Tujuan Penilaian Prestasi Kerja Metode Penilaian Prestasi Kerja

Prestasi kerja atau kinerja menurut Benardin dan Russel dikutip oleh Achmad S. Ruky, 2002 menjelaskan bahwa prestasi adalah catatan tentang hasil‐ hasil yang diperoleh dari fungsi‐fungsi pekerjaan tertentu selama kurun waktu terlentu. Dengan kata lain dapat kita definisikan prestasi kerja atau kinerja performance adalah hasil atau apa yang keluar outcomes dari sebuah pekerjaan dan kontribusi mereka pada organisasi. Penilaian prestasi kerja merupakan sebuah proses formal yang sistematis untuk melakukan penilaian terhadap segenap perilaku kerja karyawan dalam kurun waktu kerja tertentu yang akan menjadi dasar penetapan kebijakan personalia dan pengembangan karyawan Jiwo Wungu dan Hartanto Brotoharsojo, 2003. Penilaian prestasi kerja menurut Mutiara S. Panggabean 2002 adalah suatu proses formal untuk melakukan peninjauan dan evaluasi prestasi kerja seseorang secara periodik. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa penilaian prestasi kerja adalah suatu proses penilaian terhadap hasil kerja baik itu kualitas maupun kuantitas yang dilakukan atasan kepada bawahan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang diberikan kepadanya.

2.5.1 Tujuan Penilaian Prestasi Kerja

Pada dasarnya terdapat dua tujuan utama dari kegiatan penilaian prestasi kerja karyawan, yakni untuk kepentingan administratif dan peningkatan kinerja karyawan Jiwo Wungu dan Hartanto Brotoharsojo, 2003 selaras dengan definisi penilaian prestasi kerja, sehingga dapat dimodifikasi sebagai berikut : a. Penilaian prestasi kerja karyawan untuk tujuan administrasi personalia, karena hasil penilaian prestasi kerja karyawan akan menjadi dasar untuk : 1. Penetapan naik turunnya penghasilan karyawan. 2. Penetapan keikutsertaan pelatihan pegawai. 3. Penetapan jenjang karir jabatan karyawan dalam wujudnya sebagai promosi, rotasi atau demosi jabatan. 4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja dan produktivitas organisasi dan unit kerja pada umumnya serta individu‐individu karyawan dalam setiap jabatan mereka khususnya. b. Penilaian prestasi kerja karyawan untuk tujuan pengembangan diri karyawan, meliputi : 1. Sebagai dasar untuk mengidentifikasi kelebihan atau kekurangan karyawan sehingga dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam melibatkan karyawan untuk program‐program pengembangan karyawan. 2. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan keahlian kerja serta meningkatkan motivasi kerja karyawan. 3. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan dalam menilai dan mengamati perilaku karyawan secara keseluruhan, sehingga dapat diketahui minat, kemampuan serta kebutuhan karyawan.

2.5.2 Metode Penilaian Prestasi Kerja

2.5.2.1 Macam‐Macam Skala Pengukuran Skala pengukuran menurut Indriantoro N. Supomo B. 1999, merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Macam‐ macam Skala Pengukuran adalah sebagai berikut : 1. Skala Nominal Skala nominal adalah skala pengukuran yang menyatakan kategori atau kelompok dari suatu subyek. Contohnya : Jenis kelamin responden Laki ‐laki = 1 ; Wanita = 2 2. Skala Ordinal Skala ordinal adalah skala pengukuran yang menyatakan kategori sekaligus melakukan rangking terhadap kategori. Contohnya : Kita ingin mengukur preferensi responden terhadap empat Bank Perkreditan Rakyat. Tabel 2.3 Contoh Skala Ordinal Bank Perkreditan Rakyat Rangking BPR Artha Utama 1 BPR Artha Utami 2 BPR Artha Ultima 3 BPR Artho Utomo 4 Sumber : Indriantoro N. dan Supomo B. 1999 3. Skala Interval Skala Interval merupakan skala pengukuran yang banyak digunakan untuk mengukur fenomena atau gejala sosial, dimana pihak responden diminta melakukan rangking terhadap preferensi tertentu sekaligus memberikan nilai rate terhadap preferensi tersebut. Jenis skala yang dapat digunakan untuk penelitian sosial, yaitu : a. Skala Linkert Skala linkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Tabel 2.4 Contoh Skala Linkert PREFERENSI PREFERENSI PREFERENSI 1. Sangat Setuju 1. Sangat Sering 1. Sangat Positif 2. Setuju 2. Sering 2. Positif 3. Ragu‐Ragu 3. Kadang‐Kadang 3. Netral 4. Tidak Setuju 4. Hampir Tidak Pernah 4. Negatif 5. Sangat Tidak Setuju 5. Tidak Pernah 5. Sangat Negatif Sumber : Indriantoro N. dan Supomo B. 1999 Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut diberi nilai skor. Misalnya : sangat setujusangat seringsangat positif diberi skor 5, selanjutnya setujuseringpositif diberi skor 4 dan seterusnya. b. Skala Gutmann Skala Gutmann adalah suatu pengukuran untuk memperoleh jawaban responden yang tegas, yaitu : “ya‐tidak” ; “pernah‐tidak pernah” ; “positif ‐negatif”; “setuju‐tidak setuju”. Contoh : Bagaimana pendapat anda, bila Bapak X menjabat pimpinan di perusahaan ini ? a. Setuju b. Tidak Setuju c. Sematic Defferential Sematic Defferential adalah suatu skala pengukuran yang disusun dalam suatu garis dimana jawaban sangat positif terletak dibagian kanan garis, sedangkan jawaban sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. d. Rating Scale Rating Scale adalah suatu skala pengukuran dimana responden menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang disediakan. 4. Skala Rasio Skala rasio adalah skala interval yang memiliki nilai dasar based value yang tidak dapat diubah. Contoh : umur responden memiliki nilai dasar nol. 2.5.2.2 Skala Pengukuran Prestasi Kerja Jiwo Wungu dan Hartanto Brotoharsojo 2003, mengatakan sampai pada saat ini dikenal tujuh penilaian untuk mengukur prestasi kerja karyawan, yaitu : 1. Rating scales Metode ini merupakan penilaian oleh atasan terhadap pegawai yang menjadi bawahannya berdasarkan sifat‐sifat atau karakteristik faktor‐faktornya. Dalam teknis pelaksanaannya adalah para atasan mengidentifikasi serta menentukan faktor‐faktor apa yang dianggap penting dari tugas‐tugas jabatan yang hendak diukur melalui penentuan parameternya. Terdapat 3 tiga jenis metode rating scale, yaitu : a. Skala Grafik Pada metode ini penilai memberikan tanda X; O; dan skala penilaian yang merupakan hasil penilaian dan dianggap sebagai posisi setepatnya yang mewakili diri karyawan yang dinilai. b. Skala Multiple‐step Pada metode ini penilaian para peneliti dihadapkan pada sejumlah kategori alternatif yang harus dipilihnya. c. Skala Penilaian Berbasis Perilaku BARS Behavioral Anchored Rating Scale Pada metode ini penilaian harus memformulasikan terlebih dahulu faktor ‐faktor serta dimensi dari sifat dan karakteristik jabatan ke dalam bentuk perilaku yang bisa diukur dan menjadi dasar penetapan skala penilaian. Skala penilaian berbasis perilaku ini meliputi dua jenis yaitu :  Skala perilaku harapan Behaviour Expectation Scale BES Pada dasarnya berupa uraian guna membantu penilai untuk merumuskan perilaku pegawai misalnya diatas rata‐rata, rata‐rata atau di bawah rata‐rata.  Skala pengamatan perilaku Behaviour Observation Scale BOS Jika kita menggunakan skala BOS, maka pengesahan suatu dasar perilaku di atas titik netral ke atas. 2. Checklist Pendekatan subyektif lainnya terhadap penilaian karyawan adalah dengan menggunakan metode checklist, yang dapat pula diartikan sebagai daftar periksa. Dalam metode ini, para penilai dihadapkan pada daftar pertanyaan‐ pertanyaan khusus berikut pencantuman pilihan nilainya. Dengan demikian para penilai lebih bertindak sebagai reporter yang mengamati perilaku kerja daripada sebagai penilai atau evaluator prestasi kerja atau ciri kepribadian pegawai. 3. Employee Comparison Pada metode ini penilaian karyawan dilakukan dengan cara membandingkan antara satu karyawan dengan karyawan lainnya. 4. Critical Incident Metode penilaian ini melibatkan para atasan yang harus mencatat semua kejadian ‐kejadian kritis yang dinilai penting Critical Incident dan perilaku karyawan yang biasa maupun yang luar biasa berdasarkan tampilan kejadian sehari ‐harinya. 5. Essay Evaluation Prosedur yang dilakukan dalam metode ini adalah berupa penugasan atau meminta penilai untuk menyusun suatu karya tulis essay yang isinya bisa menggambarkan tentang kelebihan dan kelemahan setiap personil yang dibawahi. Biasanya uraian tulisan dikelompokkan di bawah topik atau judul tertentu seperti : a. Prakasa atau inisiatif. b. Kerja sama. c. Pengetahuan jabatan. d. Hasil kerja dan sebagainya. 6. Management by Objective MBO Metode penilaian pegawai yang berorientasi pada hasil akhir atau final result oriented ini digunakan untuk mengatasi kekurangan‐kekurangan dari metode penilaian lainnya yang lebih berfokus pada proses. Pendekatan penilaian pegawai ini didasarkan pada perumusan sasaran‐sasaran prestasi yang umumnya kuantitatif dan dapat diukur serta kerapkali ditentukan bersama oleh atasan dan bawahannya. Prosedur dari metode penilaian MBO ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : a. Setiap bawahan diminta untuk menentukan bagi dirinya sendiri sasaran atau target prestasi kerja jangka pendek beserta cara‐cara bagaimana ia dapat memperbaiki pola kerjanya sendiri serta pola kerja dari unitnya. b. Atasan dan bawahan bersama‐sama membicarakan apa yang diperlukan untuk mencapai sasaran tersebut dan untuk menyesuaikan terhadap organisasi sebagai keseluruhan. c. Pada akhir masa penilaian yang ditetapkan misalkan 6 bulan mereka bertemu lagi untuk menilai apakah sasaran‐sasaran dapat dicapai dengan baik, membahas perihal apa saja yang dapat diperbaiki dan menetapkan sasaran‐sasaran baru untuk masa penilaian berikutnya. Sebagai upaya untuk saling mengisi, maka atasan menuliskan hasil penilaian yang terperinci mengenai bawahannya dan bawahannya menuliskan prestasi kerja yang dapat atau tidak dapat dicapainya. 7. Assessment Center Assessment center pada awalnya berkembang di lingkungan militer jerman pada masa perang dunia II yang bertujuan memilih para calon perwira unggulan yang akan maju ke medan laga. Proses identifikasinya secara umum meliputi tiga aspek, yaitu kecerdasan, kepribadian serta keterampilan manajerial. Metode yang digunakan dalam assessment center adalah berupa : a. Psychological test Terdiri atas serangkaian tes untuk mengidentifikasi taraf kecerdasan melalui jenis‐jenis achievement test yang mengukur kemampuan numerikal, verbal, daya tangkap, daya nalar serta tes kepribadian melalui tes‐tes proyektif dan minat. b. Simulation exercises Terdiri atas beberapa kegiatan simulatif untuk mengidentifikasikan aspek skil manajerial pegawai melalui pelaksanaan inbasket exercise yang berisikan berbagai nota dinas, surat perintah, laporan, cacatan telepon yang harus dijawab seluruhnya sekaligus dalam waktu singkat.

2.5.3 Faktor Penilaian Prestasi Kerja