ANALISA BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN TEKSTIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ...
x
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1
Latar Belakang Masalah ... 1
1.2
Perumusan Masalah ... 6
1.3
Tujuan Penelitian ... 6
1.4
Manfaat Penelitian ... 7
BAB II : KAJIAN TEORI DAN EMPIRIK ... 8
2.1
Hasil Penelitian Terdahulu ... 8
2.2
Kajian Teori ... 14
2.2.1
Laporan Keuangan ... 14
2.2.1.1 Jenis-jenis Laporan Keuangan ... 18
2.2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan ... 22
2.2.1.3 Pemakai Laporan Keuangan ... 23
(2)
2.2.3
Perataan Laba ... 25
2.2.3.1 Motivasi Perataan Laba ... 26
2.2.3.2 Dimensi Perataan Laba ... 27
2.2.4
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba.... 28
2.2.4.1
Ukuran Perusahaan ... 29
2.2.4.2
Teori Yang Membahas pengaruh Ukuran
Perusahaan ... 29
2.2.4.3
Profitabilitas ... 30
2.2.4.4
Teori Yang Membahas Pengaruh
Profitabilitas Terhadap Perataan Laba ... 31
2.2.4.5
Leverage Operasi ... 32
2.2.4.6
Teori Yang Membahas Leverage Operasi
Terhadap Perataan Laba ... 32
2.3
Kerangka Pikir ... 33
2.4
Hipotesis ... 35
BAB III : METODE PENELITIAN ... 36
3.1
Definisi Operasional ... 36
3.1.1
Variabel Bebas ... 36
3.1.2
Variabel Terikat ... 37
3.2
Teknik Penentuan Sampel ... 39
(3)
3.2.3
Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.3
Teknik Analisis Data Dan Uji Hipotesis ... 42
3.3.1
Regresi Logistik ... 42
3.3.2
Regresi Logistik Serentak ... 43
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1
Deskripsi Obyek Penelitian ... 45
4.1.1
PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)... 45
4.1.2
Sejarah Objek Penelitian ... 46
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian ... 53
4.2.1
Ukuran Perusahaan (Xı) ... 53
4.2.2
Profitabilitas Perusahaan (X
2) ... 54
4.2.3
Leverage Perusahaan (X
3) ... 56
4.2.4
Perataan Laba (Y) ... 57
4.3
Regresi Logistik Untuk Mengetahui Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perataan Laba ... 59
4.3.1
Penentuan Model Regresi Logistik ... 59
4.3.2
Uji Serentak ... 61
4.3.3
Uji Kesesuaian Model ... 62
4.3.4
Koefisien Determinasi (R
2) ... 63
4.3.5
Keakuratan Model ... 63
(4)
4.4.1
Implikasi Praktis ... 69
4.4.2
Perbedaan Penelitian Ini Dengan Penelitian
Terdahulu ... 70
4.4.3
Keterbatasan Penelitian ... 72
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 74
5.1
Kesimpulan ... 74
5.2
Saran ... 74
(5)
Tabel 3.1 Seleksi Sampel ... 40
Tabel 4.1 Data Ukuran Perusahaan Tahun 2003
Sampai Dengan Tahun 2008 ... 53
Tabel 4.2 Data Profitabilitas Tahun 2003 Sampai Dengan Tahun 2008 ... 55
Tabel 4.3 Data Leverage Tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 ... 56
Tabel 4.4 Data Perataan Laba Tahun 2003
Sampai Dengan Tahun 2008 ... 58
Tabel 4.5 Model Regresi Logistik... 60
Tabel 4.6 Hasil Uji Serentak ... 61
Tabel 4.7 Hasil Uji Kesesuaian Model ... 62
Tabel 4.8 Nilai R
2... 63
Tabel 4.9 Classification Tabel... 63
Tabel 4.10 Model Regresi Logistik... 64
Tabel 4.11 Rangkuman Persamaan Penelitian Terdahulu
Dengan Penelitian Sekarang ... 70
(6)
Gambar 11 Diagram Total Aktiva ... 4
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir ... 34
DAFTAR PUSTAKA
(7)
Lampiran
1 : Rekapitulasi Data Penelitian
2 :
Rekapitulasi
3 : Input Data
4 : Output Uji Regresi Logistik
(8)
x
Oleh
Dedy Kuntarto
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perataan laba. Penelitian ini melibatkan 6 perusahaan manufacture
tekstil yang terdaftar pada bursa efek Indonesia dengan mengambil 6 tahun
penelitian mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2008. Berdasarkan penelitian
ini terdapat 3 faktor yang mempengaruhi faktor perataan laba yaitu ukuran
perusahaan, profitabilitas perusahaan dan leverage operasi perusahaan.
Perataan laba merupakan salah satu bentuk manajemen laba sebagai
sesuatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba
yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artificial
maupun riil. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perataan laba
merupakan salah satu upaya para manajer perusahaan untuk mengurangi fluktuasi
laba yang dilaporkan sehingga kinerja perusahaan terlihat stabil.
Hasil penelitian ini adalah model regresi logistik layak digunakan dan
variabel ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan dan leverage perusahaan
secara serentak dan parsial tidak berpengaruh terhadap perataan laba, hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas
perusahaan dan leverage perusahaan dalam memprediksi variabel perataan laba
relatif sangat rendah yaitu sebesar 12,2% dan kemungkinan lainnya disebabkan
tingkat perekonomian bangsa yang tidak stabil ini terlihat dari tingginya suku
bunga bank, yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Kata Kunci
: Mengambil keputusan berinvestasi lebih cermat dan teliti
menilai kualitas laba yang laporkan dalam laporan keuangan
perusahaan-perusahaan yang go public.
(9)
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, dan menaksir risiko investasi atau meminjamkan dana (Kirschenheiter dan Melumad 2002). (Dalam Jurnal Corelina)
Pelaporan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi investor dan kreditor masa kini dan yang potensial serta para pemakai lain dalam membuat keputusan ekonomi dan bisnis seperti keputusan investasi, dan keputusan kredit yang rasional. Pelaporan keuangan dapat disajikan dalam bentuk laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan, informasi tambahan, serta sarana lain dari pelaporan keuangan dari keempat bentuk tersebut, yang menjadi bagian utama pelaporan keuangan adalah laporan keuangan, yaitu sarana utama untuk mengkomunikasikan informasi kepada pihak-pihak yang berada di luar suatu entitas (Atmini, 2000).
(10)
Adanya perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna informasi yang bersangkutan, tidak terkecuali penerapan perataan laba oleh suatu perusahaan. (Juniarti, 2000)
Praktik perataan laba telah dikenal sebagai praktek yang rasional dan logis dan dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk meramalkan arus kas di masa yang akan datang (Barnea, Ronen dan Sadan, 1975). Perataan laba (income smoothing) dapat didefinisikan sebagai suatu sarana yang digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas urut-urutan target yang terlihat karena adanya manipulasi variabel-variabel (akuntansi) semu atau (transaksi) riil (Koch, 1981 : Salno dan Baridwan, 2000). Menurut Prasetiodan Wiryawan (2002 : 46) praktek pemerataan laba meliputi usaha untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih besar dari laba normal, dan usaha untuk memperbesar laba yang dilaporkan jika laba lebih kecil dari laba normal. Tindakan pemerataan laba merupakan suatu fenomena umum dan banyak dilakukan diberbagai perusahaan. Namun demikian, tindakan tersebut menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan bersih/laba menjadi menyesatkan, sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan khususnya pihak eksternal. (Jatiningrum, 2000. Etty M. Nasser & Tobia Parulian, Fakultas Ekonomi Usakti).
(11)
Sejalan dengan konsep manajemen laba, perataan laba bila dipandang dari kerangka piker teori keagenan, perataan laba timbul karena adanya konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik. Konflik kepentingan ini bisa terjadi antara seorang manajer yang ingin memaksimumkan kekayaannya sendiri dengan pemegang saham yang juga ingin memaksimumkan kekayaanya. Konflik akan terjadi jika usaha manajer untuk memaksimumkan kekayaannya tidak memaksimumkan kekayaan pemegang saham (Januar Eko P, Sri Astuti dan Agung Wiryawan, 2002:48).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi manajemen dalam melakukan praktik perataan laba, diantaranya adalah faktor ukuran perusahaan, karena makin besar perusahaan, makin banyak alternatif pembelanjaan sumber daya yang dapat dipilih, dan utang yang dimilikinya cenderung makin besar. Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap praktik perataan laba adalah faktor profitabilitas. Praktik perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah dan dalam keadaan berisiko, karena ingin memperlihatkan bahwa laporan laba rugi lebih baik dan tingkat fluktuasi tidak terlalu tinggi, sehingga dapat menarik investor.
Selain faktor profitabilitas dan ukuran perusahaan, variabel lain yang diduga sebagai pendorong terjadinya praktik perataan laba adalah leverage operasi. Leverage operasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva untuk membayar beban tetap. Menurut Bambang
(12)
Riyanto (195:331), leverage operasi adalah rasio yang mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Biasanya, seorang kreditur tertarik pada perusahaan yang memiliki tingkat leverage operasi yang rendah dan menghasilkan leverage positif, sebab kreditur memerlukan jaminan atas dana yang dipinjamkan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ilmanir dan Zuhroh (1993 dalam Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz, 1998:78) tidak berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan dapat dikaitkan dengan adanya praktik perataan laba. Murtanto (2004) juga tidak berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Juniarti (2005) tidak berhasil membuktikan bahwa besaran perusahaan dan profitabilitas adalah faktor pendorong dilakukannya praktik perataan laba, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998) yang berhasil membuktikan bahwa leverage operasi merupakan faktor pendorong terjadinya praktik perataan laba, sedangkan faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri tidak berhasil dibuktikan sebagai faktor pendorong perataan laba. Berbeda dengan penelitian Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz, penelitian yang dilakukan oleh Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005) tidak berhasil membuktikan bahwa leverage operasi berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Yusuf dan Soraya (2004), Suranata dan Merdiastuti (2004)
(13)
dan Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998) yaitu pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk melihat generalitas dari hasil penelitian terdahulu dengan melakukan pengujian yang sama pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian dan tahun yang diamati yaitu tahun 2003 hingga 2008. Dipilihnya tahun 2003 hingga 2008 adalah dengan alasan untuk menghindari periode krisis moneter di Indonesia (tahun 1997-1998).
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi mengenai faktor-faktor yang diduga mendorong manajemen melakukan praktik perataan laba, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “ANALISA BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis mencoba merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
(14)
2. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage perusahaan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dirumuskan untuk memberikan arah pencapaian sasaran bagi aktivitas penelitian :
1. Untuk menguji perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melakukan praktik perataan laba.
2. Untukmembuktikan faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage perusahaan mempengaruhi praktilk perataan laba.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis
Untuk membuktikan secara empiris mengenai praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Manfaat Praktis
Bagi masyarakat bisnis : Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai upaya beberapa manajemen perusahaan yang melakukan praktik perataan laba.
(15)
Dapat dijadikan sebagai acuan dan dasar pengembangan penelitian di masa yang akan datang.
(16)
8 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Sebagai dasar melengkapi landasan teori, berikut ini disajikan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi :
a. Januar Eko Prasetio dan Sri Astuti, Agung Wiryawan (2002)
Judul : “Praktik Perataan Laba Dan Kinerja Saham Perusahaan Publik Di
Indonesia”.
Perumusan masalah :
1. Apakah faktor- faktor besaran perusahaan, net profit margin, operating profit margin, kelompok usaha,dan klasifikasi winner/losser stock secara signifikan mempengaruhi praktik perataan laba.
2. Apakah ada perbedaan return antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba.
3. Apakah ada perbedaan resiko antara perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba.
Hipotesis :
1. Faktor-faktor besaran perusahaan, Net Profit Margin (NPM), Operating
Profit Margin (OPM), kelompok usaha, dan klasifikasi winner/losser stock
(17)
2. Ada perbedaan return antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba. 3. Ada perbedaan resiko antara perusahaan yang melakukan praktik perataan
laba dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Kesimpulan :
1. Dari pengujian statitistik terhadap hipotesis penelitian pertama menghasilkan simpulan bahwa faktor-faktor kelompok usaha 2, dan
winner/losser stock mendukung hipotesis penelitian pertama, dan
faktor-faktor besaran perusahaan Net Profit Margin, Operating Profit Margin, kelompok usaha 1, tidak mendukung hipotesis penelitian pertama. Hal ini berarti faktor-faktor kelompok usaha 2, dan winner/losser stocks secara signifikan mempengaruhi praktik perataan laba, faktor-faktor net profit
margin, operating profit margin, kelompok usaha satu, secara signifikan
tidak mempengaruhi praktik perataan laba.
2. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ada perbedaan return antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba didukung oleh hasil penelitian ini.
3. Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa ada perbedaan resiko antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba didukung oleh hasil penelitian.
(18)
b. Liau She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998)
Judul : “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”
Perumusahan Masalah :
Apakah perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, sektor industri dan leverage operasi perusahaan.
Kesimpulan :
1. Berdasarkan analisis dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang dilakukan menunjukkan bahwa praktik perataan laba ternyata dilakukan juga oleh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
2. Analisis dalam penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan sektor industri merupakanfaktor penndorong dilakukannya dalam praktik perataan laba, sedadangkan leverage operasi berhasil membuktikan terjadinya praktik perataan laba.
3. Analisis berikutnya menggunakan analisis inference yaitu pengujian univariate dan multivariate, ditemukan bahwa hanya variabel leverage operasi yang menunjukkan adanya pengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan variabel-variabel total aktiva, profitabilitas dan sektor industri tidak berpengaruh. Tetapi, untuk variabel sektor industi hasil pengujian univariate menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan diantara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan tidak.
(19)
c. Jatiningrum (2000)
Judul : “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Penghasilan Bersih Atau Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”.
Perumusan Masalah :
Apakah faktor-faktor ukuran perusahaan, profitabilitas dan sektor industri mendorong dilakukannya pemerataan penghasilan bersih atau laba ? Hipotesis :
Diduga bahwa perataan penghasilan bersih atau laba tidak tergantung pada ukuran perusahaan, profitabilitas dan sektor industri perusahaan.
Kesimpulan :
Berdasarkan analisa dari hasil pengujian penelitian ini menyimpulkan bahwa paada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta ada yang melakukan tindakan pemerataan laba.
Berdasarkan analisa multivariate yang menguji faktor-faktor pendorong ada atau tidaknya tindakan perataan laba dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak dapat menunjukkan ukuran perusahaan menjadi faktor pendorong dilakukannya tindakan perataan laba. Untuk variabel profitabilitas, penelitian ini berhasil menunjukkan bukti bahwa profitabilitas merupakan faktorpendorong dilakukannya praktek perataan laba sedangkan pada sektor indutri, penelitian ini tidak berhasil menunjukkan bukti bahwa sektor industri merupakan faktor pendorong dilakukannya tindakan perataan laba.
(20)
Dilakukannya tindakan perataan laba karena ada kemungkinan penurunan laba yang berkaitan dengan krisis moneter yang melanda Indonesia, sehingga ada kecenderungan manajemen melakukannya untuk menstabilkan penghasilan bersih.
d. Febe Suci Nurfaridah (2002)
Judul : “Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan penghasilan bersih atau laba pada perusahaan basic industry and chemicals yang terdaftar di Bursa efek Surabaya”.
Perumusan masalah :
Apakah total assets turn over, profitabiltas, dan ukuran perusahaan mempengaruhi perataan pengahasilan/laba ?
Kesimpulan :
1. Pengujian multivariate secara serempak ini dapat diketahui bahwa nilai p untuk profitabilitas, total assets turn over dan ukuran perusahaan adalah lebih besat dari 0,05 yang berarti H0 untuk ketiga variabel ini diterima dengan demikian Hi ditolak. Dengan diterimanya H0, berarti ketiga variabel ini tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Selanjutnya jika dari nilai r, variabel profitabilitas, ukuran perusahaan dan total assets
turn over memiliki nilai r=0 yang berarti bahwa kedua variabel
independen sama sekali tidak memiliki hubungan dengan variabel independen.
2. Untuk pengujian multivariate secara terpisah maka variabel independen yang pertama kali dikeluarkan adalah ukuran perusahaan yang memiliki
(21)
nilai p sebesar 0,9441, sedangkan nilai p untuk variabel profitabilitas 0,4329 dan total assets turn over 0,2576 masih lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa H0 diterima dan Hi ditolak. Demikian pula untuk r dari variabel profitabilitas dan total assets turn over tetap = 0, yang berarti bahwa variabel independen ini tidak berpengaruh pada variabel dependen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, penelitian ini tidak menunjukkan bukti bahwa total assets turn over, probitabilitas dan ukuran perusahaan menjadi faktor pendorong dilakukannya tindakan perataan laba.
e. Muhammad Yusuf dan Soraya (2004)
Judul : “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing dan Non Asing Di Indonesia”.
Perumusan Masalah :
1. Apakah perusahaan asing dan non asing yang ada di Indonesia melakukan praktik perataan laba ?
2. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan ? 3. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan ? 4. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan ? 5. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh ststus perusahaan ?
Hipotesis :
1. Tidak terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan asing maupun non asing yang menjual sahamnya.
2. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. 3. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan.
(22)
4. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan. 5. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh status perusahaan.
6. Terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahan asing dan non asing yang menjual sahamnya di Indonesia.
7. Perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. 8. Perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan. 9. Perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan. 10.Perataan laba dipengaruhi oleh status perusahaan.
Kesimpulan :
Diantara perusahaan asing dan non asing tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan non asing lebih banyak melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan asing., hal ini terlihat dari total aktiva perusahaan asing dan non asing yang melakukan praktik perataan laba cenderung lebih besar dari pada perusahaan asing dan non asing yang tidak melakukan praktik perataan laba.
Profitabilitas perusahaan asing dan non asing perata laba yang cenderung stabil ini diduga karena adanya manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi fluktuasi yang signifikan. Perusahaan asing melakukan praktik perataan laba memiliki leverage operasi yang lebih kecil dari pada perusahaan asing yang tidak melakukan praktik perataan laba.
(23)
2.2. Kajian Teori
2.2.1. Laporan Keuangan
Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja, tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan.
Berkaitan dengan pemakai internal dan eksternal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, akuntansi telah berkembang menjadi dua jenis akuntansi, yaitu :
1. Akuntansi Keuangan (Financial Accounting) 2. Akuntansi Manajemen (Manajemen Accounting)
Akuntansi keuangan adalah sistim pengakumulasian, pemrosesan, dan pengkomunikasian yang didesain untuk informasi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan investasi dan kredit oleh Bpemakai eksternal. Informasi akuntansi keuangan dikomunikasikan melalui laporan keuangan yang dipublikasikan dan dibuat berdasarkan Standart Akuntansi Keuangan. Sedangkan akuntansi manajemen adalah sistem pengakumulasian, pemrosesan dan pengkomunikasian yang didesain untuk informasi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemakai internal perusahaan. Sehingga tidak terdapat standart dalam penyusunan laporan informasi manajemen, hanya disesuaikan dengan kebutuhan oleh pihak manajemen.
(24)
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, dan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 1997:17). Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan dan memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Laporan keuangan akan memberikan banyak manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai informasi keuangan. Informasi keuangan akan bermanfaat bila dipenuhi ketujuh kualitas berikut :
1. Relevan
Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaanya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para pengambil keputusan, informasi demikian tidak aka nada gunanya, betapapun kualitas-kualitasnya terpenuhi.
2. Dapat Dimengerti
Informasi harus dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai.
(25)
Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan-pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Hal ini berhubungan dengan keterlibatan manusia di dalam proses pengukuran dan penyajian informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita obyektif semata.
4. Netral
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergatung pada kebutuhan dan keingan pihak-pihak tertentu. 5. Tepat Waktu
Informasi harus di sampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
6. Daya Banding
Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama.
7. Lengkap
Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapatmemenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif diatas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar
(26)
pengungkapan yang memadai dalam pelaporan keuangan. (Baridwan, 1997 : 5-6)
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi dan perubahan lain dalam posisi keuangan.
Tujuan umum laporan keuangan menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAi) dalam (Baridwan, 1997) yaitu :
1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan penanaman.
3) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan keuangan di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
2.2.3 Pemakai Laporan Keuangan
Informasi laporan keuangan di susun sebagai alat untuk mengakomodasi berbagai kepentingan dari para pemakai informasi keuangan. Pihak-pihak pemakai informasi keuangan antara lain terdiri dari
(27)
pihak internal (manajemen perusahaan) dan pihak eksternal perusahaan (pemerintah, kreditor, investor, masyarakat umum, da profesi akuntansi.
Menurut Soemarso (1996:6) pihak-pihak pemakai laporan keuangan antara lain terdiri dari :
1. Pemilik dan calon pemilik perusahaan
Bagi pemilik, informasi laporan keuangan dapat digunakan untuk memutuskan apakah ia akan tetap mempertahankan kepemilikannya diperusahaan itu, atau menjualnya dan kemudian menanamkan modalnya di tempat lain. Bagi calon pemilik untuk memutuskan apakah ia akan menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
2. Kreditur dan calon kreditur
Pihak kreditur ingin mengetahui perkembangan perusahaan setelah pinjaman diberikan. Ia harus menilai kemampuan perusahaan mengembalikan pinjaman untuk memutuskan apakah harus memberi tambahan pinjaman atau menrarik pinjaman yang telah diberikan. Bagi calon kreditur, informasi tentang perusahaan diperlukan untuk menilai risiko yang akan terjadi sebelum pinjaman diputuskan untuk diberikan. 3. Badan-badan pemerintah
Badan-badan pemerintah sangat berkenaan dengan kegiatan keuangan perusahaan untuk tujuan-tujuan pajak dan pengaturan-pengaturannya. Kantor pajak berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan perusahaan untuk memeriksa kebenaran jumlah pajak yang dilaporkan perusahaan
(28)
4. Manajemen perusahaan
Jenis informasi yang dibutuhkan untuk tiap-tiap manajemen perusahaan berbeda-beda sesuai dengan besar perusahaan. Manajemen perusahaan kecil mungkin hanya membutuhkan informasi akuntansi yang sedikit saja. Semakin besar perusahaan, sedikit kesempatan perusahaan untuk berhubungan langsung dengan kegiatan sehari-hari.
2.2.4. Pengertian Laba
Laba (Gain) adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik (Baridwan, 1997 : 31).
2.2.4.1. Tujuan Laporan Laba/ Rugi
Laporan laba/rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu (Baridwan, 1997 : 30).
Tujuan utama pelaporan laba/rugi adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan angka laba histroris untuk membantu meramalkan keadaan usaha dan distribusikan dividen di
(29)
masa yang akan datang, dan penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang (Hendriksen, 1989 : 130).
2.2.5. Perataan Laba
Perataan laba merupakan salah satu bentuk manajemen laba. Menurut Koch (1981) dalam Atmini (2000) perataan laba sebagai sesuatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara
artificial maupun riil. Menurut Bornea, Ronen dan Sadan (1976),
peralatan laba mempunyai dua tipe, yaitu peralatan laba yang terjadi secara alami dan perataan laba yang dilakukan secara sengaja oleh manajemen. Perataan laba secara alami terjadi sebagai akibat dari proses menghasilkan suatu aliran laba yang rata, peralatan laba yang disengaja dapat terjadi akibat teknik perataan riil / teknik perataan artifisial (Atmini, 2000).
Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perataan laba merupakan salah satu upaya para manajer perusahaan untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga kinerja perusahaan terlihat stabil.
(30)
2.2.5.1. Motivasi Perataan Laba
Ada beberapa motivasi adanya perataan laba diantaranya : 1. Mengurangi total pajak terutang.
2. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil pula.
3. Meningkatkan hubungan antar manajer dengan karyawan karena pelaporan penghasilan meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan gaji dan upah.
4. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat dibandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak (Hepworth dalam Murtanto, 2004).
Menurut Dye (1988) dalam Murtanto, SE., Ak., MSI bahwa pemilik mendukung perataan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktik manajemen laba. Motivasi eksternal ditunjukkan oleh usaha pemilik saat ini untuk mengubah persepsi investor prospektif / potensial terhadap nilai perusahaan.
(31)
Beberapa pertanyaan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi/alasan adanya perataan laba adalah bagi manajer perusahaan, perataan laba dilakukan dengan tujuan agar kinerja perusahaan tersebut terlihat lebih dan untuk mengurangi konflik di antara manajer dengan karyawan pemilik perusahaan, sedangkan bagi pemilik perusahaan adanya praktik perataan laba maka mereka akan lebih mudah untuk dapat memperhitungkan risiko, return dan arus kas masa depan perusahaan
2.2.5.2. Dimensi Perataan Laba
Dimensi perataan laba pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk melakukan perataan angka income. Dascher dan Malcolm membedakan antara perataan laba riil dan perataan laba arifisial sebagai berikut :
“Perataan laba riil merujuk pada transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan atas dasar efek perataannya terhadap income, sedangkan perataan laba artifisial merujuk pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari suatu periode ke periode yang lain.
(Belkaoui, 2000 : 58) Menurut Barnet te. Al dalam Belkaoui (2000 : 59) membedakan tiga dimensi perataan laba, sebagai berikut :
(32)
Manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi sedemikian rupa sehingga efek transaksi tersebut terhadap income akan cenderung memperkecil variasinya dari waktu ke waktu.
2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu : berkaitan dengan
terjadinya dan pengakuan suatu peristiwa, manajemen memiliki kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.
3. Perataan laba klasifikasi (sehingga disebut perataan klasifikatori) :
ketika statistik laporan income bersih (nilai bersih semua pendapatan dan biaya) merupakan objek perataan, manajemen dapat mengklasifikasi elemen-elemen dalam laporan income untuk mengurangi variasi dari waktu dalam statistik tersebut.
2.2.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba
Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan perataan laba. Secara rasional manajer melakukan perataan laba dengan alasan memperkecil tuntutan perusahaan. Beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan perataan laba adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi.
(33)
Besarnya perusahaan itu bermacam-macam tetapi bukan ukuran yang dipakai untuk menentukan tidak adanya standart ukuran yang berlaku umum, semakin besar suatu perusahaan, maka semakin banyak pula alternatif sumber pembelanjaan yang dapat dipilih oleh perusahaan tersebut.
Ada kecenderungan bahwa semakin besar perusahaan semakin besar pula jumlah utang yang dimiliki. Perusahaan yang tumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan utang (Weston dan Brigham, 1994 : 175), hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil (Awat, 1999 : 124). Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai aktiva perusahaan, jadi untuk melihat besar atau kecilnya perusahaan yang diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang dinyatakan dalam satuan rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio.
2.2.6.2. Teori Yang Membahas Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba.
Nilai aktiva dipakai sebagai variabel ukuran perusahaan karena selama ini masih terdapat compounding effect yang timbul karena perusahaan yang besar selalu diidentikkan dengan nilai aktiva yang besar pula (Salno, 2000), hal ini membuat para manajer termotivasi untuk melakukan praktik perataan laba karena percaya bahwa para pemakai
(34)
laporan keuangan masih mendasarkan pada salah satu penilaiannya mengenai perusahaan pada angka nilai aktiva.
Pemilihan nilai aktiva sebagai variabel ukuran perusahaan didukung oleh penelitian Liaw She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998). Secara logis, nilai aktiva dapat memicu para manajer untuk melakukan praktik perataan laba, untuk menimbulkan kesan yang baik kepada para pemakai laporan keuangan mengenai keadaan perusahaannya.
2.2.6.3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa di dalam menilai profitabilitas perusahaan. Rasio profitabilitas dapat diukur dengan berdasarkan perbandingan laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. Profitabilitas merupakan ukuran penting untik menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan (Suwito dan Herawaty, 2005).
2.2.6.4. Teori Yang Membahas Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba
Teori pengharapan (expectancy theory) menyatakan bahwa individu mengubah perilaku mereka berdasarkan hasil yang diharapkan dari suatu kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu hasil yang rendah
(35)
memiliki resiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurut, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang diharapkan dapat berupa instric (seperti penghargaan atau harga diri) maupun extrinsic (upah atau promosi) (Victor H. Vroom, 1964 dalam Robbins, 2003 : 229).
Profitabilitas diduga mempengaruhi perataan laba, karena sesuai dengan teori penghargaan diatas pihak manajemen berusaha menampilkan suatu tingkat profitabilitas yang tinggi agar kinerja manajemen terlihat baik.
Hubungan profitabilitas dengan perataan laba Ashari et.al (1994, dalam Suwito dan Herawaty 2005:138) menyatakan bahwa tingkat profitabilitas rendah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk melakukan perataan laba, hal ini dapat terjadi dikarenakan perataan laba merupakan suatu fenomena umum yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas laba perusahaan yang akan dilaporkan guna mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan.
2.2.6.5. Leverage Operasi
Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap (Riyanto, 1995 : 375). Rasio leverage digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
(36)
Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi mempunyai risiko rugi lebih besar, tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi, sedangkan perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki resiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi membaik.
2.2.6.6. Teori Yang Membahas Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba
Teori akuntansi positif (positive accounting theory) beranggapan bahwa perilaku manajer atau pembuat laporan keuangan dalam proses pembuatan laporan keuangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor perilaku manajer dalam pengaturan tingkat keuntungan dikenal dengan 3 hipotesis, yaitu : hipotesis model bonus (bonus scheme
hypothesis), hipotesis biaya politis (political cost hypothesis ), dan
hipotesis rasio hutang terhadap aktiva (leverage hypothesis) (Watts dan Zimmerman dalam Gumanti ; JRAL, 2001 : 167).
Leverage operasi juga mempengaruhi praktik peralatan laba.
Perusahaan dengan leverage operasi rendah memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan praktik peralatan laba. Leverage operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan biaya tetap (Atmini, 2000). Manajer ingin perusahaannya memiliki leverage operasi rendah karena risikonya rendah. Di samping itu, perusahaan yang leverage
(37)
operasinya rendah berarti memiliki proporsi biaya tetap yang rendah dan proporsi biaya variabel yang tinggi. Kondisi ini memberi peluang bagi manajer untuk melakukan perataan laba.
2.3. Kerangka Pikir
Sebelum menentukan kerangka pikir dalam penelitian ini, ada beberapa premis yang dikemukakan oleh beberapa penelitian terdahulu yang menjadi landasan pemikiran, sementara dalam penelitian ini, yaitu :
Premis 1
Teori agency menyatakan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi oleh pertentangan kepentingan karena pada dasarnya setiap individu berusaha memaksimalkan kepuasannya sendiri (Sari Atmini, 2000).
Premis 2
Diduga bahwa perusahaan-perusahaan yang berukuran kecil cenderung melakukan praktik laba dibandingkan dengan perusahaan besar (Ashari et. al. , 1994 dalam Juniarti dan Corolin, 2005).
Premis 3
Terdapat indikasi tindakan perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah atau menurun (Juniarti dan Corolina, 2005).
(38)
Profitabilitas dan leverage operasi tidak berpengaruh terhadap praktik peralatan laba (Edy Suwito dan Arleen Herawaty, 2005).
Premis 5
Leverage operasi berpengaruh terhadap perataan laba (Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz, 1998).
Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan dengan diagram sebagai berikut :
Gambar 2.3 Diagram Kerangka Pikir
2.4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
Bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
X1 : Ukuran Perusahaan
X2 : Profitabilitas Perusahaan
X3 : Leverage Perusahaan
Y : perataan laba
Uji Statistik Regresi Logistik
(39)
3.1
Definisi Operasional
Untuk memperjelas konsep yang akan diteliti serta menghindari
kesalahan persepsi terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian ini,
maka akan dijelaskan definisi operasional dan cara pengukuran variabel
sebagai berikut :
3.1.1
Variabel Bebas (X)
a)
Ukuran perusahaan (X
1)
Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya perusahaan
yang diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang dinyatakan
dalam satuan rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio.
UP = Log Total Aktiva
(Jin dan Machfoedz, 1998)
b)
Profitabilitas (X
2)
Profitabilitas merupakan ukuran penting perusahaan untuk
menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor
untuk membuat keputusan. Variabel ini diukur menggunakan Net
Profit Margin (NPM) dengan skala pengukuran adalah skala rasio.
NPM =
Penjualan Total
Pajak Setelah Bersih
Laba
(Suwito dan Herawaty, 2005
30
(40)
3.1.2
Variabel Terkait (Y)
a)
Perataan Laba (Y)
Merupakan cara yang digunakan oleh manajemen untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target
yang diinginkan baik secara artifisal melalui metode akuntansi,
maupun secara riil melalui transaksi melalui transaksi. Pengukuran
variabel adalah menggunakan skala ratio, dengan satuan desimal.
Perataan Laba sebagai variabel terikat yang diukur menggunakan
Indeks Eckel dengan menggunakan laba operasi sebagai variable
yang digunakan untuk mewakili earnings.
Perataan Laba dapat dihitung melalui :
Indeks IC = (
CV
I/
CV
S)
Notasi :
S
= Perubahan penjualan dalam satu periode
I
= Perubahan penghasilan bersih / laba dalam satu periode
S
= Koefisien variasi dari variabel, yakni standar deviasi
dibagi dengan nilai yang diharapkan
CV
I= Koefisien variasi untuk perubahan laba
CV
S= Koefisien variasi untuk perubahan penjualan
(41)
CV
satau CV
I=
lue
Expectedva
Variance
CV
Satau CV
I=
xx x
: )
( 2
Notasi :
X
= Perubahan penghasilan bersih / laba (I) atau penjualan
(S) tahun n dengan n-1
x
= Rata-rata perubahan bersih penghasilan bersih atau laba
(I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n-1
n
= Banyaknya tahun yang diamati
Setelah CV diketahui, terhadap masing-masing perusahaan
akan diberi status. Untuk perusahaan dengan CV
Satau CV
Iberarti perusahaan dengan CV
Satau CV
Iberarti perusahaan
tersebut tidak melakukan praktik perataan laba. Berdasarkan rumus
Indeks Eckel yang disimpulkan bahwa IC < 1 atau CV
Satau CV
Iberarti perusahaan tersebut tidak melakukan praktik perusahaan
tersebut tidak melakukan praktik perataan laba. (Juaniarti dan
Corolina, 2005).
Satuan pengukuran variabel perataan laba adalah desimal dan
skala pengukuran variabel perataan laba adalah desimal dan skala
pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
(42)
3.1.3
Teknik Penentuan Sampel
a)
Populasi
Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dengan periode pengamatan tahun 2003 hingga 2008 pengambilan
periode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pada periode tersebut
kondisi perekonomian khususnya di Indonesia relatif stabil.
b)
Sampel
Sampel merupakan elemen dari populasi yang dijadikan objek
penelitian (Indriantora dan Supomo, 2002 : 115). Sampel yang dijadikan
objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur food and
beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan telah dipilih
berdasarkan metode purposive sampling (pemilihan sampling bertujuan).
Pada penelitian ini pemilih sampel didasarkan pada tipe
pertimbangan
(judgment sampling), yaitu tipe pemilihan sampel secara
tidak acak yang informasinya di peroleh dengan menggunakan
pertimbangan dan kriteria tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002 : 131)
Adapun pertimbangan dan kriteria pemilihan sampel dalam
penelitian ini adalah :
a)
Perusahaan textile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun
2003 hingga 2008.
(43)
b)
Perusahaan yang baru masuk industri textile tahun 2003 hingga 2008 .
c)
Perusahaan textile yang menerbitkan saham preferen.
d)
Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan tahun 2008.
e)
Perusahaan textile yang berturut-turut rugi dari tahun 2003-2008.
f)
Perusahaan tidak aktif diperdagangkan dari tahun 2003-2008.
Berdasarkan berbagai kriteria yang telah ditetapkan 6 perusahaan
yang akan dijadikan sampel dengan tahun pengamatan tahun 2003 hingga
2008, berikut ini merupakan seleksi sampel penelitian :
Tabel 3.1 Seleksi Sampel
Kriteria
Jumlah
Perusahaan textile yang terdaftar di BEI sampai dengan tahun
2008.
Perusahaan yang baru masuk industri textile tahun 2003
hingga 2008.
Perusahaan textile yang menerbitkan saham preferen.
Perusahaan textile yang tidak menerbitkan laporan keuangan
tahun 2008.
Perusahaan textile yang berturut-turut rugi tahun 2003 hingga
2008.
Perusahaan
textile yang tidak aktif diperdagangkan tahun
2003 hingga 2008.
22 perusahaan
(3) perusahaan
(2) perusahaan
(5) perusahaan
(4) perusahaan
(2) perusahaan
Jumlah sampel akhir
6 perusahaan
3.2
Teknik Pengumpulan Data
3.2.1
Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder
yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan
diolah oleh pihak lain biasanya sudah dalam bentuk publikasi (Supranto. J., 1999
: 199).
(44)
3.2.2
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data skunder (secondary
data), dalam penelitian ini data dikumpulkan dari dokumen yang berupa ICMD
(Indonesia Capital Market Directory) dan program computer RTI yang ada di
BEI. Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data total aktiva (total
asset), laba bersih setelah pajak (earning after tax), penjualan bersih (net sales).
3.2.3
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan
jalan mencatat dokumen-dokumen yang ada di BEI yang berhubungan dengan
data yang diperlukan dalam penelitian ini.
3.3
Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
3.3.1
Regresi Logistik
Metode regresi logistik digunakan untuk mencari pengaruh satu atau
lebih variabel bebas (ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi) yang
berskala rasio terhadap variabel terikat (perataan laba) yang berskala nominal.
Bentuk model regresi logistik adalah sebagai berikut :
(45)
p 0 j ij j p 0 j ij jX
exp
1
X
exp
)
x
(
dimana :
p
: banyaknya variabel prediktor
Dengan menggunakan transformasi logit dari
(x), maka model regresi logistik
dapat ditulis berikut :
g (x)
= ln
(
x
)
l
)
x
(
=
0+
1X +
2X
2… +
pX
p(Hosmer, 1989)
3.3.2
Regresi Logistik Serentak
Beberapa langkah dalam uji regresi multivariate adalah sebagai berikut :
1.
Uji Serentak
Regresi logistik serentak digunakan untuk menguji pengaruh variabel
ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, rasio leverage operasi secara
serentak terhadap perataan laba, dan hipotesa pengujiannya adalah :
Hipotesis :
Ho :
0=
1= ……. =
k= 0
Hi
: paling sedikit ada satu
kyang tidak sama dengan nol.
Statistik uji :
(46)
G = -2 ln
iable with likelihood iable withoutthe likelihood var var (G = 2
n l i i i ii
x
y
x
n
n
n
n
n
n
y
ln(
ˆ
)
(
1
)
ln
(
1
ˆ
)]
[
ln
(
)
ln
(
)
ln(
)]
[
1 1 0 0Daerah kritis :
Tolak H
0jika tingkat signifikansi (p-value) lebih kecil
(5%) artinya
bahwa paling tidak terdapat satu atau lebih variabel bebas (ukuran
perusahaan, rasio profitabilitas, rasio leverage operasi) yang
berpengaruh terhadap terikat (perataan laba).
2.
Uji kesesuaian model
Uji kesesuaian model dilakukan dengan tujuan mengetahui
apakah tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan
kemungkinan hasil prediksi model.
Hipotesis :
Ho
: Model Sesuai (tidak ada perbedaan antara hasil observasi
dengan kemungkinan prediksi model)
H1
: Model tidak sesuai (ada perbedaan antara hasil observasi
dengan kemungkinan prediksi model)
Statistik Uji :
x
2=
ij ij ij
n
2)
(
Daerah Kritis :
(47)
(5%) yang artinya model tidak sesuai (ada perbedaan antara hasil
observasi dengan kemungkinan prediksi model).
(48)
45
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah PT Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tahun 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penggabungan PT Bursa Efek Surabaya (BES) ke dalam PT Bursa Efek
Jakarta (BEJ) yang kemudian menjadi
PT Bursa Efek Indonesia (BEI),
telah efektif mulai tanggal 30 November 2007. Bursa hasil merger tersebut
telah memulai operasional pertamanya pada tanggal 3 Desember 2007.
Bursa saat ini memfasilitasi perdagangan ekuiti, surat utang, dan
perdagangan derivatif. Dengan penggabungan, kapitalisasi pasar Bursa Efek
Indonesia meningkat menjadi Rp 2.538 triliun yang terdiri dari Rp 1.982
triliun kapitalisasi ekuiti, Rp 79,065 triliun obligasi korporasi, dan Rp 477
triliun Surat Utang Negara (SUN)*. Hadirnya Bursa Efek tunggal ini
diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri Pasar Modal di Indonesia
dan menambah daya tarik masyarakat untuk berinvestasi. Sinergi merger ini
diharapkan akan semakin meningkatkan pertumbuhan Pasar Modal kita,
baik dalam kapitalisasi pasar, jumlah emiten, dan jumlah investor baik lokal
maupun asing. Harapan kedepan Pasar Modal Indonesia akan menjadi salah
satu pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional.
(49)
Bursa Efek Indonesia sangat memahami peran Surabaya sebagai salah
satu basis utama penggerak perekonomian di wilayah Indonesia Timur. BEI
kemudian melalui Sentra Informasi dan Edukasi (SIE) di Surabaya akan
semakin meningkatkan kegiatan sosialisasinya mengenai Pasar Modal
sebagai alternatif investasi bagi masyarakat umum, dan alternatif pendanaan
bagi perusahaan. Harapan BEI, sosialisasi tersebut akan menyumbang
peningkatan jumlah investor dan perusahaan tercatat (emiten) baik dari Jawa
Timur maupun dari wilayah sekitarnya. Bagi daerah sendiri, peningkatan
jumlah perusahaan tercatat akan mampu menyokong pertumbuhan
perekonomian daerah, melalui peningkatan pendapatan daerah, penciptaan
lapangan kerja, peningkatan pelaksanaan
good corporate governance
di
perusahaan, dan sebagainya.
Dengan mempertimbangkan pertumbuhan industri Pasar Modal
Indonesia beberapa tahun terakhir yang sedemikian pesat, Bursa Efek
Indonesia (BEI) berencana melakukan pemutakhiran sistem Jakarta
Automated Trading System (JATS) yang telah beroperasi selama 13 tahun
terakhir, dengan sistem baru yang akan mampu menangani semua produk
finansial (saham, obligasi dan derivatif) dalam satu platform.
4.1.2. Sejarah Obyek Penelitian
Adapun
sejarah
singkat
perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel
(50)
1. PT. Delta Dunia Petroindo, Tbk
Delta
Dunia
Petroindo
Tbk.
(Perusahaan), semula bernama PT.
Daeyu Orchid Indonesia Tbk., setelah sebelumnya bernama PT. Daeyu
Poleko Indonesia, didirikan berdasarkan akta Notaris No. 117 tanggal 26
November 1990 oleh notaris Edison Sianipar, SH. Akta pendirian
tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Nomor
C2-1823.HT.01.01.Th.91 tanggal 31 Mei 1991 dan diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 63 Tambahan No. 3649 tanggal 7
Agustus 1992.
Akta pendirian ini telah mengalami beberapa kali perubahan.
Perubahan yang terakhir dibuat melalui akta nomor 34 tanggal 23 Juni
2005 oleh notaris Leolin Jayayanti, SH. Perubahan terakhir dalam akta
ini yaitu:
1.
Menyetujui
perubahan
nama
Perusahaan yang semula bernama PT.
Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Menjadi PT. Delta Dunia Petroindo
Tbk., sekaligus mengubah tempat dan kedudukan yang semula di Jl.
Blora No. 21 Jakarta Pusat menjadi di Jl. Raya Solo Sragen Km. 22
Purwosuman Sidoarjo, Kabupaten Sragen.
2.
Menyetujui
memperluas
bidang
usaha Perusahaan, sehingga menjadi
perindustrian, perdagangan, pertambangan, pengangkutan darat dan
jasa.
Perubahan
anggaran
dasar
tersebut telah memperoleh persetujuan
(51)
Surat Keputusan No. C-20083.HT-01.04.TH.2005 tanggal 20 Juli 2005.
Perusahaan memulai kegiatan operasi komersialnya pada tahun 1992.
2. PT. Indorama Synthetics, Tbk
PT.
Indorama
Synthetics,
Tbk (perusahaan) didirikan dalam rangka
Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 11 tahun 1970
berdasarkan akta No. 21 tanggal 3 April 1974 dari Gustaaf Hoemala
Soangkoepon Loemban Tobing, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini
disahkan oleh Menteri kehakiman Republik Indonesia dengan Surat
Keputusannya No. Y.A.5/2/14, tanggal 3 Januari 1975 dan diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 8, tanggal 28 Januari 1975,
Tambahan No. 75. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa
kali perubahan, terakhir dengan akta No. 28 tanggal 21 September 2004
dari Fathiah Helmi, SH, notaries di Jakarta, mengenai perubahan ruang
lingkup kegiatan perusahaan.
Perusahaan berdomisili di Purwakarta, Jawa Barat dengan pabrik
berlokasi di Purwakarta, Subang dan Bandung, Jawa Barat. Kantor
regresitrasi perusahaan berlokasi di desa Ubrug, Kembang Kuning,
Purwakarta.
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup
kegiatan perusahaan meliputi bidang usaha pemintalan benang, benang
polyester filament, polyester staple fibre, PET resin, tekstil grade chips
dan kain polyester, investasi dan mendirikan pembangkit tenaga listrik
untuk mendukung kegiatan produksinya.
(52)
3. PT. Karwell Indonesia, Tbk
PT
Karwell
Indonesia
Tbk
(Perusahan) didirikan di Jakarta dengan
nama PT Karwell Indonesia Knitting & Garment Industry sesuai dengan
Undang-Undang No. 12 tahun 1970 mengenai penanaman modal dalam
negeri berdasarkan akta Notaris Soetanto, SH No. 11 tanggal 18 Februari
1978. Akta pendirian Perusahaan telah mendapat pengesahan dari
Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No.YA5/36/17 tanggal 18
Februari 1981 dan telah diumumkan dalam Berita Negara No.78
Tambahan No. 3668 tanggal 28 September 1990.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir dengan akta notaris Imas Fatimah, SH No. 4 tanggal
3 Oktober 2006 mengenai perubahan susunan Direksi Perusahaan.
Perubahan ini telah diterima dan dicatat di dalam database Sisminbakum
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan
surat No. W7-HT.01.10-454 tanggal 11 Januari 2007.
Sesuai
dengan
pasal
3
anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan terutama bergerak dalam bidang industri pakaian jadi.
Perusahaan memulai kegiatan operasinya secara komersial pada tahun
1978. Kantor Pusat Perusahaan terletak di Jalan Gunung Sahari I No. 48 -
50, Jakarta Pusat. Lokasi pabrik Perusahaan terletak di Tambun, Bekasi
dan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
4. PT. Pan Brothers, Tbk
PT. Pan Brothers, Tbk (“perusahaan”) didirikan berdasarkan akta
notaris Misahardi Wilamarta, SH. Jakarta No. 96 tanggal 21 Agustus
1980 kemudian diubah dengan akta notaries No. 58 tanggal 16 Oktober
(53)
1980. akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam surat keputusan tanggal 30 Oktober 1980,
No.YA/5/500/II serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara
Republik Indonesia No. 59.
Perusahaan
dan
pabrik
berlokasi di siliwangi No. 178 Alam Raya,
Jatiuwung Tangerang dan mempunyai cabang di Jl. HOS Cokroaminoto
No. 28, Pucang Sawit. Jebres, Jl. Ir. H. Juanda No. 270 Jebres, Surakarta
dan Jl. Raya Solo Srgaen KM 6-10, Karang Anyar, Jawa Tengah.
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup
kegiatan perusahaan meliputi perindustrian, perdagangan hasil usa
industri tersebut, mengimpor alat-alat, pengangkutan dan perwakilan atau
keagenan, jasa pengelolaan dan penyewaan gedung perkantoran, taman
hiburan atau rekreasi dan kawasan berikat.
5. PT. Ricky Putra Globalindo, Tbk
PT. Ricky Putra Globalindo Tbk (Perusahaan) didirikan
berdasarkan Akta Notaris Sinta Susikto, S.H., No. 166 tanggal 22
Desember 1987, yang telah diubah dengan Akta No. 99 tanggal 10 Juli
1997 dari Notaris Raharti Sudjardjati, S.H. Akta Pendirian dan perubahan
tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dengan Surat Keputusan No. C2-7331.HT.01.04.Th.97 tanggal 30 Juli
1997 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.
75 tanggal 19 September 1997, Tambahan No. 4259.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir dengan Akta Notaris Syarifah Chozie, S.H., MH, No.
20 tanggal 24 Juni 2008 mengenai perubahan seluruh anggaran dasar
(54)
Perseroan dalam rangka penyesuaian dengan UU No.40 tentang
Perseroan Terbatas. Akta Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat
Keputusan No. AHU-2045.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 17 Juli 2008.
Sampai dengan tanggal 27 Maret 2009, akta perubahan tersebut masih
dalam proses untuk diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Sesuai
dengan
Pasal
3
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang industri pembuatan
pakaian dalam dan pakaian jadi (fashion wear). Perusahaan berdomisili
di Jakarta dengan lokasi pabrik di Citeureup-Bogor dan
Cicalengka-Bandung. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Jl. Sawah Lio II No. 29
– 37, Jakarta Barat.
Perusahaan
mulai
beroperasi secara komersial sejak tahun 1988.
Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri. Pada
tahun 2005, Perusahaan membeli pabrik pemintalan benang yang terletak
di Bandung seluas 60.170 M2, 60.000 spindle dengan kapasitas produksi
sebesar 36.000 bale per tahun. Pembelian pabrik tersebut dibiayai dengan
menggunakan dana hasil Penawaran Umum Obligasi Syariah I Ricky
Putra Globalindo tahun 2005.
Pada
tahun
2006,
Perusahaan
mendirikan divisi perdagangan di
Pontianak yang bertujuan untuk memperluas pemasaran pakaian dalam
dan pakaian jadinya di wilayah Timur Indonesia. Selanjutnya, pada
tanggal 5 Desember 2007, Perusahaan telah memperoleh ijin untuk
membuka Kantor Cabang di Pontianak.
(55)
Pada tahun 2007 dan 2008, Perusahaan kembali mendirikan divisi
perdagangan di Makassar dan Samarinda dan telah memperoleh ijin
untuk membuka kantor cabang masing-masing pada tanggal 20 Agustus
2008 dan 24 Nopember 2008.
6. PT. Hanson International, Tbk
PT. Hanson International, Tbk (dahulu PT. Hanson Industri Utama
Tbk/”Perusahaan”) didirikan pada tanggal 7 Juli 1971 berdasarkan akta
notaris Henk Limanow, S.H., No. 13 Akta pendirian ini telah disahkan
oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.
J.A.5/212/11 tanggal 22 Desember 1971, serta diumumkan dalam
Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 103 tanggal 26
Desember 1975, Tambahan No. 777. Anggaran dasar perusahaan telah
mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris Benny
Kristianto, S.H No. 19 tanggal 13 Agustus 2004, terutama mengenai
perubahan modal dasar dan nama perusahaan. Akta perubahan ini telah
disetujui oleh Menteri kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No. C-20651 HT. 01.04.TH.2004
tanggal 16 Agustus 2004.
Sesuai
dengan
pasal
3
Anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup
kegiatan perusahaan terutama meliputi bidang industri kimia dan serat
sintetis, pemintalan dan pertenunan, industri tekstil lainnya, perdagangan
ekspor impor, local, leveransir, grosir dan distributor, serta agen. Pada
saat ini perusahaan melakukan kegiatan industri garmen serta
perdagangan garmen dan tekstil.
(56)
Perusahaan
mulai
melakukan
kegiatan komersial pada tahun 1973
dan hasil produksinya dipasarkan terutama ke Eropa, Amerika Serikat,
Asia dan Timur Tengah. Pada saat ini, perusahaan berdomisili di Bekasi
dan pabriknya berlokasi di Tambun, Bekasi, Jawa barat serta kantor pusat
berkedudukan di Jl. Tomang Raya No. 43 Jakarta Barat.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Ukuran Perusahaan (X
1)
Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya perusahaan yang
diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang dinyatakan dalam
satuan rupiah.
Ukuran
perusahaan
pada
penelitian ini dilihat dari log total aktiva.
Berikut ini data ukuran perusahaan selama tahun 2003 sampai dengan tahun
2008:
Tabel 4.1 : Data Ukuran Perusahaan Tahun 2003 sampai dengan tahun 2008
(dalam Jutaan Rupiah)
TAHUN NO PERUSAHAAN
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 PT. DELTA DUNIA PETROINDO,
TBK 1,672 2,889 3,079 2,971 3,018 2,623
2 PT. INDORAMA SYNTHETICS,
TBK 3,653 3,679 3,763 3,741 3,743 3,793
3 PT. KARWELL INDONESIA, TBK 2,624 2,688 2,705 2,660 2,520 2,336
4 PT. PAN BROTHERS, TBK 2,057 2,111 2,600 2,760 2,959 2,974
5 PT. RICKY PUTRA GLOBALINDO,
TBL 2,452 2,477 2,665 2,711 2,719 2,792
6 PT. HANSON INTERNATIONAL,
TBK 2,834 2,866 2,840 2,879 2,797 1,531
Sumber : Lampiran 2
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa PT. Indorama
Synthetics, Tbk memiliki ukuran perusahaan tertinggi mulai tahun 2003
(57)
sampai dengan tahun 2008 dibandingkan kelima perusahaan lainnya,
dimana nilai log total aktiva tahun 2003 sebesar 3,653; nilai log total aktiva
tahun 2004 sebesar 3,679; nilai log total aktiva tahun 2005 sebesar 3,763;
nilai log total aktiva tahun 2006 sebesar 3,741; nilai log total aktiva tahun
2007 sebesar 3,743 dan nilai log total aktiva tahun 2008 sebesar 3,793.
Perusahaan
yang
memiliki
ukuran perusahaan terendah di tahun 2003
adalah PT. Delta Dunia Petroindo, Tbk dengan nilai log total aktiva sebesar
1,672. Ukuran perusahaan terendah di tahun 2004 dimiliki oleh PT. Pan
Brothers, Tbk dengan nilai log total aktiva sebesar 2,111; di tahun 2005
dimiliki oleh PT. Pan Brothers, Tbk dengan nilai log total aktiva sebesar
2,600; di tahun 2006 dimiliki oleh PT. Karwell Indonesia, Tbk dengan nilai
log total aktiva sebesar 2,660; di tahun 2007 dimiliki oleh PT. Karwell
Indonesia, Tbk dengan nilai log total aktiva sebesar 2,520 dan tahun 2008
dimiliki oleh PT. Karwell Indonesia, Tbk dengan nilai log total aktiva
sebesar 2,336.
4.2.2. Profitabilitas Perusahaan (X
2)
Profitabilitas
merupakan
ukuran penting perusahaan untuk menilai
sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk
membuat keputusan.
Profitabilitas perusahaan pada penelitian ini dilihat dari
Net Profit
Margin
(NPM). Berikut ini data profitabilitas selama tahun 2003 sampai
dengan tahun 2008:
(58)
Tabel 4.2 : Data Profitabilitas Tahun 2003 sampai dengan tahun 2008
(Dalam %)
TAHUN NO PERUSAHAAN
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 PT. DELTA DUNIA PETROINDO,
TBK -1,0 0,2 0,3 0,2 0,7 44,3
2 PT. INDORAMA SYNTHETICS,
TBK 2,0 2,0 1,0 1,0 15,0 0,7
3 PT. KARWELL INDONESIA, TBK -5,8 -8,0 -1,0 -8,0 7,0 1,5
4 PT. PAN BROTHERS, TBK 3,0 4,0 2,0 1,0 3,0 2,5
5 PT. RICKY PUTRA GLOBALINDO,
TBK 2,0 9,0 22,0 13,0 13,0 5,3
6 PT. HANSON INTERNATIONAL,
TBK 10,0 7,0 -7,0 -8,0 -29,4 -4,0
Sumber : Lampiran 2
Profitabilitas
tertinggi
pada tahun 2003 dimiliki oleh PT. Hanson
International, Tbk dengan nilai sebesar 10% sedangkan terendah dimiliki
oleh PT. Karwell Indonesia, Tbk dengan nilai sebesar -5,8%.
Profitabilitas tertinggi pada tahun 2004 dimiliki oleh PT. Ricky Putra
Globalindo, Tbk dengan nilai sebesar 9% sedangkan terendah dimiliki oleh
PT. Karwell Indonesia, Tbk dengan nilai sebesar -8%.
Profitabilitas tertinggi pada tahun 2005 dimiliki oleh PT. Ricky Putra
Globalindo, Tbk dengan nilai sebesar 22% sedangkan terendah dimiliki oleh
PT. Hanson International , Tbk dengan nilai sebesar -7%.
Profitabilitas tertinggi pada tahun 2006 dimiliki oleh PT. Ricky Putra
Globalindo, Tbk dengan nilai sebesar 13% sedangkan terendah dimiliki oleh
PT. Hanson International, Tbk dan PT. Karwell Indonesia, Tbk dengan nilai
sebesar -8%.
(59)
Profitabilitas
tertinggi
pada tahun 2007 dimiliki oleh PT. Indorama
Synthetics, Tbk dengan nilai sebesar 15% sedangkan terendah dimiliki oleh
PT. Hanson International, Tbk dengan nilai sebesar -29,4%.
Profitabilitas
tertinggi
pada
tahun 2008 dimiliki oleh PT. Delta Dunia
Petroindo, Tbk dengan nilai sebesar 44,3% sedangkan terendah dimiliki
oleh PT. Hanson International, Tbk dengan nilai sebesar -4%.
4.2.3. Leverage Perusahaan (X
3)
Leverage
operasi
terjadi
setiap waktu dimana suatu perusahaan
mempunyai biaya tetap yang harus ditutup betapapun besar volume
kegiatannya.
Leverage
perusahaan pada penelitian ini dilihat dari pembagian antara
total hutang dengan total aktiva. Berikut ini data profitabilitas selama tahun
2003 sampai dengan tahun 2008:
Tabel 4.3 : Data Leverage Tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 (Dalam
%)
TAHUN NO PERUSAHAAN
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 PT. DELTA DUNIA PETROINDO,
TBK 44,681 89,406 70,500 51,175 55,513 82,381
2 PT. INDORAMA SYNTHETICS,
TBK 57,111 54,837 58,046 60,331 61,272 63,794
3 PT. KARWELL INDONESIA, TBK 88,836 94,251 93,886 95,186 106,949 108,756
4 PT. PAN BROTHERS, TBK 35,088 38,760 71,608 80,174 83,846 82,378
5 PT. RICKY PUTRA GLOBALINDO,
TBK 93,993 31,000 54,762 43,580 36,832 43,780
6 PT. HANSON INTERNATIONAL,
TBK 52,123 49,116 54,191 60,185 67,732 505,882
(60)
Leverage
tertinggi pada tahun 2003 dimiliki oleh PT. Ricky Putra
Globalindo, Tbk dengan nilai sebesar 93,993% sedangkan terendah dimiliki
oleh PT. Pan Brothers, Tbk dengan nilai sebesar 35,088%.
Leverage
tertinggi pada tahun 2004 dimiliki oleh PT. Karwell
Indonesia, Tbk dengan nilai sebesar 94,251% sedangkan terendah dimiliki
oleh PT. Ricky Putra Globalindo, Tbk dengan nilai sebesar 31%.
Leverage
tertinggi pada tahun 2005 dimiliki oleh PT. Karwell
Indonesia, Tbk dengan nilai sebesar 93,886% sedangkan terendah dimiliki
oleh PT. Hanson International, Tbk dengan nilai sebesar 54,191%.
Leverage
tertinggi pada tahun 2006 dimiliki oleh PT. Karwell
Indonesia, Tbk dengan nilai sebesar 95,186% sedangkan terendah dimiliki
oleh PT. Ricky Putra Globalindo, Tbk dengan nilai sebesar 43,580%.
Leverage
tertinggi pada tahun 2007 dimiliki oleh PT. Ricky Putra
Globalindo, Tbk dengan nilai sebesar 36,832% sedangkan terendah dimiliki
oleh PT. Karwell Indonesia, Tbk dengan nilai sebesar 106,949%.
Leverage
tertinggi pada tahun 2008 dimiliki oleh PT. Ricky Putra
Globalindo, Tbk dengan nilai sebesar 43,780% sedangkan terendah dimiliki
oleh PT. Hanson International, Tbk dengan nilai sebesar 505,882%.
4.2.4. Perataan Laba (Y)
Perataan
laba
merupakan
cara yang digunakan oleh manajemen untuk
(61)
diinginkan baik secara artifisal melalui metode akuntansi, maupun secara riil
melalui transaksi melalui transaksi.
Perataan laba pada penelitian ini dilihat dari
Indeks Eckel
. Berikut ini
data profitabilitas selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2008:
Tabel 4.4 : Data Perataan Laba Tahun 2003 sampai dengan tahun 2008
TAHUN NO PERUSAHAAN
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 PT. DELTA DUNIA PETROINDO,
TBK 1 1 1 1 1 0
2 PT. INDORAMA SYNTHETICS,
TBK 1 1 1 0 1 0
3 PT. KARWELL INDONESIA, TBK 1 1 1 1 1 1
4 PT. PAN BROTHERS, TBK 1 1 0 1 1 1
5 PT. RICKY PUTRA GLOBALINDO,
TBK 1 1 0 1 1 1
6 PT. HANSON INTERNATIONAL,
TBK 1 0 1 1 0 0
Sumber : Lampiran 2
Berdasarkan
tabel
di
atas
menunjukkan bahwa pada tahun 2003 tidak
ada perusahaan yang terindikasi tidak melakukan perataan laba atau dengan
kata lain semua perusahaan melakukan perataan laba.
Tahun 2004, 2006 dan 2007 terdapat 1 (satu) perusahaan yang
terindikasi tidak melakukan perataan laba, dimana tahun 2004 adalah PT.
Hanson International, Tbk; tahun 2006 adalah PT. Indorama Synthetics, Tbk
dan tahun 2007 adalah PT. Hanson International, Tbk.
Tahun
2005
terdapat
2
(dua)
perusahaan yang terindikasi tidak
melakukan perataan laba adalah PT. Pan Brothers, Tbk dan PT. Ricky Putra
Globalindo, Tbk Sedangkan tahun 2008 terdapat 3 (tiga) perusahaan yang
(62)
terindikasi tidak melakukan perataan laba adalah PT. Delta Dunia Petroindo,
Tbk; PT. Indorama Synthetics, Tbk dan PT. Hanson International, Tbk.
4.3.
Regresi Logistik Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Perataan Laba
Metode
regresi
logistik
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi logistik
multivariate
yaitu memasukkan semua variabel bebasnya
diantaranya yaitu ukuran perusahaan (X
1), profitabilitas perusahaan (X
2)
dan
leverage
perusahaan (X
3) dalam satu model regresi logistik.
4.3.1. Penentuan Model Regresi Logistik
Adapun
langkah-langkah
untuk
menentukan model regresi logistik
adalah sebagai berikut :
Hipotesis:
H
0:
i= 0
(variabel X tidak berpengaruh terhadap variabel Y)
)
H
1:
i
0
(variabel X berpengaruh terhadap variabel Y
Dimana : i = 1, 2, 3
Tingkat kesalahan untuk menolak H
0atau
α
sebesar 5% (0,05), sehingga
(1)
Lanjutan Tabel 4.11 : Rangkuman Persamaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
No. Peneliti Obyek Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 5 Muhammad Yusuf dan Soraya (2004) Perusahaan Asing dan Non Asing Di Indonesia ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan, status perusahaan, perataan laba
Perusahaan non asing lebih banyak melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan asing., hal ini terlihat dari total aktiva perusahaan asing dan non asing yang melakukan praktik perataan laba cenderung lebih besar dari pada perusahaan asing dan non asing yang tidak melakukan praktik perataan laba.
Profitabilitas perusahaan asing dan non asing perata laba yang cenderung stabil ini diduga karena adanya manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi fluktuasi yang signifikan. Perusahaan asing melakukan praktik perataan laba memiliki leverage operasi yang lebih kecil dari pada perusahaan asing yang tidak melakukan praktik perataan laba
6 Dedy Kuntarto (2010)
Perusahaan
textile yang go public di BEI
ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage perusahaan, perataan laba
Ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan textile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Berdasarkan uraian persamaan dan perbedaan tersebut di atas, dapat menjadi masukan bagi penelitian yang akan datang untuk menambah obyek penelitian yang lebih luas lingkupnya dan menambah variabel bebas seperti : kelompok usaha, harga saham dan lain sebagainya.
4.4.3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan secara optimal, namun demikian dalam hasil penelitian ini masih adanya beberapa keterbatasan yaitu :
1. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini hanya sebatas perusahaan textile yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
(2)
73
melakukan perataan laba seharusnya lebih diperluas lingkupnya dan memperhatikan keadaan ekonomi serta kondisi geografisnya.
2. Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian relatif singkat yaitu dari tahun 2003 – 2008.
3. Variabel perataan laba diukur dengan Indek Eckel yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian.
4. Variabel ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan dan leverage perusahaan hanya berpengaruh terhadap variabel perataan laba sebesar 12,2% sedangkan sisanya 87,8% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.
5. Laporan keuangan sebagai data mempunyai keterbatasan juga. Perusahaan mempunyai metode dan kebijakan yang berbeda yang sulit untuk diperbandingkan dalam laporan keuangan yang dihasilkan.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Motivasi dalam melakukan perataan laba ini biasanya adalah untuk kepuasan dua kelompok yaitu pengguna eksternal (investor dan kreditor) dan pengguna internal informasi akuntansi. Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, dan leverage operasi perusahaan.
Hasil penelitian ini adalah model regresi logistik layak digunakan dan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan dan leverage perusahaan secara serentak dan parsial tidak berpengaruh terhadap perataan laba, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan dan leverage perusahaan dalam memprediksi variabel perataan laba relatif sangat rendah yaitu sebesar 12,2% dan kemungkinan lainnya disebabkan tingkat perekonomian bangsa yang tidak stabil ini terlihat dari tingginya suku bunga bank, yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
5.2. Saran
Dari hasil pembahasan, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
(4)
75
a. Bagi peneliti yang akan datang, hendaknya memperpanjang periode pengamatan dan menambah variabel bebas seperti : kelompok usaha, harga saham dan lain sebagainya
b. Bagi universitas, hendaknya dapat menambah referensi-referensi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi bagi penelitian selanjutnya.
c. Bagi investor, hendaknya sebelum mengambil keputusan berinvestasi lebih cermat dan teliti menilai kualitas laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang go public.
(5)
Buku Teks
Algifari, 2000, Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi. Penerbit BPFE Yogyakarta. Anonim, 2003, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Awat, Napa J, 1999, Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Baridwan, Zaki, 1997, Intermediate Accounting. BPFE, Yogyakarta.
Belkoui, A.R 1997, Accounting Theory, London, UK : Business Press, Thomson Learning
Darmadji, Tiptono dan Hendy M. Fakhurudin, 2001, Pasar Modal Di Indonesia. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Hendrikson, Eldons, 1995, Teori Akuntansi, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta. Hosmer, DW, and S. Lemeslow, 1989, Applied Logistic Regresion, John Wiley & Sons,
Inc, New York.
Irfan, Ali. 2002, Pelaporan Keuangan Dan Asimetri Dalam Hubungan Agensi. Lintasan Ekonomi, Volume XIX, Nomor 2 hal 89-90
Indriantoro, Nur dan Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
dan Manajemen. Edisi Pertama, Cetakan kedua, BPFE, Yogyakarta.
Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Cetakan Ketiga belas, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Robbins, Stephen P, 2003 Teori Akuntansi. Jilid 1, Penerbit PT. Indek Kelompok Gramedia.
Supranto, J. 1981, Statistik Teori dan Aplikasi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Santoso, singghih, 2001, SPSS Statistik Parametri. Penerbit Elex Media Komputindo Jakarta.
Soemarso, 1999, Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat, Jilid 1, Penerbit Rineka Cipta.
(6)
Sumarsono, 2004. Metode Penelitian Akuntansi : Hasil Pengolahan Data Beserta
Contoh Interprestasinya, Surabaya.
Weston, J, Fred and Brigham, Eugene, 1994, Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jilid 2, Edisi Kesembilan, Terjemah Alfonsus Sirait, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Jurnal
Atmini, Sari, 2002, “Standar Akuntansi Yang Memberikan Peluang Bagi Manajemen
Untuk Melakukan Praktik Perataan Laba”.
Gumanti, 2001, “Earnings Management Dalam Penawaran Saham Perdana Di Bursa
Efek Jakarta, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 4, No 2, Hal 174-191.
Juniarti, dan Corolina 2005, “Analisa Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Perataan Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan”, Vol 7, No 2.
Murtanto 2004, “Analisis Perataan Laba (Income Smoothing) : Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Dan Kaitannya Dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik Di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar Bali.
Suwito, Edy dan Arleen Herawaty, 2005, “Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Indonesia VIII, Solo.
Yusuf , Muhammad dan Soraya, 2004, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik
Perataan Laba Pada Perusahaan Asing dan Non Asing Di Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol 8, No 1, Hal 99-125.