Metode Pengumpulan Data Alat Pengumpulan Data

populasi. Jadi populasi sengaja dipandang berkelompok-kelompok, kemudian kelompok itu tercemin dalam sampel Hadi, 2004. Ukuran sampel pada penelitian ini adalah 50 dari populasi. Populasi subjek pada penelitian ini sendiri berjumlah 465 dengan sampel berjumlah 242. Hal ini sesuai dengan pendapat Leedy Ormrod seperti dikutip dalam Supratiknya, 2015 mengenai ketentuan ukuran minumum sampel yang dapat diterima berdasarkan metode deskriptif dengan populasi berjumlah sekitar 500.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian dilakukan melalui penyebaran alat ukur yaitu kuesioner. Menurut Narbuko Achmadi 2007 kuesioner merupakan salah satu jenis instrumen pengumpulan data yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti dan disampaikan kepada respondensubjek penelitian melalui sejumlah pernyataan . Teknik ini dipilih semata-mata karena subjek adalah orang yang mengetahui dirinya sendiri, apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan interpretasi subjek tentang pertanyaanpernyataan yang diajukan kepada subjek adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti Hadi, 2002. Berdasarkan prosedurnya, kuesioner pada penelitian ini merupakan jenis kuesioner langsung karena kuesioner dikirim dan dijawab langsung oleh responden Narbuko Achmadi, 2007. Kuesioner pada penelitian ini adalah skala OCAI Organizational Culture Assessment Instrument yang dikembangkan oleh Cameroon Queen 2006. Skala OCAI didasarkan pada model teoritis yang dikenal sebagai The Competing Values Framework yang sangat berguna dalam mengatur dan menafsirkan berbagai fenomena organisasi.

2. Alat Pengumpulan Data

Skala Organizational Culture Assessment Instrument OCAI ini berbentuk sebuah kuesioner yang memerlukan tanggapan dari responden. Tujuan dari instrumen ini adalah untuk mengidentifikasi budaya organisasi saat ini, dan membantu mengidentifikasi pemikiran dari anggota organisasi mengenai budaya yang seharusnya dikembangkan untuk menyesuaikan tantangan yang dihadapi organisasi. Instrumen ini terdiri dari enam pertanyaan yang mewakili enam kunci budaya organisasi dari konsep CVF, yaitu karakter dominan, tipe kepemimpinan organisasi, tipe manajemen, perekat organisasi, penekanan strategi, dan kriteria keberhasilan. Setiap item pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban yang mewakili 4 budaya organisasi yaitu Clan, Adhocracy, Market dan Hierarchy. Setiap responden diminta memberikan penilaian pada setiap alternatif jawaban. OCAI merupakan skala penelitian yang dikembangkan di luar negeri, maka dibutuhkan metode adaptasi ke dalam bahasa Indonesia bagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI para responden. Metode adaptasi ini disebut back-translation. Back- translation adalah sebuah teknik penerjemahan protokol penelitian dengan cara mengambil protokol penelitian yang dikembangkan dalam suatu bahasa, diterjemahkan ke target bahasa yang dituju, dan meminta orang lain untuk menerjemahkan protokol tadi kembali ke bahasa asli. Apabila versi back-translated sama dengan yang asli, maka umumnya dianggap ekuivalen setara. Apabila tidak, prosedur diulang hingga versi back- translation dianggap sama dengan protokol yang asli Matsumoto Juang, 2008. Pada metode ini, penerjemah pertama melakukan penerjemahan terhadap skala awal dari bahasa asli ke bahasa yang dituju. Langkah berikutnya, penerjemah kedua tanpa melihat skala awal, menerjemahkan kembali skala yang sudah diubah pada bahasa yang dituju menjadi skala pada bahasa yang asli. Langkah terakhir, peneliti membandingkan skala awal dengan skala hasil dari back-translation untuk melihat kualitas akurasi terjemahan. Pada penelitian ini, peneliti meminta bantuan salah satu penerjemah yang pernah menjadi dosen di program studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Sanata Dharma dan sedang menempuh studi lanjut S2 bidang Kajian Bahasa Inggris KBI untuk menerjemahkan skala OCAI versi asli yang menggunakan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Setelah skala terjemahan OCAI dalam bahasa Indonesia diperoleh, peneliti meminta bantuan kepada penerjemah lain yang pernah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menempuh pendidikan di luar negeri lebih dari satu tahun untuk menerjemahkan kembali skala terjemahan OCAI bahasa Indonesia menjadi skala OCAI dalam bahasa Inggris. Skala hasil back-translation kemudian dibandingkan oleh peneliti dan penerjemah dengan skala aslinya. Proses back-translation skala OCAI dapat dilihat pada lampiran 2. Penerjemah menyatakan hasil back- translation skala OCAI sama dan sesuai dengan versi aslinya. Tidak ditemukan perbedaan maupun pergeseran esensi dan makna pada kalimat- kalimat skala OCAI. Dari hasil metode back-translation tersebut, didapatkan skala OCAI versi bahasa Indonesia yang akan digunakan pada penelitian ini. Skala OCAI versi bahasa Indonesia dapat dilihat pada lampiran 3.

F. Koefisien Korelasi Item Total r