organisme, kondisi inkubasi dan kecepatan difusi agar. Salah satu hal tersebut diduga mempengaruhi ukuran zona hambat. Hal ini juga
dapat terjadi karena senyawa aktif tidak terlarut sempurna.
2. KHM Kadar Hambat Minimal Ekstrak Daun Keji Beling
Nilai KHM Kadar hambat Minimal ekstrak daun belum dapat ditentukan dalam penelitian ini. Karena berdasarkan hasil yang
didapatkan semua media kultur masih ditumbuhi oleh bakteri. Pada percobaan I dengan konsentrasi 5, 6, 7, 8, 9 dan 10 bakteri
terlihat masih tumbuh pada seluruh permukaan media Gambar 4.16. Hal ini menunjukkan konsentrasi ekstrak belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri secara maksimal. Karena pada percobaan I belum dapat ditentukan nilai KHM maka dilakukan percobaan II dengan
konsentrasi 10, 15, 20, 25, 30 dan 35. Hasil yang didapatkan media masih ditumbuhi oleh bakteri, walaupun semakin
tinggi konsentrasi ekstrak bakteri yang tumbuh semakin sedikit Gambar 4.17. Dengan masih tumbuhnya bakteri pada media maka
nilai KHM pada ekstrak daun Keji Beling belum dapat ditentukan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya kandungan
metabolit dalam ekstrak yang belum sepenuhnya tercampur dengan larutan sehingga ekstrak menjadi tidak maksimal. Faktor lain yang
menyebabkan belum diketahuinya nilai KHM dari penelitian ini adalah ekstrak belum homogen dengan media sehingga dalam menghambat
pertumbuhan bakteri menjadi tidak merata. Dari hasil percobaan ini dapat dikatakan bahwa ekstrak daun Keji Beling hanya bersifat
bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi karena permukaan media masih dapat ditumbuhi oleh bakteri.
3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain: a.
Tidak menggunakan media khusus untuk pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. Sehingga pertumbuhan bakteri kurang
optimal dan bentuk koloni tidak terlihat jelas. b.
Usia tanaman Keji Beling yang digunakan oleh peneliti termasuk muda belum termasuk tanaman tahunan karena usia
tanaman masih dalam kurun waktu 7-9 bulan. Hal ini dapat mempengaruhi kandungan metabolit sekunder yang terdapat
dalam daun tersebut. c.
Pada pembuatan ekstrak tidak semua potongan daun terendam pelarut karena aquades yang digunakan dalam jumlah sangat
sedikit. d.
Nilai KHM dan KBM yang belum dapat ditentukan. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
ekstrak rebus daun Keji Beling terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
4. Aplikasi Penelitian dalam Dunia pendidikan
Penelitian uji daya hambat ekstrak daun Keji Beling terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dapat digunakan dalam proses
pembelajaran di sekolah. Siswa dapat mengetahui bagaimana cara membiakkan bakteri pada media agar dan setelah itu siswa juga dapat
mempelajari bagaimana bentuk, warna dan ukuran koloni bakteri. Kegiatan ini dapat dilakukan sebagai praktikum yang dilakukan siswa
secara berkelompok. Dengan adanya penelitian ini siswa juga dapat mengetahui peran bakteri yang dapat merugikan manusia. Selain itu
siswa juga dapat mengetahui manfaat ekstrak daun Keji Beling sebagai tanaman obat yang dapat membantu menyembuhkan tipus.
Bahan ajar yang dapat mendukung kegiatan belajar tersebut terdapat pada materi SMA kelas X semester 1 mengenai
Archaebacteria dan Eubacteria. Kurikulum yang digunakan dalam desain pembelajaran terkait penelitian yang dilakukan menggunakan
kurikulum 2013. Standar Kompetensi SK yang digunakan adalah KD 3.4 Mengidentifikasi ciri-ciri Archaeobacteria dan Eubacteria dan
peranannya bagi kehidupan berdasarkan percobaan secara teliti dan sistematis dan KD 4. 6 Melakukan percobaan pengamatan koloni
bakteri pada medium buatan dari berbagai lokasi ruang terbuka, tempat
lembab, lingkungan
bersih dan
menghubungkannya menggunakan desinfektan, sabun, antis, karbol, dan lain-lain serta
melaporkannya dalam bentuk laporan.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ekstrak daun Keji Beling Strobilanthes crispa Bl. memiliki potensi
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
2. Ekstrak daun dengan konsentrasi 10 memiliki zona hambat paling
kecil yaitu 6,75 mm sedangkan konsentrasi terbesar 100 memiliki
zona hambat paling lebar yaitu 13 mm.
3. Nilai KHM belum dapat ditentukan karena bakteri masih tumbuh pada
media kultur yang digunakan.
B. Saran
1. Untuk penelitian dengan bakteri Salmonella typhi sebaiknya
menggunakan media khusus seperti Salmonella-shigella atau
WilsonBlair agar.
2. Memastikan usia daun cukup tua agar kandungan metabolit sekunder
dalam daun lebih maksimal.
3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pelarut yang mampu
mendukung kerja senyawa metabolit agar senyawa metabolit yang
terlarut lebih maksimal.
4. Dalam membuat ekstrak dapat dilakukan dengan teknik lain seperti
pengenceran bertingkat yang diambil dari konsentrasi 100.
5. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui nilai KHM
dan KBM terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.