Tahap persiapan penelitian Prosedur Penelitian

G. Prosedur Penelitian

Sebelum dilaksanakan penelitian di lapangan maka peneliti perlu melakukan beberapa prosedur, yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap persiapan penelitian

a. Persiapan alat ukur Sebelum melakukan uji coba alat ukur, peneliti terlebih dahulu menyiapkan alat ukur yang akan digunakan. Alat ukur yang digunakan terdiri dari dua buah kuesioner yaitu kuesioner optimisme dan kuesioner dukungan sosial. Kuesioner yang pertama yaitu alat ukur optimisme Life Orientation Test-Revised LOT-R yang diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dari bahasa Inggris. Proses adaptasi ini dilakukan dengan penerjemahan alat ukur ke dalam bahasa Indonesia yang dilakukan dengan bantuan profesional judment yaitu ahli bahasa yang memiliki lisensi sebagai penerjemahan yaitu pada sebuah lembaga bahasa. Setelah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, alat ukur kembali diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk melihat keakuratan terjemahan. Kemudian hasil terjemahan bahasa Indonesia kemuadia dianalisis kembali hingga menghasilkan aitem akhir yang berjumlah 10 buah aitem yang kemudian diujicobakan dengan menyebar 50 kuesioner optimisme. Penyusunan alat ukur untuk dukungan sosial pada orang dengan HIVAIDS terlebih dahulu melakukan survey sebanyak dua kali. Survey pertama dilakukan terhadap orang dengan HIVAIDS dan orang yang bergerak dalam bidang HIVAIDS, untuk melihat dukungan sosial yang dibutuhkan ditinjau dari Universitas Sumatera Utara bentuk-bentuk dukungan sosial. Survey kedua dilakukan untuk melihat sumber- sumber pemberi dukungan sosial yang tepat terhadap orang dengan HIVAIDS. Hasil survey pertama menunjukkan bahwa hampir semua dukungan sosial yang ada di survey dibutuhkan oleh orang dengan HIVAIDS. Dari 10 orang yang disurvey, 3 orang menyatakan bahwa orang dengan HIVAIDS tidak perlu ditemani dan diantar, tidak memerlukan bantuan materi uang untuk berobat dan tidak perlu untuk didampingi dan diperhatikan sewaktu sakit. Selain itu ditemukan juga 2 orang menyatakan bahwa orang dengan HIVAIDS tidak membutuhkan penghargaan dan penilaian positif atas segala keadaannya. Dan 1 orang menyatakan orang dengan HIVAIDS tidak memerlukan saran-saran dan nasihat. Dari survey kedua terhadap sumber dukungan sosial, diperoleh bahwa kebanyakan orang dengan HIVAIDS memerlukan dukungan sosial dari keluarga, masyarakat, sesama ODHA dan tim medis. Berdasarkan kedua survey ini kemudian dibuat blue print dan aitem-aitem untuk mengukur dukungan sosial pada orang dengan HIVAIDS. Alat ukur ini kemudian diujicobakan pada orang dengan dengan HIVAIDS dengan dengan menyebar kuesioner sebanyak 50 kuesioner. Hasil uji coba alat ukur dari 34 aitem untuk mengukur dukungan sosial aitem yang lolos berjumlah 20 aitem

2. Tahap pelaksanaan penelitian