Respon Color Determinan Tes Rorschach

29 raguan dalam mengekspresikan respon. Tidak munculnya respon indefinite chromatic color CF mengindikasikan kurangnya interaksi emosional dengan lingkungan. Hal ini bisa disebabkan oleh kontrol yang terlalu ketat atau kurangnya kemampuan untuk merespon. Adanya respon pure color C mengindikasikan kurangnya kontrol emosi secara patologis, emosi meledak-ledak, dan tergolong pemarah. Respon color naming C n muncul pada orang yang terbebani oleh dampak emosional dan tidak mampu menanganinya dengan kotrol yang terintegrasi. Namun, ia tetap berusaha mengontrol situasi tanpa membuat kontak yang nyata dengan situasi Klopfer, 1954. Untuk subyek dengan respon color description C des , ia mampu mengontrol ekspresi sehingga terlihat terhambat. Subyek mengontrol emosi dengan cara tidak menunjukkan perasaannya. Hampir sama dengan C des dan C n, - color symbol C sym memiliki unsur intelektual dalam kontrol emosi. Respon definite arbitrary color FC menunjukkan adanya disintegrasi antara perilaku dengan perasaan. Respon yang dikeluarkan merupakan pemenuhan tuntutan situasi atau lingkungan. Pola ini dapat ditemukan pada orang konvensional dengan tatakrama yang baik, yang kurang menunjukkan emosi yang sesungguhnya dalam situasi sosial Klopfer, 1954. 30 Hipotesis ini baru bisa diterapkan jika jumlah respon FC cukup signifikan. Serupa dengan hipotesis FC, indefinite arbitraty color CF juga mengindikasikan perilaku yang tidak berkaitan dengan emosi yang sesungguhnya. Perbedaannya terletak pada seberapa besar kontrol yang terlibat Klopfer, 1954. FC menunjukkan kontrol yang dangkal dan bisa diterima oleh sosial sedangkan CF menunjukkan kontrol yang tidak berhasil. ii. Achromatic Menurut Klopfer, secara umum, adanya respon warna achromatic dianggap sebagai respon warna yang diperlembut. Asumsi mengenai warna achromatic C’ tidak cukup dikembangkan dibandingkan dengan kategori determinan lainnya. Ketika skor C’ didominasi oleh hitam atau abu-abu, dapat diperkirakan adanya kecenderungan depresif. Jika ada pengaruh dari bagian putih, hal ini bisa mengindikasikan negativisme dan agresifitas. Keduanya dapat merepresentasikan penarikan diri dan bentuk dari tidak responsif terhadap lingkungan Aronow, 1994. 31

d. Respon Shading

Shading responses diperoleh ketika subyek membentuk persepsi menggunakan nuansa shading dari area bercak tinta baik yang achromatic maupun chromatic. Shading responses terdiri dari surfacetexture response c, diffusion vista response K, dan three- dimentional space projected on a two-dimentional plane k. Menurut Aronow, semua shading response dapat diinterpretasikan sebagai adanya komponen kecemasan dalam konteks kebutuhan afeksi dan cara pemuasannya. Penggunaan shading dalam persepsi individu saat merespon bercak tinta berkaitan dengan bagaimana subyek mengatasi kebutuhan keamanan primer individu tersebut dan kebutuhan akan afeksi dan keterlibatan Klopfer, 1954. i. Tekstur Respon Tekstur diperoleh ketika subyek menggunakan suatu kesan permukaan pada persepsi yang subyek bentuk dari bercak tinta Rorschach. Seperti klasifikasi respon lainnya, Respon Tekstur juga dibagi menjadi dua macam yaitu, definite texture Fc , indefinite texture cF c . Fc diberikan ketika efek permukaan atau tekstur sangat jelas atau dimana objek tersebut merupakan permukaan atau tekstur dari objek dengan bentuk yang jelas atau pasti. cF diberikan ketika objek memiliki 32 bentuk yang tidak tentu dan perhatian subyek terfokus pada permukaannya. c diberikan ketika subyek tidak menyatakan bentuk apapun dan memfokuskan ketertarikannya pada efek permukaan atau tekstur saja. Respon Tekstur secara khusus menggambarkan kebutuhan kontak dan kedekatan seseorang. Menurut Ainsworth dan Klopfer, secara umum, penggunaan respon tekstur menindikasikan ekspresi terhadap kesadaran akan kebutuhan afeksi. Pada penelitian Cassella dan Viglione 2009, respon tekstur pada Tes Rorschach berhubungan dengan teori attachment . Secara spesifik, respon tekstur pada Tes Rorschach berhubungan dengan tipe secure attachment. Namun, dalam penelitian tersebut, Cassella dan Viglione tidak mengungkapkan hubungan respon tekstur pada Tes Rorschach dengan tipe insecure attachment . Berdasarkan hasil penelitian Marsh dan Viglione, dalam Cassella dan Viglione 2009, terhadap respon Tekstur dengan dependensi interpersonal, respon Tekstur secara positif dan signifikan berhubungan dengan pemrosesan informasi taktil dan perilaku. Menurut Ainsworth dan Klopfer, Fc merefleksikan ketertarikan terhadap bentuk taktil dan kualitas tekstur dari bercak tinta. Menurut Aronow, skor Fc yang menonjol dapat 33 dikatakan cenderung pasif dan suka menyenangkan orang lain, tidak agresif, dan tergolong orang yang secara sensitif peka terhadap perasaan orang lain. Individu tersebut dapat dikatakan cenderung memiliki kebutuhan kekanak-kanakan akan kedekatan terhadap orang lain. Aronow mengemukakan interaksi sosial orang dengan Fc yang mendominasi cenderung terkontrol dan cukup bijakasana. Ainsworth dan Klopfer juga mengemukakan bahwa Fc yang dominan mengindikasikan sifat kekanak-kanakan yang sudah diperhalus dan perwujudannya terkontrol. Menurut Ainsworth dan Klopfer, respon Fc mengindikasikan kesadaran dan penerimaan terhadap kebutuhan afeksi dalam konteks keinginan untuk diterima, keikutsertaan dan keinginan akan respon dari orang lain. Ainsworth dan Klopfer juga mengemukakan hal yang sama dengan Aronow bahwa orang dengan respon Fc yang dominan cenderung memuaskan orang lain tetapi diperhalus melalui dorongan terhadap kontak fisik. Ini merupakan perkembangan untuk pembentukan object relation yang dalam dan penuh makna dan ini hanya muncul ketika kebutuhan keamanan dasar sudah terpenuhi. cF dan c menggambarkan kebutuhan untuk bergantung yang tidak dapat dibedakan dan jauh lebih primitif. Respon cF 34 pada subyek mengindikasikan ketidakdewasaan pandangan serta kontrol. Menurut Ainsworth dan Klopfer, respon cF menunjukkan adanya kebutuhan awal akan kedekatan yang cenderung kasar. Adanya respon cF mengindikasikan kebutuhan untuk dimanjakan dan dipegang serta ketergantungan pada orang lain dalam bentuk yang kekanak-kanakan. Selain itu, Ainsworth dan Klopfer mengemukakan bahwa munculnya cF menunjukkan akan adanya kegagalan yang berat terhadap kebutuhan afeksi pada masa awal kanak-kanak. Hal ini menjadi masalah yang berlanjut karena tidak pernah terpuaskan. Ketidakmunculan cF dapat diartikan adanya kebutuhan afeksi yang sudah memburuk karena kekurangan, dan memiliki kapasitas hubungan afeksi yang lemah, atau kekurangan tersebut mengakibatkan kecemasan sehingga subyek harus melindungi dirinya sendiri dari kesadaran akan kebutuhannya terhadap keamanan afeksi dengan represi atau mekanisme penolakan. ii. Diffusion Vista Respon definite diffusion vista FK diperoleh ketika subyek menggunakan pandangan dan menggambarkan jarak antara beberapa objek dalam satu persepsi. Untuk respon dengan objek yang tidak memiliki bentuk yang jelas, skor yang 35 diberikan adalah indefinite diffusion vista KF. Untuk skor K, diberikan pada respon tanpa objek atau suatu bentuk, hanya untuk respon yang lebih menekankan kesan jarak atau ruangan yang mencakup suatu suasana, seperti kabut atau ruangan yang mencakup kegelapan. Menurut Klopfer, K dan KF mengindikasikan frustrasi akan kepuasan afeksi. Kemunculan K dan KF dianggap biasa karena kegagalan dalam afeksi terjadi secara umum dan setiap orang bisa kurang lebih mengalami kecemasan akan hal ini. Kemunculan respon K patut diperhatikan ketika jumlahnya lebih dari tiga atau ketika K dan KF melebihi jumlah FK Klopfer, 1954. FK mengindikasikan adanya upaya subyek untuk menangani kecemasan afeksi dengan usaha-usaha introspektif, dengan melihat masalah secara obyektif dengan memperoleh perspektif terhadap masalah, dengan mengambil jarak dari masalah sehingga bisa melihat lebih obyektif. iii. Three-dimentional space projected on a two-dimentional plane Respon ini diperoleh ketika subyek memproyeksikan benda tiga dimensi di bidang dua dimensi seperti x-ray atau peta topografi. Jika subyek menggambarkan hasil x-ray bagian tubuh, bagian pulau atau negara yang spesifik, maka skor Fk yang