Proses Penerapan Kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi

2. Proses Penerapan Kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi

Liberal 1950- 1959. Kabinet Natsir merupakan kabinet pertama dalam negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia menunjuk Sjafruddin Prawiranegara sebagai Menteri keuangan dan serta Sumitro sebagai Mentri Perdagangan dan Industri. Natssir dan kawan- kawan berhasil memanfaatkan situasi perang Korea untuk keperluan pembangunan. Ekspor terdorong kuat sehingga mampu mengatasi kesulitan neraca pembayaran, sekaligus menaikan pemerintah. Impor diliberalisasikan sebagai upaya untuk menekankan tingkat harga-harga urnum di dalam negri. Kredit bagi perusahaan-perusahaan asing yang mendominasi prekonomian diperketat, sementara bagi perusahaan pribumi diperlunak. Suatu kombinasi kebijakan fiskal yang ketat dan penerimaan yang tinggi dan sempat menghasilkan surplus anggaran yang cukup besar pada tahun 1951. Masa pemerintahan Sukiman mencatat bebrapa peristiwa dalam sejarah perekonomian Indonesia. Di antaranya adalah nasionalisasi De Javasche Benk menjadi Bank Indonesia 22 Mei 1951, awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai pemberian kredit harus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Kabinet Wilopo memperkenalkan konsep anggaran berimbang dalam PBN impor bukan saja diperketat, tetapi juga harus melakukan pembayaran dimuka. Pekerjaan ekonomi besar yang dilakukan Wilopo adalah rasionalisasi angkatan bersenjata melalui moderenisasi dan pengurangan personil. Prestasi ekonomi yang perlu dicartat oleh kabinet ini adalah menekan pengeluaran pemerintah, lebih dan 25 persen pengeluaran total pada tahun sebelumnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Masa pemerintahan Kabunet Ali ini diwarnai defisit baik dalam anggaran belanja maupun neraca pembayaran. Menteri Urusan Perekonomian ini dijabat oleh Iskaq Tjokroadisuryo, seorang tokoh sayap kin partai Nasional Indonesia dan merupakan penganjur Indonesianisasi yang paling gigih. Ia sangat melindungi importer pribumi, sangat menggebu-gebu mengubah perekonomian dari struktur kolonial menjadi nasional. Begitu menggebunya sehingga dia ingin mengubah secara drastik struktur distribusi devisa yang ketika itu menurutnya kurang melindungi para importer pribumi dengan cara membagi-bagikan lisensi impor kepada orang-orang pribumi,semasa sekitar lima bulan dia menjabat jumblah pengusaha nasional yang tergolong dalam importir membengkak luar biasa dari 700 menjadi 4300 importir.

3. Dampak Kebijakan Politik Pemerintah Ri Masa Demokrasi Liberal 1950-