umum dan setiap
orang bisa kurang lebih mengalami kecemasan akan hal ini. Kemunculan respon K patut diperhatikan ketika jumlahnya lebih
dari tiga atau ketika K dan KF melebihi jumlah FK Klopfer, 1954.
FK mengindikasikan adanya upaya subyek untuk menangani kecemasan afeksi dengan usaha-usaha introspektif,
dengan melihat masalah secara obyektif dengan memperoleh perspektif terhadap masalah, dengan mengambil jarak dari
masalah sehingga bisa melihat lebih obyektif.
iii. Three-dimentional space projected on a two-dimentional plane
Respon ini diperoleh ketika subyek memproyeksikan benda tiga dimensi di bidang dua dimensi seperti x-ray atau peta
topografi. Jika subyek menggambarkan hasil x-ray bagian tubuh, bagian pulau atau negara yang spesifik, maka skor Fk yang
36
diberikan. Namun, jika bagian tubuh, bagian pulau atau negara tidak digambarkan dengan spesifik, maka skor kF yang
diberikan. Untuk pemberian skor k hanya diberikan jika subyek hanya menyatakan kesan yang kurang jelas terhadap persepsi
proyeksi tiga dimensi di bidang dua dimensi tanpa ada obyek yang disebutkan.
3. Proporsi Kuantitatif
Pada penjelasan di atas, Klopfer telah mengelompokkan determinan secara terpisah. Deskripsi utuh mengenai kepribadian seseorang dapat
diperoleh setelah sequence analysis. Namun, penghitungan dengan proporsi kuantitatif dapat memperkuat dan memberi gambaran yang membentuk
interpretasi kualitatif dengan sequence analysis Klopfer, 1954. Proporsi kuantitatif merupakan hubungan perbandingan antara
determinan-determinan yang merujuk pada relasi dengan organisasi kepribadian. Proporsi kuantitatif ini berhubungan dengan inner resource
and impulse life, organisasi kebutuhan afeksi, constrictive control,
reaktivitas emosi terhadap lingkungan, dan aspek intelektual. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa proporsi
kuantitatif untuk memperkuat bentuk korelasi dimensi anxiety attachment dan dimensi avoidant attachment dengan determinan Rorschach. Proporsi
yang berkaitan dengan inner resource dan impulse life dan proporsi yang
37
berkaitan dengan organisasi kebutuhan afeksi dirasa bisa menggambarkan aspek-aspek yang menyusun dimensi-dimensi attachment.
a. Proporsi yang berkaitan dengan inner resource dan impulse life
i. Rasio M:FM
a. FM 2M
Individu dengan skor FM yang lebih banyak dari skor dua kali skor M menandakan orang tersebut memiliki
kebutuhan yang harus dipenuhi dengan segera dibanding dengan tujuan jangka panjang Klopfer, 1954.
b. M FM
Ketika skor M melebihi skor FM, menandakan kehidupan dorongan individu tersebut lebih rendah dari sistem
nilainya. Ketika jumlah FM tidak kurang dari 1
1 2
jumlah M dapat dikatakan adanya hubungan yang optimal antara
pengakuan terhadap keadaan dorongan dengan integrasi dengan sistem nilai. Individu ini dapat dikatakan memiliki
penerimaan diri dan kapasitas untuk menahan pemenuhan kebutuhan tanpa kegagalan, konflik dan penahanan yang tidak
semestinya. Sebaliknya, orang dengan jumlah FM yang kurang dari setengah jumlah M dan atau tidak ada FM sama sekali,
diperkirakan adanya penekanan dorongan dalam nilai
38
kesadaran daripada mengintegrasikannya. Hal ini dapat berdampak pada tegangan dan konflik dalam diri, kontrol yang
berlebihan dan kurangnya spontanitas Klopfer, 1954.
c. M = FM
Ketika jumlah M sama banyaknya dengan jumlah FM, dorongan dikatakan tidak berkonflik dengan sistem nilai.
Dorongan juga tidak bertentangan dengan perkembangan sistem nilai, maupun sebaliknya.
Keadaan ini menunjukkan kematangan dan kedewasaan individu dengan sistem nilai yang berkembang dengan baik.
Hal ini berdampak pada adanya kontrol beriringan dengan tetap adanya penerimaan yang mudah terhadap dorongan
dalam diri dan gambaran diri yang bahagia.
d. FM antara 1M dan 2M
Dalam rasio ini, tingkat infantil tidak sama dengan FM2M. Dalam keadaan ini seseorang dapat dikatakan dalam
batas normal Klopfer, 1954.
e. M dan FM dalam jumlah sedikit
Rasio ini menunjukkan tidak adanya pengakuan terhadap dorongan maupun kemampuan imajinatif dalam
39
pemikiran jangka panjang atau khayalan lari dari kenyataan. Perkembangan ego untuk individu pada rasio ini diperkirakan
sangat kurang Klopfer, 1954.
ii. Rasio M : FM + m
Jumlah FM + m seharusnya tidak lebih dari 1 ½ M. Jumlah FM + M yang lebih besar mengindikasikan tegangan yang terlalu
kuat untuk mengizinkan seseorang menggunakan sumber-sumber dalam dirinya untuk solusi yang konstruktif bagi masalah sehari-
hari. Jika jumlah FM + m mendekati dan atau setara dengan M dan tidak lebih dari satu atau dua m, implikasinya adalah dorongan
dapat teratasi dan terintegrasi dengan baik dengan sistem nilai dan individu tersebut mampu menggunakan sumber-sumber dalam
dirinya untuk memberikan stabilitas dan kontrol.
b. Proporsi yang terkait dengan organisasi kebutuhan afeksi
i. Rasio definite shading respose dengan undefinite shading response
Ketika jumlah K, KF, k, kF, c dan cF melebihi jumlah Fc dan FK mengindikasikan adanya integrasi yang buruk antar
kebutuhan afeksi dalam organisasi kepribadian Klopfer, 1954.
40
ii. Rasio F : FK+Fc
a. FK+Fc ¾ F
Rasio ini mengindikasikan kebutuhan afeksi yang berkembang dengan luas hingga mengancam keseluruhan
kepribadian. Pengalaman penolakan pada masa kanak-kanak memicu kebutuhan untuk menerima afeksi dan mencari respon
dari orang lain memainkan peran yang yang tidak seharusnya dalam perilaku yang mempengaruhi Klopfer, 1954.
b. FK+Fc = ¼ - ¾ F
Rasio ini menggambarkan kebutuhan afeksi yang berkembang dengan baik dan terintegrasi dengan baik dengan
organisasi kepribadian. Hal ini menunjukkan adanya fungsi kontrol yang sensitif, membantu individu dalam interaksinya
dengan orang lain tanpa mengakibatkan ketergantungan yang berlebihan terhadap respon dari orang lain Klopfer, 1954.
c. FK+Fc ¼ F
Rasio ini menggambarkan adanya kecenderungan denial, represi
dan kurang berkembangnya kebutuhan afeksi. Hal ini diperkirakan sebagai kelanjutan dari pengalaman
penolakan yang
cukup serius
sehingga mengganggu
perkembangan kepribadian Klopfer, 1954.