PEMBAHASAN ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

perbandingan mean ini menggambarkan asumsi bahwa subjek pada penelitian ini merasakan dan mempersepsikan dukungan emosional lah yang paling dirasakan paling tinggi dari interaksinya dengan orang lain kemudian yang kedua adalah dukungan informasi, kemudian dukungan berupa bantuan nyata dan langsung tangible dan yang paling sedikit dirasakan oleh subjek adalah dukungan companionship. Sementara berdasarkan kekuatan hubungan masing-masing bentuk dukungan sosial dengan optimisme diperoleh bahwa kekuatan hubungan paling tinggi dengan optimisme adalah tangible support r s =0,461, kemudian companionship support r s =0,428, emotional support r s =0,405, dan terakhir adalah informational support r s =0,340.

D. PEMBAHASAN

Hasil penelitian hubungan antara social support dengan optimisme pada orang dengan HIVAIDS ODHA diperoleh nilai r s =0.467 signifikan pada p0.05 p=0.001, yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara social support dengan optimisme. Hubungan antara social support dengan kesehatan fisik dan mental telah banyak ditunjukkan dalam berbagai penelitian. Adanya dukungan dari lingkungan akan membuat kesulitan terasa lebih mudah bagi individu Cobb dalam Gottlieb, 1983, individu akan memaknai stres yang berat bukan sebagai stres yang berat Smet, 1994, dukungan sosial mengurangi stres, dan membantu individu untuk mengatasi tuntutan dan penyakit yang serius Wortman House, 1987. Demikian halnya untuk orang dengan HIVAIDS, dukungan sosial menjadi Universitas Sumatera Utara faktor eksternal yang menjadi pelindung kesehatan bagi individu Vollman, dkk., 2007. Adanya social support mempengaruhi kesehatan dengan buffering hipotesis dimana social support berfungsi sebagai pelindung dari stres. Social support melindungi seseorang untuk melawan efek-efek negatif dari stres tinggi. Buffering effect bekerja dengan dua cara, yaitu: pertama saat seseorang bertemu dengan stresor yang kuat, dan yang kedua adalah social support dapat memodifikasi respon-respon seseorang sesudah munculnya stresor. Selain itu social support mempengaruhi kesehatan dengan direct effect hypotesis dimana social support dapat mendorong seseorang untuk membangun gaya hidup sehat. Individu dengan adanya social support dapat merasakan semangat, karena orang lain memperhatikannya dan membutuhkannya, mereka akan rajin berolah raga, makan teratur, dan tidak merokok atau meminum alkohol. Akan tetapi tidak selamanya social support memberikan keuntungan, social support hanya akan bermanfaat bagi penerimanya apabila sesuai dengan kondisi penerima pada saat itu atau dengan kata lain jenis dukungan yang diterima dan diperlukan oleh individu tergantung pada keadaan tertekan yang dihadapi Smet, 1994. Meskipun social support tersedia, akan tetapi bisa jadi seseorang tidak merasa bahwa itu adalah sebuah dukungan Dunkle-Scheter, dkk, dalam Sarafino 2006. Social support yang dirasakan dan dipersepsikan tepat dan diperlukan oleh ODHA jauh lebih memberikan dampak terhadap psikologis dan kesehatan mereka, membuat individu tetap percaya diri dalam berhubungan dengan orang Universitas Sumatera Utara lain, tidak merasa rendah diri, tidak mudah putus asa, tidak minder, merasa dirinya berarti, tidak merasa cemas, tetap bersemangat, merasa ikhlas dengan kondisi yang dialami dan merasa lebih tenang dalam menghadapi masalah Farah Nurbani, 2009. Dukungan sosial membuat individu mampu menanggapi kondisi kesehatannya dengan lebih positif sehingga memiliki harapan dan pola pikir yang positif terhadap masa depannya. Adanya social support ini memediasi optimisme dalam diri individu, sehingga individu memiliki ekspektasi positif secara menyeluruh meskipun sedang menghadapi kesulitan dengan kondisi kesehatannya. Dukungan sosial yang dirasakan berhubungan dengan positive affect, coping self-efficacy, dan adaptive coping yang diassosiasikan dengan disposisi optimisme Chang, 2001; Cozarelli, 1993; Scheier et al., 2001. Orang yang optimis secara teoritis lebih menggunakan active ways of coping, seperti problem-focused coping dan information-seeking, terutama pada situasi yang dapat dikontrol. Dalam situasi yang tidak terkontrol orang yang optimis lebih menerima situasi tersebut dan melepaskan diri dari tugas yang tidak terselesaikan. Demikian juga secara timbal balik, optimisme dapat menarik perhatian orang dan membuat individu membangun lebih banyak relasi dan meningkatkan social support pada kondisi yang stres Brissette et al. 2002; Dougall et al. 2001 dalam Snyder, 2002. Penelitian ini juga menghasilkan hubungan antara bentuk-bentuk social support yaitu, emotional or esteem support, tangibleinstrumental support, informational support,dan companionship support dengan optimisme ODHA. Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian ini tampak bahwa semua bentuk dukungan memiliki hubungan positif yang signifikan dengan optimisme. Hubungan emotional support dengan optimisme r s =0.405 signifikan p0.05 p=0.004. Adanya dukungan emosianal dimana ODHA bisa merasakan kenyamanan, perhatian, penerimaan positf dan dihargai akan berhubungan dengan optimisme mereka. Orang dengan HIVAIDS, biasanya tidak menerima keadaanya dan merasa hidupnya tidak berarti. Pandangan dan harapan masa depan menjadi suram dan gelap dimana hasil dari segala sesuatunya menjadi sangat buruk, yang dapat memicu usaha untuk bunuh diri Preau, dkk., 2008. Dukungan emosional yang tepat dirasakan individu saat mengalami kondisi seperti ini akan melindunginya dari emosi-emosi negatif karena stres yang dialaminya Sarafino, 2006. Dan berdasarkan hasil penelitian ini, dukungan emosional yang berhubungan dengan optimisme adalah dukungan seperti perasaan nyaman berada di dekat orang lain, perasaan bahwa pendapatnya dihargai, perasaan bahwa dirinya diterima meskipun ODHA, merasa diperhatikan saat ada masalah kesehatan. Adanya dukungan emosional yang seperti ini akan membuat ODHA mampu bangkit dan memiliki harapan untuk melanjutkan hidupnya. Sebaliknya dukungan emosional yang sumbernya dari orang terdekat seperti keluarga untuk menjadi tempat menceritakan keluh kesah atau untuk mendapatkan kasih sayang tidak tidak berhubungan optimisme ODHA. Hal ini senada dengan yang dikemukakan Wolcott, dkk dalam Ader, 1991 bahwa penderita HIVAIDS menghadapi situasi hidup dimana mereka sering menghadapi sendiri kondisinya Universitas Sumatera Utara tanpa dukungan dari teman dan keluarga yang memberi dampak kecemasan, stres, depresi, rasa bersalah dan pemikiran. Hubungan positif yang signifikan juga didapatkan pada hubungan antara tangible support dengan optimisme r s =0.461 signifikan pada p0.05 p=0.001. Adanya bantuan secara langsung atau nyata seperti seperti menemani saat sakit, dan ada orang yang mengantar untuk berobat saat diperlukan berhubungan dengan optimisme ODHA. Bantuan langsung yang tepat saat diperlukan membuat mereka merasa berharga, merasa ditolong dan menimbulkan harapan dalam hidup mereka. Akan tetapi bantuan langsung seperti pinjaman uang untuk berobat dan bantuan obat dari pihak medis ditemukan tidak berhubungan dengan kecenderungan subjek untuk memiliki ekspektasi hasil output yang baik atas setiap kejadian dalam kehidupannya Hubungan antara antara informational support dengan optimisme r s =0.340 signifikan pada p0.05 p=0.013. Adanya nasehat, petunjuk-petunjuk, saran- saran, informasi atau umpan balik yang tepat yang diterima ODHA dari hasil interaksinya dengan orang lain, membuat mereka semakin optimis, memiliki ekspektasi hasil output yang baik atas setiap kejadian dalam kehidupannya. Setiap informasi yang berkaitan dengan HIVAIDS dapat membantu ODHA memahami mengenai penyakit yang dideritanya, sehingga dengan pemahaman tersebut, ODHA dapat mengetahui dan bertindak untuk melawan penyakitnya. Informasi dapat berupa nasehat dan informasi terkait dengan HIVAIDS diperoleh dari orang-orang terdekat, dan oleh ahli seperti dokter, juga dari berbagai media termasuk internet Taylor, 2009. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya dukungan informasi seperti teman berdiskusi, adanya pengajaran dari pihak medis sebagai orang yang ahli dan kompeten untuk mengatasi masalah kesehatan, saran-saran dari sahabat ditambah informasi dan petunjuk kesehatan dari lembaga masyarakat akan semakin membuat ODHA memahami dinamika penyakit yang dialaminya sehingga hal ini berpengaruh dengan health related behavior. Mereka akan lebih menjaga kesehatan, menghindari perilaku-perilaku beresiko yang memperburuk kondisi kesehatan. Selain ini informasi yang mereka peroleh membuat mereka lebih dapat menerima keadaannya dan juga mencari strategi terhadap setiap masalah kesehatan yang muncul dan dengan demikian dapat memperlambat penurunan CD4 nya, dan tingkat kematian pun akan berkurang Bower, dkk., 1997, dalam Taylor, 2009. Akan tetapi dukungan informasi seperti nasihat keluarga, dan keluarga sebagai tempat bertanya tentang masalah kesehatan tidak berhubungan dengan sikap optimis mereka. Hal ini mungkin karena ODHA lebih membutuhkan dukungan emosional berupa penerimaan positif dari orang-orang terdekatnya bukan informasi atau nasihat-nasihat. Seseorang yang membutuhkan penghiburan dari anggota keluarga tetapi justru menerima nasihat bukan mendukung tetapi memperburuk situasi Darkof Taylor, dalam Taylor, 2009. Hubungan antara companionship support dengan optimisme r s =0.428 signifikan pada p0.05 p=0.002. Adanya perasaan keanggotaan ODHA dalam suatu kelompok, saling berbagi kesenangan dan aktivitas sosial dalam kelompok yang diterima ODHA dari interaksinya dengan orang lain, maka mereka akan semakin optimis, memiliki ekspektasi hasil output yang baik atas setiap kejadian Universitas Sumatera Utara dalam kehidupannya meskipun subjek menghadapi kemalangan atau kesulitan dalam kehidupannya. Sarafino 2006 bahwa berinteraksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu mengenai kejadian tersebut, dan ini akan mengurangi potensi munculnya stres baru atau stres yang berkepanjangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa companionship support seperti adanya teman sesama ODHA untuk saling berbagi suka duka dan memiliki teman yang mendengarkan keluh kesah membuat individu merasa tidak sendiri, ada orang yang sama-sama berjuang untuk bisa bertahan hidup. Hal ini memunculkan dorongan untuk bangkit bersama-sama dan memiliki harapan bahwa segala sesuatunya akan baik. Hal ini terlihat dengan keterlibatan ODHA dalam suatu kelompok yang disebut Kelompok Dukungan Sebaya KDS, dimana anggotanya adalah sesama ODHA yang bisa saling berbagi pengalaman, harapan dan saling menguatkan Farah Nurbani, 2009. Akan tetapi salah satu faktor yang mempengaruhi ODHA untuk bisa bergabung dan diterima dengan terbuka dalam kelompok yang lebih luas yaitu kelompok masyarakat adalah adanya stigma dan diskriminasi dari masyarakat terhadap ODHA yang membuat mereka diasingkan dan dikucilkan. Faktor-faktor yang menimbulkan stigma dan diskriminasi di masyarakat adalah karena penyakit HIVAIDS dapat mengancam jiwa, informasi yang kurang tepat mengenai penyakit HIVAIDS dan adanya kepercayaan dimasyarakat bahwa penyakit ini adalah merupakan suatu “hukuman” atas perbuatan yang melanggar moral atau tidak bertanggungjawab sehingga penderita HIVAIDS itu “pantas” untuk Universitas Sumatera Utara menerima perlakuan-perlakuan yang tidak selayaknya mereka dapatkan, sehingga penderita HIV harus dihindari Sarafino, 2006. Ketakutan karena pengalaman dan kemungkinan mendapat stigma dan diskriminasi membuat ODHA enggan untuk bergabung dengan kelompok masyarakat, bahkan membuat mereka cemas saat berhadapan dengan orang lain. Hal ini membuat mereka memiliki penilaian yang kerap kali salah terhadap orang yang mendekati mereka. Ketakutan mendapat stigma justru membuat mereka sendiri menstigma diri sendiri bahwa mereka akan direndahkan dan dikucilkan. Pikiran negatif ini membuat mereka cenderung untuk menarik diri dan menghindari pergaulan dengan orang lain bahkan menghambat mereka untuk mencari dukungan sosial yang dapat membantu mereka mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya Sahabat Senandika, Yayasan Spiritia, No. 12, November 2003. Jika dilihat dari pengkategorian subjek, hasil penelitian menujukkan bahwa persentasi hubungan terbesar terlihat pada social support kategori tinggi dengan optimisme pada kategori tinggi yaitu 60,47 26 orang. Kedua diduduki oleh social support kategori sedang dengan optimisme kategori tinggi yaitu 32,56 14 orang. Ketiga diduduki oleh social support kategori stinggi dengan optimimse kategori rendah yaitu 4,65 2 orang. Keempat diduduki oleh social support kategori sedang dengan optimisme kategori rendah yaitu 2,33 1 orang. Perbandingan mean pada masing-masing bentuk dukungan sosial menggambarkan asumsi bahwa subjek pada penelitian ini merasakan dan Universitas Sumatera Utara mempersepsikan dukungan emosional lah yang paling dirasakan paling tinggi dari interaksinya dengan orang lain kemudian yang kedua adalah dukungan informasi, kemudian dukungan berupa bantuan nyata dan langsung tangible dan yang paling sedikit dirasakan oleh subjek adalah dukungan companionship. Sementara dengan melihat kekuatan hubungan masing-masing bentuk dukungan sosial dengan optimisme diperoleh bahwa kekuatan hubungan paling tinggi dengan optimisme adalah tangible support r s =0,461, kemudian companionship support r s =0,428, emotional support r s =0,405, dan terakhir adalah informational support r s =0,340. Hasil ini memberikan gambaran bahwa akan sangat baik jika dukungan berupa bantuan langsung dan nyata tangible support lebih banyak banyak dirasakan karena berhubungan kuat dan signifikan dengan rasa optimis mereka. Sementara pada kenyataannya melalui penelitian ini ditemukan bahwa dukungan emosional yang paling dirasakan oleh mereka, dan dukungan emosional ada diurutan ketiga jika mengacu pada kekuatan hubungan masing-masing bentuk dukungan sosial. Hal menarik yang dijumpai dalam penelitian ini adalah rata-rata dukungan sosial yang mereka rasakana dari interaksinya dengan orang lain berdasarkan data kontrol tidak jauh berbeda satu sama lain. Tetapi diperoleh hasil bahwa pada subjek yang telah menderita HIVAIDS selama kurang atau sama dengan 3 tahun, dukungan sosial yang mereka rasakan berhubungan dengan rasa optimisnya, sementara pada subjek yang menderita HIVAIDS lebih lama dari 3 tahun diperoleh hasil bahwa dukungan sosial yang mereka rasakan tidak berhubungan dengan rasa optimis mereka. Demikian halnya dengan subjek yang tinggal Universitas Sumatera Utara bersama keluarga, diperoleh hasil bahwa dukungan sosial yang mereka rasakan berhubungan dengan rasa optimis mereka sementara subjek yang tinggal dengan pasangannya, anaknya saja, atau bersama teman kost tidak ditemukan hubungan antara dukungan sosial yang mereka rasakan dengan rasa optimis mereka. Hal ini berarti adalah dukungan sosial yang diberikan kepada mereka sangat penting pada masa awal mereka menjadi ODHA. Dan hasil ini berarti bahwa keberadaan mereka ditengah-tengah keluarga, atau hidup dan tinggal bersama keluarga dengan status mereka ODHA sangat berarti untuk membangun rasa percaya diri mereka dalam menghadapi kehidupannya. Dalam penelitian ini, peneliti sangat menyadari bahwa penelitian ini memiliki beberapa kelemahan terkait dengan pengambilan sampel, analisis data, dan instrumen alat ukur. Faktor situasional di lapangan membuat pengambilan sampel dilakukan dengan teknik incidental sampling hal tersebut mengakibatkan generalisasi dapat dikenakan. Analisis statistik nonparametrik mengakibatkan hasil penelitian hanya dapat digunakan sebatas pada subjek penelitian. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan diuraikan kesimpulan dari penelitian ini yang kemudian akan dilanjutkan dengan saran-saran metodologis dan praktis yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang yang berhubungan dengan penelitian ini.

A. KESIMPULAN

Berikut ini akan dipaparkan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan hasil penelitian. 1. Pada ODHA yang mengikuti penelitian ini terlihat bahwa social support berhubungan dengan optimisme. Hubungan yang terbentuk adalah hubungan positif dimana semakin mereka merasakan kepuasan akan kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan dari orang lain maka akan tinggi pula keyakinan mereka memiliki ekspektasi positif yaitu hasil yang baik dan menyenangkan di masa mendatang meskipun mereka menghadapi kemalangan atau kesulitan dalam kehidupannya. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pengolahan data dengan korelasi spearman sebesar r s =0.467 signifikan pada p0.05 p=0.001 2. Pada ODHA yang mengikuti penelitian ini terlihat bahwa masing-masing bentuk social support berhubungan dengan optimisme. Hubungan yang terbentuk juga adalah hubungan positif yang berarti semakin semakin mereka merasakan kepuasan akan rasa nyaman, perhatian, dan penerimaan Universitas Sumatera Utara