Hasil Pengukuran Daya Hambat Ekstrak Daun Keji Beling

Tabel 4.5 Percobaan I Hasil Uji Kadar Hambat Minimal KHM Ekstrak daun Keji Beling pada Salmonella typhi. Berikut dokumentasi hasil uji KHM I: Gambar 4.4 hasil uji KHM I Nilai KHM belum ditemukan pada percobaan pertama sehingga dilakukan percobaan kedua dengan konsentrasi yang berbeda. Hasil Konsentrasi Ekstrak Keterangan 5 Nilai KHM belum dapat ditentukan. Hal ini ditandai dengan tumbuhnya bakteri pada permukaan media kultur. 6 7 8 9 10 yang didapatkan dalam percobaan kedua terlihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.6 Percobaan II Hasil Uji Kadar Hambat Minimal KHM Ekstrak daun Keji Beling pada Salmonella typhi. Berikut merupakan gambar dokumentasi uji KHM II : Gambar 4.5 Hasil uji KHM II Konsentrasi Ekstrak Keterangan 10 Nilai KHM belum dapat ditentukan karena bakteri masih tumbuh di permukaan media. Walaupun semakin besar konsentrasi maka jumlah koloni bakteri yang tumbuh semakin sedikit 15 20 25 30 35

A. Pembahasan

1. Daya Hambat Ekstrak Daun Strobilanthes crispa Bl. Terhadap

Pertumbuhan Salmonella typhi Terbentuknya area bening di sekitar paper disc yang ditanamkan pada media kultur pada uji aktivitas antibakteri membuktikan bahwa ekstrak daun Keji Beling memiliki sifat antibakteri terhadap perrtumbuhan bakteri Salmonella typhi. Zona bening yang terlihat di sekitar paper disc adalah daerah yang tidak ditumbuhi oleh bakteri dan terlihat lebih jernih dari area sekitarnya. Ekstrak daun Keji Beling mampu menghambat pertumbuhan bakteri karena memiliki kandungan senyawa aktif metabolit sekunder. Metabolit sekunder didefinisikan sebagai senyawa yang disintesis oleh organisme tidak untuk memenuhi kebutuhan primernya tumbuh dan berkembang melainkan untuk mempertahankan eksistensinya dalam berinteraksi dengan lingkungannya Sumaryono, 1999. Kandungan metabolit sekunder pada Keji Beling berdasarkan penelitian Nasution, dkk 2010 adalah saponin, flavonoid, terpenoid dan polifenol. Menurut Sirait 2007, flavonoida terdapat pada seluruh bagian tanaman termasuk pada buah, tepung sari dan akar. Sedangkan mekanisme kerja flavonoida menurut Cowan 1999 adalah dengan mengganggu aktivitas transpeptidase peptidoglikan sehingga pembentukan dinding sel terganggu dan sel mengalami lisis. Flavonioda yang terdapat pada Keji Beling mampu membentuk zona hambat pada daerah sekitar paper disc. Zona hambat yang terbentuk memiliki diameter berbeda- beda sesuai dengan konsentrasi dan kandungan yang terdapat dalam ekstrak. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun 100 maka kandungan flavonoid akan semakin banyak dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri lebih besar dibandingkan konsentrasi ekstrak daun yang rendah 10. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Ajizah 2004 dalam Malina 2013 bahwa semakin pekat konsentrasi suatu ekstrak, maka senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalamnya akan semakin banyak sehingga memberikan pengaruh terhadap zona bening yang terbentuk. Pada penelitian ini digunakan aquades steril sebagai pelarut universal pada pengenceran larutan dan sebagai kontrol negatif k- saat melakukan uji efektivitas antibakteri. Aquades adalah air yang telah mengalami penyulingan sehingga tidak memiliki kandungan mineral dan campuran apapun Fatih, 2008 dalam Friziah 2012. Aquades berwarna putih bening seperti air. Aquades tersusun atas molekul hidrogen dan oksigen. Aquades steril digunakan sebagai pelarut dengan tujuan memperkecil kemungkinan adanya sifat antibakteri berasal dari pelarut yang digunakan. Kelebihan lain aquades ialah tidak merusak jaringan yang terdapat pada daun. Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kloramfenikol 250mgml. Kloramfenikol adalah antibiotik yang biasa digunakan untuk mengobati demam tifoid yang disebabkan oleh