Teori Motivasi dari Mc. Clelland Teori A. H. Maslow

27

2.2.4.1. Teori-teori Tentang Motivasi Kerja

Banyak teori yang membahas tentang motivasi, tetapi yang lebih menonjol adalah pendapat-pendapat dari:

a. Teori Motivasi dari Mc. Clelland

Menurut teori Motivasi dari Mc. Clelland sebagaimana dikutip oleh Mangkunegara 2002:8-9, tingkah laku dipengaruhi oleh kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Dalam konsepnya tentang dalam diri manusia terdapat tiga kebutuhan pokok yang mendorong tingkah laku manusia yang dikenal dengan social motives theory yaitu: 1 Need for achievement , yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. Seorang yang kebutuhan berprestasinya tinggi cenderung untuk berani mengambil resiko. Kebutuhan untuk berprestasi adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih tinggi. 2 Need for affiliation , yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. 3 Need for power , yaitu kebutuhan akan kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas, untuk memliki pengaruh kepada orang lain. 28

b. Teori A. H. Maslow

Inti dari teori Maslow adalah kebutuhan itu tersusun dalam suatu hirarki. Tingkat kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologis dan tingkat yang paling tinggi adalah kebutuhan untuk merealisasikan diri self actualization needs. Menurut teori Maslow sebagaimana dikutip oleh Asnawi 2003:93-100, dipergunakan untuk menjadi titik pangkal landasan teori. Maslow membuat piramida kebutuhan manusia yang terdiri atas: 1 Tingkat kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan untuk mempertahankan hidup physiolocal need Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang sangat pokok, bahkan makin rendah taraf kehidupan ekonomi seseorang semakin menjadi sangat utama. Kebutuhan mempertahankan meliputi kebutuhan akan sandang, pangan, dan kebutuhan akan papan. Apabila kebutuhan ini secara relatif dapat terpenuhi, maka kebutuhan yang lainnya akan menyusul. Apabila kebutuhan seperti lapar dan haus tidak dipenuhi secara memadai maka kebutuhan diatasnya untuk sementara ditekan dalam arti untuk pengendalian perilaku. Oleh karena itu Maslow merasa ketika kebutuhan itu muncul maka kebutuhan itu menjadi faktor dominan yang mampu menjadi pengarah dan mengendalikan perilaku manusia tersebut. 29 2 Tingkat kebutuhan akan rasa aman safety and seurity Kebutuhan keamanan merupakan kebutuhan yang lebih tinggi dan menjadi lebih penting daripada kebutuhan fisiologis. Oleh karena itu dalam perilaku tercermin upaya kita untuk tetap berada dalam situasi yang nyaman. Kebutuhan rasa aman juga nampak pada anak-anak dimana anak tiba-tiba menangis karena jatuh, dikagetkan oleh suara keras, orang asing yang tak dikenal masuk ruangannya, binatang buas mendekatinya, dan sebagainya. Analogi dengan teori Maslow tersebut kita meyakini bahwa sebagian besar masyarakat kita dewasa ini perilakunya sedang di dominasi oleh kebutuhan atau motivasi rasa aman. Baik rasa aman dari kejahatan di jalan maupun dari pekerjaan PHK, aman dari pencurian, perampokan dan sebagainya. 3 Tingkat kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai belongingness Ketika kebutuhan akan keamanan terpenuhi secara memadai, maka kebutuhan itu kemudian menjadi tidak penting bagi perilaku selanjutnya hal tersebut karena sudah ada kebutuhan lebih lanjut yang dianggapnya lebih penting lagi yaitu kebutuhan akan diterima oleh kelompok, berinteraksi dengan orang lain, kebutuhan yang merasa tak terpisah dari kelompok. Kebutuhan mencintai dan dicintai tidak sama dengan kebutuhan seks. 30 Kebutuhan akan kasih sayang tidak saja dalam arti menerima, tetapi juga dalam arti memberi kasih sayang kepada orang lain, misalnya menikah, bekerja, memasuki kelompok tertentu seperti organisasi pertemanan, persaudaraan atau sosial tertentu. Pada hakekatnya manusia itu adalah makhluk sosial, ia tak dapat hidup sendirian tanpa adanya orang lain, oleh karena itu ia pun ada keinginan untuk dapat diterima orang lain menjadi anggota kelompok masyarakat baik hal itu terjadi di lingkungan sekolah, lingkungan kerja, atau pun di lingkungan organisasi maupun masyarakat luas. 4 Tingkat kebutuhan penghargaan harga diri esteem self and peer value Apabila kebutuhan untuk merasa memiliki kebutuhan untuk diterima telah diperolehnya memadai maka kebutuhan itu pun akan menghilang atau melemah, bersamaan munculnya kebutuhan baru yaitu kebutuhan akan penghaegaan akan harga diri. Kebutuhan ini adalah kebutuhan akan penilaian yang positif atas diri seseorang itu. Penilaian ini dapat dibedakan atas dua kategori yaitu kebutuhan penghargaan di dalam diri dan kebutuhan penghargaan dari orang lain. Kebutuhan penghargaan diri memotivasi seseorang untuk berusaha keras mencapai cita-cita, kekuatan, rasa percaya diri, kemandirian dan kebebasan. 31 Kebutuhan penghargaan ini nampak merupakan keinginan kuat untuk merasa diri sendiri menjadi lebih bernilai. Kebutuhan penghargaan terkait dengan orang lain dalam melibatkan keinginan atas reputasi, status, pengakuan, penghargaan oleh orang lain atas kemampuannya. Ketika kebutuhan penghargaan ini terpenuhi, maka orang cenderung memiliki rasa percaya diri, berharga dan melihat dirinya sendiri sebagai obyek yang paling penting di dunia ini. Demikian pula sebaliknya ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi dapat terjadi sikap yang sebaliknya dimana yang bersangkutan berhubungan tidak baik dengan orang lain, lemah, tidak percaya diri dan putus asa. Dalam hubungan kebutuhan ini manusia sangat cenderung menginginkan dimilikinya kekuasaan atas orang lain ataupun lingkungan, oleh karena itu untuk memperolehnya ia berupaya untuk melakukan sesuatu prestasi yang dapat diakui orang lain agar penguasaan yang diinginkannya itu dapat tercapai sehingga diperolehlah kepuasan dari kebutuhan tingkat ini. 5 Tingkat kebutuhan aktualisasi diri self actualization Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat tertinggi dalam teori Maslow. Ia merupakan kebutuhan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Ketika orang dapat memenuhi keempat kebutuhan yang pertama, maka tingkat akhir perkembangan yang diistilahkan Maslow aktualisasi 32 diri menjadi lebih penting. Pada tingkat ini perilaku orang dimotivasi oleh kondisi yang berbeda dari pada empat tingkat yang lebih rendah terdahulu. Individu yang teraktualisasi diri termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan baru, yang diistilahkan Maslow dengan kebutuhan sekarang being needs seperti kepercayaan, kejujuran, kecantikan dan kebaikan yang semuanya itu dapat memberikan arti kepada kehidupan individu yang teraktualisasi tersebut. 2.2.4.2.Teori Yang Melandasi Hubungan Antara Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Manajerial Teori motivasi pemeliharaan dari Herzberg dalam buku Handoko,1986:259. Pada umumnya, para karyawan baru cenderung memusatkan perhatiannya pada pemuasan tingkat kebutuhan lebih rendah dalam pekerjaan pertama mereka, terutama keamanan. Tetapi setelah hal itu terpuaskan, mereka akan berusaha untuk memenuhi tingkatan-tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi, seperti kebutuhan inisiatif, kreatif dan tanggung jawab. Berdasarkan penelitiannya, yang dilakukan dengan wawancara terhadap lebih dari 200 insinyur dan akuntan. Herzberg dan kawan- kawannya telah menemukan dua kelompok faktor-faktor yang mempengaruhi kerja seseorang dalam organisasi. Faktor-faktor penyebab kepuasan kerja Job satisfaction mempunyai pengaruh pendorong bagi prestasi dalam semangat kerja, dan faktor-faktor penyebab ketidakpuasan 33 kerja mempunyai pengaruh negatif. Faktor-faktor pemeliharaan mencegah merosotnya semangat kerja atau efisien, dan meskipun faktor-faktor initidak dapat memotivasi, tetapi dapat menimbulkan ketidakpuasan kerja menurunkan produktivitas. Perbaikan terhadap faktor-faktor pemeliharaan akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan kerja, tetapi tidak dapat digunakan sebagai sumber kepuasan kerja. Penemuan penting dari penelitian Herzberg dan kawan-kawannya adalah bahwa manajer perlu memahami faktor-faktor yang dapat digunakan untuk memotivasi para karyawan. Faktor-faktor pemeliharaan sebagai faktor negatif yang intrinsik, yang dapat memotivasi para karyawan untuk melaksanakan keinginan para manajer. 2.2.4.3.Teori Yang Melandasi Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan, Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Manajer. Dalam kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok, organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Bagaimanapun juga, kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer yang dapat meningkatkan kinerja manajer. Handoko,1986:293 34 Kepuasan kerja akan meningkatkan semangat manajer dalam bekerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja manajer. Nitisemito 2000:108, sebab turunnya kinerja pada umumnya disebabkan oleh ketidakpuasan manajer, baik secara materi maupun non materi. Untuk meningkatkan kinerja dapat dilakukan dengan pemberian gaji yang cukup, memperhatikan kebutuhan rohani, memberikan kesempatan untuk maju, dan sebagainya. Teori motivasi pemeliharaan dari Herzberg dalam buku Handoko,1986:259. Pada umumnya, para karyawan baru cenderung memusatkan perhatiannya pada pemuasan tingkat kebutuhan lebih rendah dalam pekerjaan pertama mereka, terutama keamanan. Penemuan penting dari penelitian Herzberg dan kawan-kawannya adalah bahwa manajer perlu memahami faktor-faktor yang dapat digunakan untuk memotivasi para karyawan.

2.3. Kerangka Pikir

Dokumen yang terkait

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN,STRES KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT.POS Pengaruh Gaya Kepemimpinan,Stres Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pt.Pos Indonesia Kantor Pos Karanganyar.

0 9 8

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN,STRES KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT.POS INDONESIA KANTOR Pengaruh Gaya Kepemimpinan,Stres Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pt.Pos Indonesia Kantor Pos Karanganyar.

0 3 15

PENDAHULUAN Pengaruh Gaya Kepemimpinan,Stres Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pt.Pos Indonesia Kantor Pos Karanganyar.

0 5 8

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. POS INDONESIA Pengaruh Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Pos Indonesia (Persero) Ungaran.

0 2 13

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. POS INDONESIA Pengaruh Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Pos Indonesia (Persero) Ungaran.

0 3 14

PENDAHULUAN Pengaruh Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Pos Indonesia (Persero) Ungaran.

0 3 6

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN Pengaruh Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pt Deltomed Di Wonogiri.

0 2 17

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN Pengaruh Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pt Deltomed Di Wonogiri.

0 1 15

Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi, dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Bandung.

1 33 24

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJER PADA PT POS INDONESIA SURABAYA SELATAN SKRIPSI

0 0 17