Masalah Angkatan Perang DAMPAK KEBIJAKAN POLITIK PEMERINTAH RI

dengan sebutan gunting Syafrudin. Tujuan dari penggun-tingan uang ini adalah untuk menyedot jumlah uang beredar yang terlalu banyak, menghimpun dana pembangunan dan untuk menekan defisit anggaran belanja. 40

F. Bidang Sosial

1. Masalah Angkatan Perang

Pada hakikatnya pristiwa 17 Oktober ini mempunyai factor- factor penyebab, Indonesia menghadapi banyak persoalan, antara lain: 1. keadaan politik yang labil dengan sistem demokrasi liberal model Eropa khususnya Belanda. 2. keadaan sosial ekonomi yang semakin buruk dan korupsi yang semakin luas. 3. Persoalan Irian Barat yang tidak kurung selesai. 4. kemrosotan intgritas dan kemampuan operator pemerintah, misalnya pertentangan antar partai- partai dan pergolakan ditubuh ABRI. Setelah pengakuan kedaulatan pimpinan Angkatan Perang khususnya Kepala Staf Angkatan Perang KASAP dan Kepala Staf Angkatan Darat KASAD sedang berusaha mengkonsolidasi dan rnemajukan TNI. TNI yang terdiri dari pejuang- pejuang yang bermodalkan semangat dan masih dekat dengan loyalitas pribadi akan ditingkatkan menjadi angkatan perang yang lebih tinggi mutu teknis militernya lagipula diikat dengan disiplin yang melambaga. Jika usaha ini berhasil. angkatan perang menyatu satu kesatuan sosial-politik yang kompak yang dapat mengimbangi 40 https:mamaderka.wordpress.com2012102 l 31bakaco-pemerintahan-indonesia-pada-tahun-1950- 1959 diunduh tanggal 16 April 2015. kekuatan partai-partai politik dan golongan politik pada umumnya.oleh karena itulah melalui pion-pion kaum politik didalam tubuh Angkatan Perang untuk mencegah upaya itu. Langkah- langkah mulai diambil melalui seorang perwira senior. Kolonel Bambang Supono mendatangi panglima-panglima daerah dan mengajak mereka untuk menandatangi pernyataan agar Presiden menggantikan Kolonel A.H. Nasution sebagai KASAD. Pada tanggal 12 Juli 1952 diadakan pertemuan Perwira-perwira pimpinan Angkatan Darat dari pusat serta daerah, dan kebanyakan mereka banyak yang tidak menyetujui cara yang ditempuh oleh kolonel Bambang Supono karena merusak solidaritas Angkatan Perang. Keesokan harinya Kolonel Bambang menulis surat secara lang kepda Perdana Menteri, Menteri Pertahanan dan Perlemen. Didalam surat ia menyatakan bahwa sudah kehilangan kepercayaan kepada atasanya. Perlemen mengadakan sidang yang membahas sebuah mosi yang menuntut agar adanya perbaikan dalam pimpinan dan organisasi Kementerian Pertahanan dan Angkatan Perang. Pada tanggal 18 Juli 1952 KASAP mengirim surat kepada pemerintah, mendesak agar peristiwa tersebut diselesaikan sesuai prosedur militer. Karena tindakan Kolonel Bambang Supono dianggap melanggar disiplin, maka Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX telah telah membebastugaskanya. Sementara itu seksi- seksi pertahanan dan perlemen telah memberika perhatian yang serius terhadap masalah ini. Selanjutnya atas inisiatif Kolonel Jatikusumo dengan seijin KASAP diselenggarakan rapat Kologial pada tanggal 10 Oktober yang dihadiri oleh para Pnglirna dan para Perwira menengah yang berada di Jakarta. Pada rapat tersebut telah diadakan pertukaran pendapat mengenai perdebatan kebijakan Kementerian Pertahanan dalam DPRS apakah membahayakan organisasi Angkatan Perang serta negara. Mereka telah bersepakat berkumpul lagi apabila ternyata DPRS sampai menerima mosi. Rapat khusus yang dilakukan oleh KASAD dan Panglima membicarakan mosi DPRS diadakan pada tanggal 11 Oktober, hasil keputusan rapat yalah mereka bersama akan solider menghadapai perkembangan selanjutnya. Masih dalam rangkaian pembicaraan DPRS tentang Angkatan Perang, pada tanggal 15 Oktober para panglima diundang rapat lagi ke Staf Umum Angkatan Darat karena DPRS menentukan putusan pada tanggal 16 Oktober, dalam DPRS sendiri ada tiga mosi yang mempermasalahkan Angkatan Perang: 1. Mosi Burhanuddin sebagai mosi tidak percaya. 2. Mosi KasimoNatsir yang menuntut peninjauan kembali susuanan Kementrian Pertahanan dan APRI. 3. Mosi Manai Sopian Aruji Than Chalid yang menuntut peninjauan kembali pimpinan Angkatan Perang. Menghadapi perkembangan DPRS yang dapat mengganggu stabilitas, maka pimpinan AD berdasarkan hasil kosensus dengan panglima terotorium pada tanggal 16 dan 17 Oktober 1952 menyatakan pernyataan pimpinanan AD pernyatan pimpinan AD diantaranya: mendesak kepala negara untuk membubarkan DPRS dan membentuk DPR baru. Pemyataan yang ditandatangani oleh KASAD, pernyatan Surat tersebut kepada Presiden dipercayakan kepada Wakil KSAD Letkol. Sutoko PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang dipercayakan juga sebagai juru bicara. Karena malam sebelumnya Presiden sudah diberitahu lewat Kolonel. Dr. Mustopo, maka ia tidak merasa begitu terkejut,. Presiden menolak atas desakan itu dan menyelidiki terlebih dahulu keinginan rakyat diluar Jakarta dan mempercepat pemilihan umum. Demonstrasi di depan istana yang menuntut pembubaran perlemen menyerbu gedung DPRS terjadi pada Siang hari 17 oktober 1952. Menghadapi demonstrasi telah diadakan penjagaan pada posisi yang strategis. Kalangan militer menganggap bahwa sikap DPRS itu tidak wajar dan dirasakan sebagai intervensi langsung dalam soal intrn TNI- AD. Apalagi terdapat kenyataan kurang lebih separuh anggota DPRS berasal dan negara- negara bentukan belanda, sehingga tidak memiliki wirayat perjuangan dalam perang kemerdekaan yang merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi di kalangan TNI- AD. Dengan adanya peristiwa mulai menggoyahkan kabinet.

2. Krisis Tentara di Indonesia