75 Tabel 4.14. Peramalan Jumlah Pergerakan Harian Pesawat Terbang di Runway
Tahun ke
Tahun Domestik
Sub Total
Internasional Sub
Total Total
Datang Berangkat Datang Berangkat
6 2012
163 163
326 16
17 33
359 10
2016 207
207 414
19 19
38 452
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.15. Peramalan Jumlah Pergerakan Peak Hour Pesawat Terbang di Runway
Tahun ke
Tahun Domestik
Sub Total
Internasional Sub
Total Total
Datang Berangkat Datang Berangkat
6 2012
14 15
29 1
2 3
32 10
2016 18
19 37
1 2
3 40
Sumber : Hasil Perhitungan
4.6. Ringkasan Hasil Peramalan Pertumbuhan Jumlah Pergerakan Pesawat Terbang di Runway
Peramalan pertumbuhan jumlah pergerakan pesawat terbang pada 5 tahun mendatang dilakukan dengan analisa regresi linear berdasarkan jumlah pergerakan
pesawat terbang. Hasil perhitungan didapatkan jumlah pergerakan maksimum
pesawat terbang di runway pada Tabel 4.16 berikut ini :
Tabel 4.16. Pergerakan Pesawat Terbang di Runway Pada Kondisi Eksisting dan 5
Tahun Mendatang Tahun
Analisa Regresi Linear Peak Month
Peak Day Peak Hour
2012
10.882 359
32
2016
13.705 452
40
Sumber : Hasil Perhitungan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
76
4.7. Delay Kondisi Existing
Perhitungan delay dipengaruhi oleh seberapa lama sebuah pesawat terbang clear dari runway. Waktu minimal yang diperlukan agar pesawat terbang berikutnya
dapat melakukan pergerakan di runway minimal sebesar clearance time pesawat terbang sebelumnya. Clearance time tergantung dari kecepatan pesawat saat
melakukan pendaratan, touchdown, keluar exit taxiway, dan perlambatan ketika akan mendarat dan setalah mendarat. Menurut FAA, pesawat di kategorikan berdasarkan
kecepatan seperti dalam Tabel 4.17. berikut ini : Tabel 4.17. Kategori Pesawat Terbang Berdasarkan Kecepatan Menurut FAA
Kategori Pesawat
Terbang Kecepatan
Pendaratan Kecepatan
Touchdown Tipe Pesawat
Terbang
A 91 knots 169
kmjam Lihat b
Convair 240, DC 3, DHC 7.
B 91 knots 169
kmjam - 121 knots 222 kmjam
97 knots 180 kmjam
Convair 600, DC 6, Fokker 27, Fokker
28, Fokker 100, Viscount 800, HS
748 Series 2A. C
121 knots 222 kmjam - 141 knots
259 kmjam 120 knots 222
kmjam A 300, A310, B 707-
320, DC 9, MD 82, B 707-420, B 727, B
737, B 767, BAC 111.
D 141 knots 261
kmjam - 166 knots 308 kmjam
140 knots 259 kmjam
B 4747, MD 11, DC 10, L 1011, A 340,
TU 154, IL 62M, DC 8-61, DC 8-63, B
707-200. E
166 knots 308 kmjam -
140 knots 259 kmjam
Pesawat terbang masa depan A380-800
Sumber : Sylvia. 2004 dan FAA. 1974
Catatan :
a. Pesawat terbang diasumsikan untuk touchdown pada rata-rata dari 1,3 kali kecepatan saat konfigurasi pendaratan, pada rata-rata berat total pendaratan sebesar 85 maksimum. Ini
merpersentasikan kecepatan touchdown dari 92 dari rata-rata kecepatan pendaratan yang digunakan untuk mengelompokan pesawat terbang.
b. Rata-rata kecepatanb touchdown dari kelompok ditetapkan ketika tipe pesawat terbang yang diperkirakan menggunakan bandara yang diketahui.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
77 Kecepatan pendaratan dan touchdown pesawat terbang kategori untuk pesawat
terbang kategori A, B, C, D dan E berdasarkan kecepatan pesawat terbang pada saat pendaratan dan touchdown dapat dilihat pada Tabel 4.18. berikut ini :
Tabel 4.18. Kecepatan Pendaratan dan Touchdown Pesawat Terbang kmjam
Kategori Pesawat Terbang
V
ot
kmjam V
ot
mdt V
dt
kmjam V
dt
mdt
A 169
46.94 159
44.17 B
222 61.67
180 50.00
C 259
71.94 222
61.67 D
306 85.00
259 71.94
E 344
96.00 259
71.94
Sumber : Sylvia. 2004 dan FAA. 1974 Catatan :
V
ot
adalah kecepatan pendaratan, V
dt
adalah keceptan touchdown. Kecepatan touchdown untuk pesawat terbang kategori A adalah kira-kira 5 knot lebih lambat dari kecepatan melewati ujung
runway, sehingga besar kecepatan touchdown untuk pesawat terbang kategori A diperkirakan adalah sebesar 159 kmjam.
Setelah pesawat terbang touchdown di runway, pesawat terbang akan mengalami perlambatan dari kecepatan touchdown dan mencapai kecepatan lebih rendah yang
aman untuk berbelok ke exit taxiway. Kecepatan keluar ini tergantung pada besar sudut exit taxiway, semakin kecil sudut exit taxiway maka kecepatan keluar yang
diizinkan semakin besar, karena semakin memudahkan pesawat terbang dalam melakukan manuver. Sebaliknya exit taxiway bersudut 90
memungkinkan pesawat terbang keluar dari runway dan berbelok ke exit taxiway dengan kecepatan yang
paling rendah. Kecepatan keluar exit taxiway yang dimaksud adalah keceptaan ketika pesawat terbang berada di tangent curve exit taxiway. Berdasarkan kecepatan keluar
exit taxiway untuk masing-masing sudut, dan perlambatan saat di udara dan di darat dapat dilihat pada Tabel 4.19. berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
78 Tabel 4.19. Kecepatan Keluar Exit Taxiway mph dan Perlambatan ftsc
2
Sudut V
e
mph V
e
mdt a
1
ftsc
2
a
1
mdt
2
a
2
ftsc
2
a
2
mdt
2
30 60
30.87 2.5
0.76 5
1.52 45
40 20.58
2.5 0.76
5 1.52
90 15
7.72 2.5
0.76 5
1.52 Sumber : Sylvia. 2004 dan FAA. 1974
Catatan : V
e
adalah kecepatan keluar exit taxiway. a
1
adalah perlambatan di udara. a
2
adalah perlambatan di darat.
Berdasarkan kategori pesawat terbang A, B, C, D dan E dalam satuan MKS tentang kecepatan dan perlambatan pesawat terbang dapat dilihat pada Tabel 4.20. berikut :
Tabel 4.20. Kategori Kecepatan dan Perlambatan Pesawat Terbang
Kategori Pesawat
Terbang V
ot
kmjam V
dt
kmjam V
e
mdt a
1
mdt
2
a
2
mdt
2
Sudut 30
Sudut 45
Sudut 90
A 46.94
44.17 30.87
20.58 7.72
0.76 1.52
B 61.67
50.00 30.87
20.58 7.72
0.76 1.52
C 71.94
61.67 30.87
20.58 7.72
0.76 1.52
D 85.00
71.94 30.87
20.58 7.72
0.76 1.52
E 96.00
71.94 30.87
20.58 7.72
0.76 1.52
Sumber : Sylvia. 2004 dan FAA. 1974
Data historis jumlah pergerakan pesawat terbang dan persentase setiap tahun berdasarkan kategori yang tercatat pada tahun 2007-2011. Berdasarkan Tabel 4.16.
jumlah pergerakan pesawat terbang tahun puncak pada tahun 2011. Data tersebut juga sebagai acuan untuk perhitungan delay pada kondisi eksisiting dan 5 tahun
mendatang. Sehingga mengacu pada data tersebut jumlah dan persentase pesawat terbang.
Berdasarkan hasil survei data primer pada hari Selasa tanggal 21 Februari 2012 pukul 06.00-09.00 dan pukul 16.00-19.00 serta pada hari Rabu tanggal 22 Februari
2012 pukul 10.00-12.00. didapatkan jumlah dan persentase pergerakan pesawat terbang pada peak hour pada pukul 08.00-09.00. Seperti pada Tabel 4.21. berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
79 Tabel 4.21. Persentase Pergerakan Pesawat Terbang di Runway Pada Peak Hour
Jenis Pergerakan Jumlah pesawat Terbang Persentase
Take-off 16
66,67 Landing
8 33,33
Take-off + Landing 24
100 Landing Pesawat Terbang Kategori A
Landing Pesawat Terbang Kategori B Landing Pesawat Terbang Kategori C
7 87,5
Landing Pesawat Terbang Kategori D Landing Pesawat Terbang Kategori E
1 12,5
Sumber : Hasil Perhitungan
Perhitungan clearance time menggunakan pesawat terbang berdasarkan hasil surveieksisting dan berdasarkan Tabel 4.20. persentase pergerakan pesawat terbang
di runway pada peak hour. Perhitungannya sebagai berikut : 1. Diketahui pesawat terbang Airbus 330-300, termasuk pesawat terbang
kategori 4E dengan data kecepatan dan perlambatan seperti pada Tabel 4.18. akan landing di Bandara Juanda pada pukul 08.00 dengan menggunakan exit
taxiway bersudut 90 . Maka datanya sebagai berikut :
a. V
ot
= 96,00 mdetik
b. V
td
= 71,94 mdetik
c. V
e
= 7,72 mdetik
d. t = 10 detik
Berdasarkan rata-rata untuk semua kategori pesawat terbang dan sudut exit taxiway sudut 30
, 45 , 90
, adalah sebagai berikut : Horonjeff dan McKelvey, 1994
a. a
1
= 0,76 mdetik
2
b. a
2
= 1,52 mdetik
2
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
80 2. Maka clearance time pesawat terbang tersebut sebesar :
ot
-
td
a
td
-
e
a
t
, - , ,
, - , ,5
de tik Didapatkan clearance time untuk kategori pesawat terbang kategori C dengan sudut
exit taxiway 90 adalah kurang dari 72 detik. Dengan langkah perhitungan yang sama
clearance time untuk pesawat terbang kategori lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.22. berikut ini :
Tabel 4.22. Hasil Perhitungan Clearance Time Kategori Pesawat Terbang
Clearance Time Sudut 30
Sudut 45 Sudut 90
A 25
32 41
B 41
48 56
C 47
54 62
D 57
64 72
E 72
78 87
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.22. memperlihatkan hasil perhitungan clearance time masing-masing kategori pesawat terbang untuk berbagai sudut exit taxiway sesuai dengan kategori
pesawat terbang C dan E. Selanjutnya hasil perhitungan pada Tabel 4.22. digunakan dalam perhitungan delay.
Sebelum menghitung delay harus diketahui jumlah pergerakan maksimum yang bisa terjadi di runway untuk mengetahui tingkat pelayanan runway. Jumlah pergerakan
maksimum yang bisa terjadi di runway tergantung pada persentase take-off, landing dan campuran kategori pesawat terbang.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
81 Perhitungan delay kondisi eksisting dilakukan pada saat kondisi peak hour
berdasarkan hasil survey data primer pada hari Selasa tanggal 21 Februari 2012 pukul 08.00-09.00 sebagai berikut :
1. Jumlah kapasitas maksimum yang boleh terjadi di runway untuk kondisi eksisting sebagai berikut :
N = Jumlah kapasitas maksimum dalam 1 jam
T = Take-off = 66,67
L = Landing = 33,33
A = Pesawat terbang landing kategori A = 0
B = Pesawat terbang landing kategori B = 0
C = Pesawat terbang landing kategori C = 87,5
D = Pesawat terbang landing kategori D = 0
D = Pesawat terbang landing kategori E = 12,5
CTto = Clearance time pesawat terbang takeoff = 120 detik
CTta = Clearance time pesawat terbang kategori A = 41 detik
CTtb = Clearance time pesawat terbang kategori B = 56 detik
CTtc = Clearance time pesawat terbang kategori C = 62 detik
CTtd = Clearance time pesawat terbang kategori D = 72 detik
CTte = Clearance time pesawat terbang kategori E = 87 detik
pesawat
x to x x ta x tb x t c x td x t e
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
82
pesawat
, x , x x x 5 , 5 x x , 5 x
5 pe sawat terbang
Maka jumlah kapasitas maksimum yang bisa terjadi : 1. Jumlah pergerakan maksimum N
= 35 Pesawat Terbang 2. Jumlah pesawat terbang takeoff maksimum = 23 Pesawat Terbang
3. Jumlah pesawat terbang landing maksimum = 12 Pesawat Terbang 4. Jumlah pesawat terbang landing kategori A = 0 Pesawat Terbang
5. Jumlah pesawat terbang landing kategori B = 0 Pesawat Terbang 6. Jumlah pesawat terbang landing kategori C = 10 Pesawat Terbang
7. Jumlah pesawat terbang landing kategori D = 0 Pesawat Terbang 8. Jumlah pesawat terbang landing kategori E = 2 Pesawat Terbang
2. Perhitungan delay rata-rata pesawat terbang landing dan take-off berdasarkan perumusan yang telah dijelaskan adalah sebagai berikut :
a
= 8 pesawat terbangjam
d
= 16 pesawat terbangjam
a
= 12 pesawat terbangjam
d
= 23 pesawat terbangjam
a
= 0 pesawat terbangjam
d
= 0 pesawat terbangjam Maka delay rata-rata pesawat terbang landing adalah sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
83
a a
a a
⁄
a a
⁄
a
⁄ ⁄
, jam de tik
Maka delay rata-rata pesawat terbang take-off adalah sebagai berikut
d d
d d
⁄
d d
⁄
d
⁄ ⁄
, 5 jam de tik
4.8. Peramalan Delay 5 Tahun Mendatang