Pembiayaan dalam Perbankan Syariah dengan menggunakan Prinsip Jual Beli

Bagi nasabah, akad murabahah merupakan model pembiayaan alternatif dalam pengadaan barang-barang kebutuhan. Melalui pembiayaan murabahah, nasabah akan mendapat kemudahan mengangsur pembiayaan dengan jumlah yang sesuai berdasarkan kesepakatan dengan pihak bank. Sedangkan bagi bank syariah, pembiayaan murabahah merupakan akad penyaluran dana yang cepat dan mudah. Melalui murabahah bank syariah mendapat profit berupa margin dari selisih pembelian dana penjualan, serta mendapatkan fee based income adminstrasi, komisi asuransi dan komisi notaries. 7 Pembayaran oleh nasabah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh pada akhir periode atau secara angsuran sesuai kesepakatan. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada bank ditentukan berdasarkan kesepakatan bank dan nasabah pembiayaan. Tetapi apabila transanksi murabahah jadi dilaksanakan, maka uang muka yang telah diberikan akan dipergunakan sebagai pengurang dari piutang murabahah. Kemudian apabila transanksi murabahah tidak jadi dilaksanakan batal, maka kepada Dalam proses pembaiayaan, bank syariah membiayai sebagian atau seluruh 100 harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya, dimana pihak bank membeli barang yang diperlukan oleh nasabah atas nama bank sendiri sebelum kemudian menjual kembali barang tersebut kepada nasabah sebesar harga jual, yaitu berupa harga pokok barang yang dibutuhkan oleh nasabah pembiayaan, bank dapat mewakilkan kepada nasabah lain untuk membeli barang tersebut dari pihak ketiga untuk dan atas nama bank. Namun dalam hal ini, ketentuan akad murabahah baru dapat dilakukan setelah secara prinsip barang tersebut menjadi milik bank. 7 Ibid 71 nasabah, setelah dikurangi kerugiaan rill yang dialami oleh pihak bank sehubungan dengan pembatalan tersebut. Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 746PBI2005 tentang akad penghimpun dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, kegiatan penyalluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan akad murabahah berlaku persyaratan sebagai berikut: 8 1 Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian jual beli barang. 2 Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada bank ditentukan berdasarkan kesepakatan bank dan nasabah. 3 Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. 4 Dalam hal ini bank mewakilkan kepada nasabah wakalah untuk membeli barang, maka akad murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank. 5 Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka atau urbun saat mendatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah. 6 Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan angunan tambahan selain barang yang dibiayai bank. 7 Kesepakatan marjin harus ditentukan satu kali pada awal akad dan tidak berubah selama periode akad. 8 Angsuran pembiayaan selama periodde akad harus dilakukan secara proposional. 8 Burhanuddin, op cit, h. 75 Pengertian angsuran secara proposional adalah angsuran yang ditetapkan bank syariah secara proposional antara harga pokok dan marjin, serta jangka waktu angsuran. Seperti kasus yang dibahas oleh penulis dimana nasabah untuk membayar harga jual barang atau hutang Murabahah yang terdiri dari: hargra beli Rp.500.000.000 lima ratus juta rupiah, dengan marjin keuntungan Rp.66.500.000 enam puluh enam juta lima ratus ribu rupiah. Maka jumlah atau harga maksimum yang harus dibayar oleh nasabah sebesar Rp.566.500.000 lima ratus enam puluh enam juta lima ratus ribu rupiah.

3.6 Penerapan UU No 21 Tahun 2008 Dalam Permohonan Eksekusi Hak Tanggungan

Hak tanggungan tidak dapat berdiri sendiri tanpa didukung oleh suatu perjanjian hutang piutang yang diikuti dengan perjanjian pemberian hak tanggungan. Dalam perjanjian itu diatur tentang hubungan hukum antara kreditur dan debitur, baik menyangkut besarnya jumlah kredit yang diterima oleh debitur, jangka waktu pengembalian kredit, maupun jaminan yang nantinya akan diikat dengan hak tanggungan. Oleh karena hak tanggungan tidak dapat dilepaskan dari perjanjian hutang piutang, maka hak tanggungan disebut accessoir atau perjanjian tambahan yang mengikuti perjanjian pokoknya. Hutang atau kredit yang diberikan oleh kreditur mengandung resiko, maka dalam setiap pemberian kredit, harus dibuat suatu perjanjian yang tertulis. Maka diperlukan suatu jaminan kredit dengan disertai keyakinan akan kemampuan debitor melunasi utangnya. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang menyatakan dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitor untuk melunasi hutangnya sesuai yang diperjanjikan. Menurut J. Satrio bahwa suatu perikatan yang dilahirkan oleh suatu perjanjian, mempunyai dua sudut: sudut kewajiban-kewajiban obligations yang dipikul oleh suatu pihak dan sudut hak-hak atau manfaat, yang diperoleh oleh lain pihak, yaitu hak-hak menurut dilaksanakannya sesuatu yang disanggupi dalam perjanjian itu. Jadi hak tanggungan merupakan jaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberi kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya. 9 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam perjanjian hak tanggungan, seorang kreditur diberikan hak untuk mendapatkan pelunasan terlebih dahulu dari pihak pemberi tanggungan selain itu, pihak kreditur dapat pula mengajukan hak Kreditur sebagai pemegang hak tanggungan mempunyai hak mendahului dari pada kreditur-kreditur yang lain untuk mengambil pelunasan dari penjualan tersebut. Selain itu hak tanggungan akan tetap membebani obyek hak tanggungan ditangan siapapun benda itu berada, ini berarti bahwa kreditur pemegang hak tanggungan tetap berhak menjual lelang benda tersebut, biarpun sudah dipindahkan haknya kepada pihak lain. Dalam hal terjadinya pengalihan barang jaminan kepada pihak lain tanpa seizin pihak kreditur maka kreditur dapat mengajukan upaya hukum untuk membatalkan seluruh tindakan deditor yang dianggap merugikan. Dengan demikian, dalam perjanjian tanggungan, pihak kreditur tetap diberikan hak-hak yang dapat menghindarkannya dari praktek-praktek “nakal” debitur atau kelalaian debitur. 9 httpwww. Dampak Penyalahgunaan Perjanjian Kredit. html