Hasil Uji Penetapan Kadar Tablet Liquisolid Penentuan Formula Optimum

nilai 0,002. Komponen gliserin memiliki pengaruh yang dominan dalam menurunkan waktu hancur, hal ini disebabkan gliserin yang lebih cenderung hidrofil dan larut dalam air sehingga dapat menurunkan waktu hancur tablet. Komponen amilum kentang memiliki pengaruh dalam meningkatkan waktu hancur, hal ini disebabkan amilum kentang yang memiliki mekanisme mengembang dalam air dan tidak larut dalam air, sehingga dapat meningkatkan waktu hancur tablet. Hasil waktu hancur tablet pada tiap formula menunjukkan bahwa waktu hancur tablet berada pada rentang 0,81-1,26 menit, sehingga dapat dikatakan tablet memenuhi persyaratan waktu hancur tablet yaitu kurang dari 15 menit Depkes RI, 2014.

D. Hasil Uji Penetapan Kadar Tablet Liquisolid

Uji penetapan kadar dilakukan untuk mengetahui kadar glibenklamid dalam tablet untuk digunakan dalam perhitungan uji disolusi. Hasil penetapan kadar tablet ditunjukan pada tabel VI. Tabel VI. Hasil penetapan kadar glibenklamid dalam tablet liquisolid Formula Kadar tablet glibenklamid × ± SD n= 3 CV R1 97,98 ±1,80 1,84 R2 95,78 ± 1,56 1,63 R3 97,36± 1,09 1,12 R4 96,67 ± 1,46 1,51 R5 97,29 ± 1,55 1,59 R6 95,23 ± 1,67 1,75 R7 95,64 ± 1,92 2,00 R8 97,15 ± 1,61 1,66 Hasil penetapan kadar pada tiap formula menunjukkan bahwa kadar glibenklamid dalam tablet berada pada rentang 93,44 hingga 99,22, sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memenuhi persyaratan kadar tablet glibenklamid yang tidak kurang dari 90 dan tidak lebih dari 110 United States Pharmacopeial Convention, 2014

E. Hasil Uji Disolusi Tablet Liquisolid

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan menggunakan working standar glibenklamid dalam buffer phosphate pada instrumen spektrofotometer UV. Hasil serapan maksimum terukur pada panjang gelombang 204,5 nm yang ditunjukan pada gambar 12. Gambar 12. Spectrum graph glibenklamid dalam buffer phosphate panjang gelombang vs absorbansi Menurut Gianotto 2007 glibenklamid dalam medium buffer phosphate memberikan serapan yang besar pada panjang gelombang 204,5. Dengan demikian panjang gelombang 204,5 nm dapat digunakan sebagai panjang gelombang maksimum dalam penentuan kurva baku glibenklamid dalam medium buffer phosphate. 204,5 y = 0,0982x - 0,006 r = 0,999 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 2 4 6 8 10 Abs o rba ns i Konsentrasi µgmL

2. Penentuan Persamaan Kurva Baku

Hasil penentuan persamaan kurva baku pada panjang gelombang 204,5 nm ditunjukkan pada gambar 13. Gambar 13. Kurva baku glibenklamid dalam buffer phosphate 0,05 M n=1 Pada gambar 13 menunjukkan absorbansi pada pengukuran seri kadar glibenklamid berada pada range 0,2-0,8. Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometri hendaknya antara 0,2 hingga 0,8 karena memiliki persen kesalahan terkecil yaitu 0,5 Gandjar et al., 2009. Berdasarkan pengukuran seri kadar glibenklamid dalam buffer phosphate 0,05 M didapatkan persamaan y = 0,0982x – 0,006 dengan nilai regresi r sebesar 0,999. Menurut Miller dan Miller 2010, nilai r yang dianjurkan untuk sebuah analisis dengan menggunakan persamaan regresi linier adalah r dengan nilai diatas 0,99, sehingga persamaan tersebut dapat digunakan untuk uji disolusi tablet liquisolid glibenklamid. 20 40 60 80 100 -10 10 20 30 40 50 Ob at Ter d isolusi Waktu menit R1 R2 R3 R4

3. Uji Disolusi Obat

Disolusi merupakan salah satu parameter yang menunjukkan kadar obat yang terlarut sempurna pada medium disolusi pada waktu tertentu. United State Pharmacope XXXVII mensyaratkan bahwa kelarutan tablet glibenklamid dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 75 dengan menggunakan alat tipe II tipe dayung dalam medium buffer phosphate pH 8.5. Menurut Brian 2014 medium disolusi buffer phosphate dapat mensimulasikan tubuh pada pengujian disolusi dengan obat yang tergolong dalam asam lemah. Pada penelitian ini waktu uji disolusi selama 45 menit untuk melihat apakah pada waktu tersebut masih terjadi pelepasan zat aktif atau tidak. Hasil pengungkapan disolusi obat dengan melihat nilai Q30 yaitu persentase kadar obat terdisolusi dalam medium pada waktu 30 menit. Berikut profil uji disolusi tablet liquisolid glibenklamid yang dinyatakan dalam grafik persentase obat terdisolusi dengan waktu yang ditunjukkan pada gambar 14.a dan 14.b. Gambar 14.a. Profil disolusi tablet liquisolid glibenklamid n=6 20 40 60 80 100 -10 10 20 30 40 50 Ob at Ter d isolusi Waktu menit R5 R6 R7 R8 Gambar 14.b. Profil disolusi tablet liquisolid glibenklamid n=6 Pada pengujian disolusi ini didapatkan hasil akhir medium disolusi yang jernih dengan terdapatnya partikel amilum kentang yang mengembang pada medium disolusi, hal ini disebabkan amilum kentang yang memiliki mekanisme mengembang di dalam air. Kadar glibenklamid yang dapat terdisolusi hingga waktu 45 menit tidak dapat mencapai 100, hal ini disebabkan karena adanya partikel glibenklamid yang diperantarai gliserin untuk masuk ke dalam amilum kentang dan terjebak hingga amilum kentang tersebut mengembang pada medium disolusi. Hasil disolusi tablet pada tiap formula menunjukkan bahwa disolusi tablet pada waktu 30 menit berada rentang 75,08 - 96,99, sehingga dapat dikatakan tablet memenuhi persyaratan kadar glibenklamid yang terdisolusi dalam waktu 30 menit tidak kurang dari 75 United States Pharmacopeial Convention, 2014. Respon disolusi tablet liquisolid ditunjukkan pada persamaan 18. Y= 8,71 X 1 + 0,26 X 2 - 0,03 X 1 X 2 ...................................................... 18 Keterangan : X 1 = Gliserin X 2 = Amilum kentang Model plot respon disolusi tablet ditunjukan pada gambar 15. Keterangan: Y = Respon disolusi tablet A = Komponen gliserin B = Komponen amilum kentang = Design point = Convidence interval --- = Tolerance interval Gambar 15. Model plot respon disolusi tablet liquisolid Pada persamaan 18 dapat diketahui bahwa gliserin, amilum kentang dan interaksi gliserin dan amilum kentang memberikan pengaruh respon disolusi tablet. Persamaan 18 memiliki nilai p-value pada lack of fit sebesar 0,7506 p0,05, sehingga dinyatakan persamaan tersebut dapat menggambarkan eksperimental. Nilai p-value untuk anova pada persamaan 18 yang diperoleh sebesar 0,0002 p0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan antar formula sehingga penambahan tunggal maupun interaksi gliserin dan amilum kentang memberikan pengaruh yang besar terhadap disolusi tablet liquisolid. Nilai positif pada persamaan 18 menunjukkan penggunaan komponen gliserin dan komponen amilum kentang masing-masing meningkatkan persentase disolusi obat dengan nilai 8,71 dan 0,26. Komponen gliserin memiliki pengaruh yang dominan dalam meningkatkan persentase obat yang terdisolusi, hal ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI disebabkan gliserin dapat meningkatkan pelepasan obat dengan mengecilkan ukuran partikel, meningkatkan persentase obat yang terbasahi dan bertindak sebagai ko-solven. Hasil negatif menunjukkan interaksi komponen gliserin dan amilum kentang menurunkan persentase obat yang terdisolusi, penurunan disolusi terjadi karena komponen gliserin sebagai pelarut dalam jumlah banyak akan membuat obat tetap berikatan dengan gliserin Hadisoewignyo, 2012 dan komponen amilum kentang memiliki mekanisme pelepasan obat dengan mengembang dalam air sehingga sulit dalam pelepasan obatnya sehingga interaksi keduanya menyebabkan obat sulit untuk lepas dalam waktu tertentu.

F. Penentuan Formula Optimum

Formula optimum ditentukan dengan menggunakan Design Expert versi 9.0 yang diawali dengan menentukan parameter sifat fisik keseragaman kandungan, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur dan disolusi tablet liquisolid. Liquisolid merupakan metode pembuatan sediaan tablet yang diciptakan untuk meningkatkan disolusi obat yang sukar larut, sehingga pada respon uji disolusi diberikan nilai 3 point. Disolusi obat dalam sediaan tablet sangat dipengaruhi oleh waktu hancur, jika waktu yang dibutuhkan tablet untuk terdisintegrasi semakin cepat maka disolusi obat akan berjalan lebih cepat karena terjadi peningkatan luas permukaan pada zat aktif dengan medium disolusi. Sehingga respon waktu hancur diberikan nilai 2. Nilai dan bobot parameter yang dioptimasi dapat dilihat pada tabel VII. Tabel VII. Pemberian nilai dan bobot pada respon Respon Goal Minimum point Maksimum point Bobot Keseragaman kandungan In range 90 110 - Kekerasan kg In range 4 kg 8 kg - Kerapuhan In range 1 - Waktu hancur menit Minimize 0 menit 15 menit ++ Disolusi obat Q30 Maksimal 75 100 +++ Pada tabel VII pemberian nilai dan bobot respon kemudian dibuat hasil prediksi untuk mendapatkan persamaan polinomial dan grafik untuk setiap respon. Berikut hasil prediksi Design Expert 9.0 yang dapat dilihat pada gambar 16 . Keterangan: Y = Respon disolusi tablet A = Komponen gliserin B = Komponen amilum kentang = Design point = Convidence interval --- = Tolerance interval Gambar 16. Model plot formula optimum tablet Pada gambar 16 menunjukkan ada satu solusi dalam memprediksikan formula optimum dengan proporsi gliserin 25 mg dan amilum kentang 287 mg 100 : 0 yang sama dengan formula R7 dan R8 dan nilai desirability-nya sebesar 0,905. Desirability merupakan nilai yang besarnya nol sampai dengan satu yang artinya bahwa semakin nilai desirability mendekati satu maka semakin tinggi mendapatkan nilai respon yang diinginkan. Verifikasi data selanjutnya dilakukan untuk melihat hasil prediksi dengan hasil percobaan yang kemudian dianalisis dengan uji T tidak berpasangan dengan menggunakan R studio 3.2.3. Berikut hasil prediksi formula optimum dan hasil formula R1 dan R2 disajikan pada tabel VIII. Tabel VIII. Hasil prediksi formula optimum dan hasil formula R1 dan R2 Paramater Prediksi formula optimum Hasil formula Optimum Nilai p-value I II I II Keseragaman Kandungan 97,52 97,28 97,19 0,46 0,42 Kekerasan Kg 4,31 4,28 4,27 0,36 0,14 Kerapuhan 0,60 0,62 0,62 0,32 0,37 Waktu hancur menit 1,10 1,11 1,13 0,71 0,29 Disolusi obat Q30 92,42 92,79 91,87 0,51 0,24 Berdasarkan tabel VIII parameter keseragaman kandungan, kekerasan, waktu hancur, kerapuhan, dan disolusi tablet mempunyai nilai p-value lebih dari 0,05 untuk fomula R1 dan R2 sehingga dapat dsimpulkan tidak ada perbedaan signifikan antara prediksi dan hasil formula optimum. Hasil ini menunjukkan bahwa formula hasil percobaan tablet liquisolid glibenklamid sesuai dengan teori dan membuktikan bahwa formula optimum yang didapat dari simplex lattice design dengan Design Expert 9.0 telah valid. 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Gliserin sebagai pelarut berpengaruh signifikan meningkatkan persentase kerapuhan, persentase obat yang terdisolusi serta menurunkan kekerasan dan waktu hancur tablet. 2. Campuran bahan pelarut gliserin dan amilum kentang sebagai carrier material menghasilkan formula optimum dengan perbandingan konsentrasi gliserin : Amilum kentang 100 : 0 metode Simplex Lattice Design dengan proporsi jumlah bahan 25 : 287 mg. B. Saran 1. Perlu dilakukan validasi formula optimum dalam banyak titik agar dapat menggambarkan secara jelas sifat fisik dan disolusi tablet pada formula optimum. 2. Perlu dilakukan validasi metode pada uji penetapan kadar dan disolusi. 3. Perlu dilakukan penurunan bobot tablet sehingga bahan eksipien yang digunakan tidak terlalu banyak karena dosis yang digunakan kecil. 4. Perlu dilakukan pengembangan dalam formula agar dapat memberikan pelepasan obat hingga 100.