Reksadana Syariah Pengadaian Syariah

bersangkutan. Salah satu upaya pembenahan dari segi akad yang dijalankan di antaranya terkait dengan instrument yang digunakan pasar modal itu sendiri.

2.6 Reksadana Syariah

Menurut fatwa No. 20DSN-MUIVI2001, yang dimaksud dnegan Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip-prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta shabib al malrabb al-mal dengan manajer investasi, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. Reksadana syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang dapat dijadikan alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang menginginkan penambahan return dari sumber usaha yang bersih dan dapat dipertanggung jawabkan secara syariah. Tujuan utama reksadana syariah bukan semata-mata hanya mencari keuntungan, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan, komitmen pada nilai-nilai religiusitas, meskipun tanpa harus mengabaikan kepentingan para investor. 13

2.7 Pengadaian Syariah

Pengadaian syariah sebagai lembaga keuangan alternative bagi masyarakat guna menetapkan pilihan dalam pembiayaan di sektor rill. Biasanya kalangan yang berhubungan dengan pengadaian adalah masyarakat menengah kebawah yang membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Karena itulah pengadaian syariah harus lebih akomodatif dalam menyelesaikan persoalan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat. 1 Dasar Hukum 13 Ibid h.156 Di Indonesia lembaga yang mempunyai kewenangan untuk memberikan fatwa adalah Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI. Terkait dengan gadai, fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan adalah : a Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No. 25DSN- MUIIII2002 tentang Rahn. b Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No. 26DSN- MUIIII2002 tentang Rahn Emas. c Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No. 09DSN- MUIIV2000 tentang Pembiayaan Ijarah. d Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No. 10DSN- MUIIV2000 tentang Wakalah. e Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No.43DSN- MUIVII2004 tentang ganti rugi. 2 Rukum dan Syarat Gadai Dengan terpenuhinya rukun dan syarat-syaratnya, perjanjian gadai dapat dijalankan secara sah oleh para pihak yang berkepentingan. Pada prinsipnya, gadai merupakan akad yang bersifat tabi’iyah karena pelaksanaan perjanjiannya tergantung dari berlakunya akad lain yang dijalankan secara tunai. Untuk mencapai keabsahan, rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam perjanjian gadai adalah : 14 a Aqidain terdiri dari pihak yang menggadaikan rahin dan penerima gadai murtahin. Agar keabsahan gadai dapat tercapai, maka masing-masing pihak 14 Ibid h.172 harus memenuhi syarat sebagai subjek hukum. Dalam dunia bisnis, pihak yang menerima gadai biasanya berupa perusahaan pengadaian b Objek rahn ialah barang yang digadaikan marhun. Keberadaan marhun berfungsi sebagai jaminan mendapatkan pinjaman atau utang marhun bih. Para fuqaha berpendapat, bahwa setiap harta benda al-mal yang sah diperjual belikan, berarti sah pula untuk dijadikan sebagai jaminan utang marhun. c Adanya kesepakatan ijab qabul sighat akad. Lafadz ijab qabul dapat saja dilakukan baik secara tertulis maupun lisan, yang penting di dalamnya terkandung maksud adanya perjanjian gadai mulai berlaku sempurna ketika barang yang digadaikan marhun secara hukum telah berada ditangan pihak berpiutang murtahin. Apabila barang gadai telah dikuasai al-qabdh oleh pihak berpiuntang, begitu pula sebaliknya, maka perjanjian gadai bersifat mengikat kedua belah pihak. Pernyataan ijab qobul yang terdapat dalam gadai tidak boleh digantungkan dengan hakikat rahn.

2.8 Dana Pensiun