34
Kepuasan kerja akan meningkatkan semangat manajer dalam bekerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja manajer.
Nitisemito 2000:108, sebab turunnya kinerja pada umumnya disebabkan oleh ketidakpuasan manajer, baik secara materi maupun non materi. Untuk
meningkatkan kinerja dapat dilakukan dengan pemberian gaji yang cukup, memperhatikan kebutuhan rohani, memberikan kesempatan untuk maju,
dan sebagainya. Teori motivasi pemeliharaan dari Herzberg dalam buku
Handoko,1986:259. Pada umumnya, para karyawan baru cenderung memusatkan perhatiannya pada pemuasan tingkat kebutuhan lebih rendah
dalam pekerjaan pertama mereka, terutama keamanan. Penemuan penting dari penelitian Herzberg dan kawan-kawannya adalah bahwa manajer
perlu memahami faktor-faktor yang dapat digunakan untuk memotivasi para karyawan.
2.3. Kerangka Pikir
Pada dasarnya penelitian yang dilakukan sekarang ini merupakan pengembangan terhadap teori-teori dan penelitian yang pernah dilakukan,
hal ini dapat dilihat pada premis-premis sebagai berikut: a.
Premis 1: Interaksi antara partisipasi penyusunan anggaran dengan motivasi tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa motivasi
para manajer tidak mempengaruhi hubungan antara
35
partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial Riyadi, 2000:138
b. Premis 2: Hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja manajer
berpengaruh secara negatif, yang ditunjukkan oleh kepuasan kerja yang kurang baik dapat mengakibatkan
menurunnya kinerja secara keseluruhan Cahyono dan Ghozali, 2002:352
c. Premis 3: Pengaruh gaya Kepemimpinan dan motivasi seseorang akan
mencapai keberhasilan, yang menyebabkan kepuasan kerja Koesmono, 2006
Berdasarkan premis-premis di atas, dapat digambarkan 2.1. kerangka pikir sebagai berikut :
Uji Regresi Linier Berganda Gaya Kepemimpinan
X
1
Kinerja Manajer Y
Motivasi Kerja X
3
Kepuasan Kerja X
2
36
2.4. Hipotesis
Berdasarkan premis-premis yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengenai gaya
kepemimpinan situasional, kepuasan kerja, motivasi kerja dan kinerja manajer adalah “Diduga gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi
kerja berpengaruh positif terhadap kinerja manajer pada PT. Pos Indonesia Surabaya Selatan.”
37
BAB III METODE PENELITIAN
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi tentang pernyataan pengoperasionalan dan atau pendefinisian konsep-konsep
penelitian menjadi variabel-variabel penelitian termasuk penerapan cara dan satuan pengukuran variabelnya Anonim,2003:10.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Terikat :
Y : Kinerja Manajer
Kinerja manajer yang dimaksud disini berhubungan pencapaian serangkaian tugas-tugas atau kinerja yang dilakukan
oleh sekelompok individu dalam kegiatan manajer. Kinerja manajer diukur dengan daftar pertanyaan yang dikembangkan oleh
Wijayanto. Skala pengukuran yang digunakan adalah semantic differential dengan 5 item pernyataan. Adapun teknik
pengukurannya menggunakan semantik diferensial dengan skala 7 poin sebagai berikut :
Sangat Setuju 7 6 5 4 3 2 1
Sangat Tidak Setuju Semakin tinggi skor yang dihasilkan menunjukkan
tingginya kinerja manajer.
38
2. Variabel Bebas :
X1 : Gaya Kepemimpinan
Pemimpin sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap jalannya organisasi, mestinya telah mempunyai banyak strategi
dalam melaksanakan tugasnya antara lain dengan mensosialisasikan apa yang mereka harapkan agar tujuan
organisasi dapat tercapai dengan sempurna. Banyak hal yang dituntut kepada seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya,
namun pada hakekatnya perlu memperoleh gambaran yang jelas tentang diri seorang pemimpin. Kepemimpinan ini mengarah pada
kepemimpinan situasional yang berarti tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tetap bagi setiap manajer dalam semua
kondisi. Menurut Hersey dan Blanchard 1992:99 yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Juga mendapatkan pengakuan serta dukungan dari
bawahannya, sehingga dapat menggerakkan bawahan ke arah pencapaian tujuan tertentu. Skala pengukuran yang digunakan
adalah semantic differential dengan 5 item pernyataan. Adapun teknik pengukurannya menggunakan semantik diferensial dengan
skala 7 poin sebagai berikut : Sangat Setuju
7 6 5 4 3 2 1 Sangat Tidak Setuju
39
Semakin tinggi skor yang dihasilkan menunjukkan tingginya kinerja manajer.
X2 : Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan apa yang diharapkan dengan kenyataan yang
diterima. Menurut Robbins 1996:179, kepuasan kerja berhubungan dengan perasaan manajer mengenai pekerjaan dan
atasannya, lebih tegasnya kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau positif sebagai akibat dari
pengalaman kerjanya. Indikator pengukuran variabel ini persepsi manajerial pada kondisi lingkungan kerja, hubungan kerja, dan
imbalan jasa. Skala pengukuran yang digunakan adalah semantic differential dengan 8 item pernyataan. Adapun teknik
pengukurannya menggunakan semantik diferensial dengan skala 7 poin sebagai berikut :
Sangat Setuju 7 6 5 4 3 2 1
Sangat Tidak Setuju Semakin tinggi skor yang dihasilkan menunjukkan
tingginya kinerja manajer.
X3 : Motivasi Kerja
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-
kegiatanntertentu guna mencapai suatu tujuan Handoko, 1986:252. Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan
40
pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. Skala pengukuran yang digunakan adalah
semantic differential dengan 14 item pernyataan. Adapun teknik pengukurannya menggunakan semantik diferensial dengan skala 7
poin sebagai berikut : Sangat Setuju
7 6 5 4 3 2 1 Sangat Tidak Setuju
Semakin tinggi skor yang dihasilkan menunjukkan tingginya kinerja manajer.
Teknik Penentuan Sampel Obyek Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT. Pos Indonesia yang berada di jalan Jemur Andayani no.75 Surabaya Selatan.
Populasi dan Sampel Populasi
Populasi menurut Sumarsono 2002 : 44 adalah kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu
yang berbeda dengan yang lain. Populasi dalam penelitian ini adalah data tentang kinerja manajer melalui media kuesioner terhadap responden
sebanyak 11 manajer di PT. Pos Indonesia di Surabaya Selatan.
41
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sensus dimana setiap elemen-
elemen relatif sedikit mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan anggota sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
semua anggota populasi dari penelitian ini sebanyak 11 orang yang meliputi manajer dari PT. Pos Indonesia di Surabaya Selatan.
Teknik Pengumpulan Data Jenis Data
Untuk memperoleh data secara akurat yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka jenis data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder Nazir, 2003:58 a. Data Primer
Data yang utama yang diambil langsung dari hasil kuesioner yang diisi oleh responden.
b. Data Sekunder Data yang diambil dari buku-buku, literature dan dokumentasi yang
dimiliki oleh perusahaan. Kegunaan data ini untuk melengkapi data primer yang ada.
42
Sumber Data
Sumber data yang diambil peneliti dalam penelitian ini diperoleh dari para manajer pada perusahaan yang menjadi obyek penelitian yaitu
PT. Pos Indonesia di Surabaya Selatan.
Pengumpulan Data
a. Wawancara Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara lisan
dengan pihak perusahaan guna melengkapi data dalam penelitian ini. b. Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data.
c. Dokumentasi Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencetak data yang
diperlukan yang berasal dari dokumentasi di perusahaan. d. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian langsung pada obyek yang akan diteliti.
Uji Validitas
“Menurut Sumarsono 2002 : 31, apabila korelasi antara skor total dengan skor masing-masing pertanyaan signifikan, maka dikatakan bahwa
alat pengukur tersebut mempunyai validitas”. Uji validitas dimaksudkan
43
untuk mengukur kualitas kuesioner. Pengujian valid tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor masing-masing
pertanyaan dengan skor total dari penjumlahan seluruh pertanyaan. Apabila korelasi antar skor masing-masing pertanyaan signifikan, maka
dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut mempunyai validitas suatu butir pertanyaan yang dinyatakan valid dengan nilai signifikansinya lebih
kecil dari 5 atau 0,05.
Uji Reliabilitas
“Menurut Sumarsono 2002 : 34 Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi instrumen yang digunakan jika dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama”. Uji reliabilitas dapat dilihat dari error
yang dibuat, makin besar error yang terjadi, maka makin kecil reliabilitas pengukuran dan sebaliknya. Suatu pertanyaan dikatakan reliabel apabila
memiliki koefisien korelasi r ≥ 0,6. Dengan rumusan sebagai berikut:
r = Vs
Vp Nazir, 1998 : 164
Keterangan : r = Koefisien reliabilitas
Vs = Varians sebenarnya Vp = Varians yang diperoleh
44
Uji Normalitas
“Menurut Sumarsono 2002 : 40 Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak”.
Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah Metode
Kolmogorov Smirnov dan Metode Shapiro Wilk merupakan pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti
distribusi normal, berikut ini adalah pedomannya : 1. Jika nilai signifikansi nilai probabilitasnya lebih kecil dari 5,
maka distribusinya adalah tidak normal. 2. Jika nilai signifikansi nilai probabilitasnya lebih besar dari 5,
maka distribusinya adalah normal. Sedangkan uji normalitas dengan Metode Skewness dan Kurtosis
ini nilainya berada diantara 2 sampai dengan +2, maka distribusi data adalah normal.
Uji Asumsi Klasik
Setelah dilakukan uji reliabilitas dan validitas terhadap data yang diperoleh dari jawaban responden, maka langkah selanjutnya akan
dilakukan uji terhadap asumsi klasik. Berikut ini adalah uji asumsi klasik terhadap data yang diperoleh.
45
1. Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti bahwa adanya hubungan linier yang “sempurna” atau pasti diantaranya beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan dari model regresi. Hubungan antara variabel bebas yang dikatakan memiliki nilai multikolinieritas jika memiliki nilai VIF
Variance Inflation Factor tidak disekitar angka 1 dan angka tolerance tidak mendekati angka 1 serta memiliki nilai koefisien korelasi diatas
0,5. Pada model regresi linier yang baik tidak boleh terdapat multikolinieritas, syarat suatu model regresi linier yang tidak terdapat
multikolinieritas adalah VIF di sekitar angka 1 dan angka tolerance mendekati angka 1 serta koefisien korelasi antara variabel bebas
dibawah nilai 0,5 Imam Ghozali, 2002 : 57.
2. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dalam analisis regresi untuk mendapatkan hasil yang baik, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah
homogenitas varians yang ditimbulkan oleh koefisien pengganggu. Perhitungan ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan cara menentukan formulasi regresi linier berganda dengan menggunakan residual sebagai indikator terikat Algifary, 2000 : 87.
Menurut Santoso 2001:210 deteksi adanya heteroskedastisitas adalah:
1. Nilai Probabilitas 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas 2. Nilai Probabilitas 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas
46
3. Autokorelasi
Uji korelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya Ghozali, 2002 : 61. Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat
dites dengan menghitung nilai Durbin Watson d tes dengan persamaan :
t = N
∑ e
t
- e
t-1 2
d =
t = 2
_________ ..................... Gujarati, 1988 :215
t = N
∑ e
t 2
t = 1
Keterangan : D
= nilai Durbin Watson e
t
= residual pada waktu ke t e
t-1
• Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif = residual pada waktu ke t-1 satu periode sebelumnya
N = banyaknya data
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi Santoso, 2001: 218. Autokorelasi dapat dideteksi dengan
menggunakan besaran D-W Durbin-Watson yang secara umum mempunyai ketentuan :
• Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
• Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif
47
Teknik Analisis dan Uji Hipotesis Teknik Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yaitu untuk menggambarkan pengaruh linier antara
variabel bebas dan variabel terikat. Model regresi linier berganda dapat dinyatakan sebagai berikut:
Y = b
i
+ b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ e
i
Anonim,2003:L-21 Dimana :
Y = Kinerja Manajer
b
i
= Konstanta b
1
, b
2
, b
3
= Koefisien regresi variabel X
1
, X
2
, X
3
X
1
= Gaya Kepemimpinan Situasional X
2
= Kepuasan Kerja X
3
= Motivasi Kerja e
i
Uji Hipotesis
= Kesalahan baku
Untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi
kerja terhadap kinerja manajer digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut :
1. Hipotesis H
o
: b
i
= 0 Model regresi yang dihasilkan tidak cocok
48
H
i
: b
i
2. Ketentuan pengujian ≠ 0 Model regresi yang dihasilkan cocok
a. Jika tingkat signifikan p-value 0,05 maka H
o
diterima dan H
i
b. Jika tingkat signifikan p-value 0,05 maka H ditolak.
o
ditolak dan H
i
diterima.
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1.
Sejarah Singkat Perusahaan
Sejarah terbentuknya Pos di Indonesia dimulai sejak jaman Belanda, pada tahun 1596 Cornelis De Houtman pada saat kedatangan membawa surat-surat
untuk raja-raja di Banten dan Jakarta. Berkembang seiring kebutuhan gagasan untuk memperlancar surat-menyurat selama era kolonial Belanda telah
diwujudkan oleh Gubernur Jendral G.W. Baron Van Imhoff dengan mendirikan kantor pos yang pertama di Batavia pada tanggal 26 Agustus 1746.
Peran kantor pos semakin penting dan berkembang setelah penemuan teknologi telegraf dan telepon, sehingga dibentuk Jawatan Pos, telegram dan
telepon Jawatan PPT berdasarkan Staatblaad Nomer 395 tahun 1906. jawatan PPT Republik Indonesia secara resmi didirikan pada tanggal 27 September 1945
setelah dilakukan pengambil alihan kantor pusat PPT di Bandung oleh Angkatan Muda PPT AM PPT yang menelan korban gugurnya sekelompok pemuda AM
PPT sehingga peristiwa ini sebagai tonggak sejarah berdirinya Jawatan PTT Republik Indonesia dan diperingati sebagai Hari Bakti Parpostel. Jawatan PTT
IBW ternyata telah memenuhi syarat untuk dijadikan sebuah perusahaan negara, maka pada tahun 1961 dikeluarkan Peraturan Pemerintah PP No.240 dimana
Jawatan PTT diubah menjadi perusahaan Pos dan Telekomunikasi PN Postel status PN POS dan Giro dirubah menjadi Perum Pos dan Giro berdasarkan PP