Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewenangan PPATK diatur dengan Peraturan Presiden.
63
4. Struktur Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Kepala PPATK Nomor : PER-071.01PPATK0812 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan,
susunan organisasi PPATK terdiri atas : 1. “Kepala PPATK;
2. Wakil Kepala PPATK; 3. Sekretaris Utama PPATK;
4. Deputi Bidang Pencegahan; 5. Deputi Bidang Pemberantasan;
6. Pusat Teknologi Informasi; 7. Inspektorat;
8. Jabatan Fungsional; dan 9. Tenaga Ahli”.
Adapun struktur organisasi PPATK adalah sebagai berikut :
Asas Kerahasiaan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tidak berlaku kepada PPATK. Hal ini untuk menjamin kewenangan PPATK untuk menjalankan tugas dan
fungsinya.
63
Pasal 46 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Struktur Organisasi PPATK
Sumber : Website Resmi PPATK, “Struktur
Organisasi”,
http:www.ppatk.go.idfilesDesainBaganStrukturPPATK- FINAL170812-TTD0.pdf
., diakses Minggu, 03 Agustus 2014.
Pengaturan tindak pidana pencucian uang diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Menurut teori sistem hukum yang dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman, Undang-undang tersebut merupakan substansi hukum, sedangkan Pusat Pelaporan
Analisis Transaksi Keuangan PPATK adalah struktur hukumnya. Akan tetapi, untuk menegakkan hukum anti pencucian uang di Indonesia, PPATK perlu bersinergi
dengan Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, Badan Narkotika Nasional BNN, Bea Cukai, dan Pajak. Sinergi ini diperlukan karena
Universitas Sumatera Utara
PPATK sifatnya hanya memberikan laporan tentang adanya transaksi keuangan yang mencurigakan yang tidak sesuai dengan profil nasabah kepada Kepolisian dan
Kejaksaan. Selanjutnya, Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK,
Badan Narkotika Nasional BNN, Bea Cukai, dan Pajak selaku penegak hukum melakukan penyelidikan dan penyidikan kepada pihak-pihak yang dilaporkan oleh
PPAT yang melakukan transaksi keuangan yang mencurigakan. Setelah dilakukan penyelidikan dan penyidikan, barulah berkas perkara dilimpahkan kepada Jaksa
Penuntut Umum untuk dilakukan eksaminasi terhadap kelengkapan barang-barang bukti serta Berita Acara Pemeriksaan pihak-pihak terkait. Apabila berkas perkara
telah dinyatakan lengkap P-21 barulah Jaksa Penuntut Umum JPU membuat dan menyusun Surat Dakwaan untuk dimajukan di Pengadilan Negeri setempat.
Terkait dengan Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1243Pid.Sus2012PN-Mdn., tertanggal 08 Oktober 2012 atas nama Terdakwa Maha
Nathy Naidu alias Rendy, berkas perkaranya merupakan hasil split dari beberapa orang, yaitu : Anly Yusuf alias Mami, Ramli Petrus alias Abeng, Suryono alias
Aweng. Di dalam Dakwaan Kesatu yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum kepada
Rendy, Jaksa Penuntut Umum telah mendakwakan Rendy telah “Menerima Penempatan, Pembayaran atau Pembelanjaan, Penukaran, Penyembunyian atau
Penyamaran Investasi, Simpanan atau Transfer, Hibah, Waris, Harta atau Uang, Benda atau Asset Baik Dalam Bentuk Bergerak Maupun Tidak Bergerak, Berwujud
atau Tidak Berwujud Diketahuinya Berasal Dari Tindak Pidana Narkotika”
Universitas Sumatera Utara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 137 huruf b. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Sedangkan, di dalam Dakwaan Kedua, JPU mendakwakan Rendy telah melakukan “Menerima atau Menguasai Penempatan, Pentransferan, Pembayaran,
Hibah, Sumbangan, Penitipan, Penukaran atau Menggunakan Harta Kekayaan Yang Diketahuinya atau Patut Diduganya Merupakan Hasil Tindak Pidana” sebagaimana
Dimaksud Dalam Pasal 2 ayat 1 huruf c. Undang-Undang No. 8 Tahun 2010. Putusan Pengadilan Negeri tersebut di atas, menghukum Rendy yang telah
terbukti secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 137 huruf b. Undang- Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Dakwaan Kesatu dengan hukuman
penjara selama 3 tiga tahun dan 6 enam bulan dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- Satu Miliar Rupiah subsidair 4 empat bulan penjara.
Apabila dibandingkan antara Pasal 137 huruf b. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan Pasal 3 Jo. Pasal 2 ayat 1 huruf c. Undang-
Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pemberantasan dan Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang, maka hukuman yang lebih ringan terdapat pada Undang-Undang
Narkotika yaitu minimal 3 tahun dan maksimal 10 tahun penjara, sedangkan pada Undang-Undang TPPU menghukum pelaku kejahatan dengan pidana penjara paling
lama 20 tahun. Begitu juga dengan dendanya, Undang-Undang Narkotika membatasi denda yang dikenakan yaitu paling sedikit Rp. 500.000.000,- Lima Ratus Juta
Rupiah dan paling banyak sebesar Rp. 5.000.000.000,- Lima Miliar Rupiah, sedangkan pada Undang-Undang TPPU menghukum pelaku dengan denda paling
banyak sebesar Rp. 10.000.000.000,- Sepuluh Miliar Rupiah.
Universitas Sumatera Utara
D. Hubungan Tindak Pidana Pencucian Uang Dengan Kejahatan Asal
Tindak Pidana Narkoba
Hukum tindak pidana narkotika termasuk dalam kategori yang bermotifkan “economic gain” atau menghasilkan keuntungan ekonomi, terlebih dilakukan oleh
korporasi atau organisasi kriminal atau sindikat. Dapat dipastikan akan bersinergi dengan tindak pidana pencucian uang untuk mengaburkan hasil kejahatan tersebut.
Diperlukan koordinasi antar lembaga penegakan hukum dalam menangani permufakatan jahat dalam tindak pidana narkoba dengan tindak pidana pencucian
uang karena memang hasil tindak pidana narkotika sangat menjanjikan keuntungan yang sangat besar.
64
Penyidikan kekayaan tersebut, perlu dikembangkan jika hasilnya signifikan, harus ditelusuri kemana saja transaksi keuangannya dengan minta laporan hasil harta
kekayaan anak beserta istrinya seperti dalam Pasal 97 dan Pasal 98 Undang-Undang Untuk itu, perlunya sinergitas penegak hukum antara penyidik BNN, Polri
bekera sama dengan PPATK serta perbankan untuk menelusuri transaksi keuangan yang dilakukan oleh pelaku baik individu maupun korporasi dengan menggunakan
pendekatan “follow the money”. Dari penelusuran dan hasil analisis dari PPATK, maka akan diketahui aliran dana atau transfer dan siapa pelakunya apakah individu
atau korporasi. Jika pelakunya korporasi, maka perlu diteliti lagi siapa yang bertanggung jawab apakah pengurus korporasi, pengendali atau orang yang
melaksanakan perintah untuk dan atas nama yang berbasis kepentingan korporasi atau “corporate liability”.
64
Djoko Sarwoko dalam Harian Republika, “Antara Narkotika dan Pencucian Uang”, diterbitkan Sabtu, 23 November 2013.
Universitas Sumatera Utara
No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Atau adakah kemungkinan bahwa hasil kejahatan narkotika tersebut dipergunakan untuk mendanai kegiatan terorisme. Hal
ini perlu dicermati karena kemungkinan bersar hasil kejahatannya dipergunakan untuk membantu kegiatan teror, terutama jika pelaku adalah korporasi, bandar
narkotika, sindikat, atau organisasi kriminal. Dalam penanganan kejahatan narkoba dan TPPU, proses hukum tersebut
terbentur undang-undang yang belum mengatur kasus tersebut secara satu atap, yakni terpisah antara Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 No. 1243Pid.B2012PN.Mdn.
tertanggal 08 Oktober 2012 tentang Narkotika dan Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pencucian Pencucian Uang
Dakwaan tindak pidana pencucian uang TPPU dalam kasus narkoba dapat disusun dalam bentuk subsidaritas karena undang-undang yang ada masih
berbenturan terkait kewenangan penyidik untuk menangani kedua kasus yang berbeda namun berkaitan tersebut
Dalam Pasal 137 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 mengatur tentang minimum khusus, sedangkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tidak mengatur hal
itu. Sebetulnya Pasal 137 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika secara substansial mengandung unsur-unsur yang serupa dengan unsur-unsur dalam
Pasal 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pencucian Pencucian Uang. Oleh karena itu, dakwaan TPPU dapat disusun
dalam bentuk subsidaritas dakwaan pencucian uang dahulu karena BNN memperoleh menyidik TPPU berdasarkan Pasal 74 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010, kemudian
subsidairnya Pasal 137 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga Penyidik BNN tetap dapat melakukan penyidikan TPPU yang diduga melanggar Pasal 137 huruf a dan b. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009. Dari aspek
sejarah, mengapa pembentuk undang-undang mencantumkan Pasal 137 pada Undang- Undang No. 35 Tahun 2009, dikarenakan untuk mengantisipasi seandainya Pasal 74
Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tidak mengatur kewenangan penyidik tindak pidana asal BNN melakukan penyidikan TPPU.
65
Apabila dikaitkan dengan Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1243Pid.B2012PN.Mdn., tanggal 08 Oktober 2012 dalam penelitian ini, Terdakwa
Meskipun termasuk dalam TPPU, hasil kejahatan narkotika yang dikaburkan melalu pencucian uang, sasaran subjeknya tidak seluas yang diatur dalam Pasal 3
Undang-Undang No. 8 Tahun 2010. Rumusan delik Pasal 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 dikatakan lebih luas sasaran subjeknya karena mengandung frasa yang
diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1, terdapat 26 jenis tindak pidana termasuk narkotika.
Pasal 137 huruf b Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 yang telah diadopsi dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 berisi ancaman pidana yang lebih
berat, yakni penjara paling lama 20 tahun dengan denda paling banyak Rp. 5 miliar dan jika denda tidak dibayar, maka diganti dengan kurungan selama satu tahun empat
bulan. Lebih berat jika dibandingkan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 yang tunduk pada Pasal 30 ayat 6 KUHP yang mengatur pidana kurungan pengganti tidak
boleh dari delapan bulan.
65
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Maha Nathy Naidu alias Rendy dihukum berdasarkan Pasal 137 huruf b. Undang- Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Terdakwa Maha Nathy Naidu alias
Rendy telah terbukti secara sah dan meyakinkan sebagai orang yang menerima penempatan, pembayaran atau pembelanjaan, penitipan, penukaran, penyembunyian
atau penyamaran investasi, simpanan atau transfer, hibah, waris, harta atau uang, benda atau aset baik dalam bentuk benda bergerak atau tidak bergera, berwujud atau
tidak berwujud yang diketahuinya berasal dari tindak pidana narkotika danatau tindak pidana prekursor narkotika. Adapun yang menjadi unsur yang utama dalam
ketentuan Pasal 137 huruf b. tersebut adalah Terdakwa harus mengetahui bahwa uang yang diterimanya adalah berasal dari tindak pidana narkotika.
Mengenai pembuktian unsur “Yang Diketahuinya Berasal Dari Tindak Pidana Narkotika” sangat sulit dibuktikan karena Terdakwa Maha Nathy Naidu alias Rendy
tidak tahu sama sekali uang tersebut dari mana masuknya. Terdakwa Maha Nathy Naidu hanya mengetahui bahwa uang yang diterimanya itu adalah berasal dari
transfer Bapak Kamal sebagai teman ayahnya Maha Nathy Naidu yaitu Bayu yang bergerak dalam bidang usaha money changer. Usaha Bapak Kamal tersebut juga
menerima uang dari Tenaga Kerja Indonesia TKI yang berada di Malaysia untuk selanjutnya ditransfer kepada keluarga TKI yang ada di Indonesia. Hal inilah yang
disusupi oleh mafia narkoba dengan membuat kerjasama dengan Bapak Kamal sehingga akhirnya shabu-shabu dari Malaysia masuk ke Indonesia melalui Tanjung
Balai. Dalam penyidikan tindak pidana pencucian uang menurut Undang-Undang
No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Universitas Sumatera Utara
Uang, pihak yang berwenang melakukan penyidikan atas pencucian uang adalah PPATK. Lalu, dalam hal ini, PPATK telah memberikan hasil laporannya kepada
Badan Narkotika Nasional BNN Provinsi Sumatera Utara, sehingga akhirnya BNN melimpahkan perkara tersebut ke Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara untuk
disidangkan.
Universitas Sumatera Utara
60
BAB III ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN
KEJAHATAN ASAL TINDAK PIDANA KEJAHATAN NARKOBA PADA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MEDAN NO. 1243PID.B2012PN.MDN
TERTANGGAL 08 OKTOBER 2012
A. Tindak Pidana Kejahatan Narkoba
1. Narkoba Dalam Pengaturan Perundang-Undangan