Pengaturan Asuransi Asuransi Syariah Takaful

b Perusahaan asuransi syariah memperoleh bagi hasil dari pengelolahan dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah mudharabah. c Perusahaan asuransi syariah memperoleh ujrah feel dari pengelolahan dana akad tabarru’ hibah. Kesebelas : Ketentuan tambahan a Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan arbitrase syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. b Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

2.4.2 Pengaturan Asuransi

Dari segi hukum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih mendasarkan legalisasinya pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 Perasuransian yang sebenarnya kurang mengakomodasi asuransi syariah. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan asuransi dan re-asuransi syariah masih menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI melalui fatwa. Dalam tata hukum nasional, fatwa belum mempunyai kekuatan hukum yang bersifat mengikat. Karenanya agar bersifat mengikat, fatwa DSN MUI ke depan perlu diadopsi ke dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku secara formal. Sebagai payung hukum, peraturan yang terkait dengan asuransi syariah sementara ini baru diwujudkan dalam bentuk dengan asuransi syariah sementara ini baru diwujudkan dalam bentuk beberapa Keputusan Menteri Keuangan, yaitu sebagai berikut : 11 1 Keputusan menteri keuangan Republik Indonesia No.426KMK.062003 tentang perizinan Usaha dan kelembagaan perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi. Peraturan inilah yang dapat dijadikan dasr untuk mendirikan asuransi sayriah sebagaimana ketentuan Pasal 3- 4 terkait dengan perizinan syariah, Pasal 32 mengenai pembukaan kantor cabang dengan prinsip syariah pembukaan kantor cabang dengan prinsip syariah dari perusahaan asuransi dan reasuransi dengan prinsip syariah. 2 Keputusan Menteri keuangan Republik Indonesia No.424KMK.062003 tentang kesehatan keuangaan perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Ketentuan yang berkaitan dengan asuransi syariah tercantum dalam pasal 15- 18 mengenai kekayaan yang diperkenakan harus dimiliki dan dikuasai oleh perusaahn asuransi dan reasurasi dengan prinsip syariah. 3 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 422 KMK 062003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Ketentuan yang berkaitan dengan asuransi syariah di antaranya tercantum dalam Pasal 3 tentang pengesahan oleh Dewan pengawas syariah bagi perusahaan asuransi atau kantor cabang perusahaan asuransi yang 11 Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010. h. 70 diselenggarakan dengan prinsip-prinsip syariah Pasal 30 ayat 3 mengenai laporan operasional yang disertai pernyataan Dewan Pengawas Syariah. 4 Keputusan Direktur Jenderal lembaga keuangan No.Kep.4499LK2000 tentang jenis, penilaian dan pembatas perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi dengan prinsip syariah.

2.5 Pasar Modal Syariah