22
2.2.5.1. Motivasi Perataan Laba
Ada beberapa motivasi adanya perataan laba diantaranya : 1.
Mengurangi total pajak terutang. 2.
Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil
pula. 3.
Meningkatkan hubungan antar manajer dengan karyawan karena pelaporan penghasilan meningkat tajam memberi kemungkinan
munculnya tuntutan gaji dan upah. 4.
Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat dibandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak Hepworth
dalam Murtanto, 2004. Menurut Dye 1988 dalam Murtanto, SE., Ak., MSI bahwa
pemilik mendukung perataan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk
meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktik manajemen laba. Motivasi eksternal ditunjukkan oleh
usaha pemilik saat ini untuk mengubah persepsi investor prospektif potensial terhadap nilai perusahaan.
23
Beberapa pertanyaan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasialasan adanya perataan laba adalah bagi manajer perusahaan,
perataan laba dilakukan dengan tujuan agar kinerja perusahaan tersebut terlihat lebih dan untuk mengurangi konflik di antara manajer dengan
karyawan pemilik perusahaan, sedangkan bagi pemilik perusahaan adanya praktik perataan laba maka mereka akan lebih mudah untuk dapat
memperhitungkan risiko, return dan arus kas masa depan perusahaan
2.2.5.2. Dimensi Perataan Laba
Dimensi perataan laba pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk melakukan perataan angka income. Dascher dan Malcolm
membedakan antara perataan laba riil dan perataan laba arifisial sebagai berikut :
“Perataan laba riil merujuk pada transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan atas dasar efek perataannya terhadap income, sedangkan
perataan laba artifisial merujuk pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari
suatu periode ke periode yang lain. Belkaoui, 2000 : 58
Menurut Barnet te. Al dalam Belkaoui 2000 : 59 membedakan tiga dimensi perataan laba, sebagai berikut :
1. Perataan melalui terjadinya peristiwa danatau pengakuan :
24
Manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi sedemikian rupa sehingga efek transaksi tersebut terhadap income akan cenderung
memperkecil variasinya dari waktu ke waktu. 2.
Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu : berkaitan dengan terjadinya dan pengakuan suatu peristiwa, manajemen memiliki
kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.
3. Perataan laba klasifikasi sehingga disebut perataan klasifikatori :
ketika statistik laporan income bersih nilai bersih semua pendapatan dan biaya merupakan objek perataan, manajemen dapat
mengklasifikasi elemen-elemen dalam laporan income untuk mengurangi variasi dari waktu dalam statistik tersebut.
2.2.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba