Penyelesain Secara Bipartie Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja di Luar Pengadilan Non-Litigasi

Pelaksanaanya sering kali pengusaha harus menghadirkan para manajer ke persidangan untuk memberikan kesaksian tentang kondisi perusahaan dan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menyelematkan perusahaan, yang sering kali kesaksian tersebut oleh hakim dianggap tidak bernilai hukum karena keterangan diberikan tidak dibawah sumpah. Majelis hakim yang masih berkenaan mendengarkan saksi tanpa disumpah umumnya, memahami bahwa perselisihan antara pengusaha dengan pekerja sehingga tidak mungkin mengharapkan keterangan saksi dari pihak luar.

B. Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja di Luar Pengadilan Non-Litigasi

1. Penyelesain Secara Bipartie

Pasal 3 UU PPHI menentukan bahwa setiap perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan penyelesaian terlebih dahulu melalui perundingan bipartie secara musyawarah untu mufakat. Penyelesaian perselisihan melalui bipartie harus mampu diselesaikan paling lama tiga puluh hari kerja sejak tanggal dimulainya perundingan. Apabila jangka waktu tiga puluh hari para pihak menolak untuk berunding atau telah dilakukan perundingan tetapi tidak mencapai kesepakatan, perundingan bipartie dianggap gagal. 36 36 Zaeni Asyhadie, Op.cit, hal.149 Apabila perundingan mencapai mencapai persetujuan atau kespakatan maka persetujan bersama PB tersebut dicatatkan di Pengadilan Hubungan Industrial PHI, namun apabila perundingan tidak mencapai kata sepakat, maka slah satu pihak Universitas Sumatera Utara mencatatkan perselisihannya ke instansi yang bertanggu jawab di bidang ketenagakerjaan pada Kabupatenkota. Salah satu bukti persayarataan yang mutlak dalam pencatatan tersebut adalah bukti atau risalah perundingan Bipartie, apabila bukti perundingan tidak ada, maka pencatannya ditolak selanjutnya diberi waktu 30 hari untuk melakukan perundingan bipartie, dan apabila buktirisalah perundingan telah lengkap, maka kepada pihak pengadu ditawarkan tenaga penyelesaian perselisihan apakah melalui mediator, konsiliator, atau arbiter. 37 Penyelesaian perselisihan yang terbaik adalah penyelesaian oleh para pihak yang berselisih secara musyawarah mufakat tanpa ikut campur pihak lain. Begitu pula apabila terjadi perselisihan pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan terhadap pekerjaburuh sebaiknya penyesaiannya juga dilakukan secara musywarah mufakat, sehingga dapat memperoleh hasil yang menguntungkan kedua belah pihak. Selain itu, musyawarah dapat menekan biaya serta menghemat waktu. Itulah sebabnya UU PPHI mengharuskan setiap penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang terjadi diselesaikan terlebih dahulu melalui perundingan bipartie. 38 Perundingan bipartie adalah perundingan antara pekerjaburuh atau serikat pekerjaburuh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselishan hubungan industrial. 39 37 Mitar Pelawi, Op.cit.hal.8 38 Lalu Husni Op.cit, hal. 52-53 39 Pasal 1 angka 10 UU PPHI Jangka waktu penyelesaian perselisihan melalui perundingan bipartie adalah 30 tiga puluh hari kerja sejak tanggal Universitas Sumatera Utara dimulainya perundingan, dimana apabila salah satu pihak menolak untuk berunding atau telah dilakukan perundingan tetapi tidak mencapai kesepakatan, maka perundingan dianggap gagal. 40 Apabila dalam perundingan bipartie dapat mencapai kesepakatan penyelesaian, maka dibuat Perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh pihak pekerjaburuh dengan pihak perusahaan, yang mengikat dan menjadi hukum serta wajib dilaksanakan oleh para pihak. Serta didaftarkan oleh para pihak yang melakukan Perjanjian pada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah para pihak yang mengadakan Perjanjian Bersama. 41 Jika Perjanjian Bersama tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di Wilayah Perjanjian Bersama didaftarkan untuk mendapatkan penetapan eksekusi. Dalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama, maka permohonan eksekusi melalui Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah domisili pemohon eksekusi untuk diteruskan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang berkompeten melaksanakan eksekusi. 42

2. Penyelesaian Perselisihan Melalui Mediasi