BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang selalu membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk mendapatkan biaya hidup seseorang perlu bekerja. Bekerja dapat dilakukan
secara mandiri atau bekerja pada orang lain. Bekerja kepada orang lain dapat dilakukan dengan bekerja pada negara yang selanjutnya disebut dengan pegawai
atau bekerja pada orang lain swasta yang disebut dengan buruh atau pekerja. Pemutusan Hubungan Kerja PHK merupakan suatu hal yang merupakan
kegiatan yang sangat ditakuti oleh pekerjaburuh yang masih aktif bekerja. Hal ini karena kondisi kehidupan politik yang goyah, kemudian disusul dengan carut
marutnya kondisi perekonomian yang berdampak pada banyaknya industri yang gulung tikar dan tentu saja berdampak pada Pemutusan Hubungan Kerja yang
dilakukan dengan sangat tidak terencana. Kondisi inilah yang menyebabkan orang yang bekerja pada waktu ini selalu dibayangi kekhawatiran dan kecemasan, kapan
giliran dirinya diberhentikan dari pekerjaannya yang menjadi penopang hidup keluarganya.
Faktanya pemutusan hubungan kerja yang terjadi karena berakhirnya waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerja, tidak menimbulkan
permasalahan terhadap kedua belah pihak pekerjaburuh maupun pengusaha
Universitas Sumatera Utara
karena pihak yang bersangkutan sama-sama telah menyadari bahwa atau mengetahui saat berakhirnya hubungan kerja tersebut sehingga masing-masing
telah berupaya mempersiapkan diri menghadapi kenyataan itu. Berbeda halnya dengan pemutusan yang terjadi karena adanya perselisihan, keadaan ini akan
membawa dampak terhadap kedua belah pihak, lebih-lebih yang dipandang dari sudut ekonomis mempunyai kedudukan yang lemah jika dibandingkan dengan
pihak pengusaha.
4
Dampak krisis moneter 1998 masih dapat dirasakan sampai saat ini. Banyak perusahaan yang melakukan lock out karena tidak mampu beroperasi
dikarenakan nilai tukar rupiah yang jatuh merosot terhadap dollar. Lock out merupakan suatu tindakan yang senantiasa berkaitan dengan mogok. Jadi
sebetulnya tidak ada hubungannya dengan pesangon. Kalau ada tindakan-tindakan dalam sebuah perselisihan, maka senjatanya buruh adalah mogok dan senjata
perusahaan adalah melakukan PHK. Sehingga selama proses lock out terjadi, perusahaan tetap harus membayar kewajiban-kewajibannya atas buruh.
5
Di era globalisasi ini, permasalahan tentang sumber daya manusia dalam suatu perusahaan menuntut untuk lebih diperhatikan, sebab secanggih apapun
teknologi yang dipergunakan dalam suatu perusahaan serta sebesar apapun modal yang diputar perusahaan, karyawan dalam perusahaan yang pada akhirnya akan
menjalankannya. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa didukung dengan kualitas yang baik dari karyawan dalam melaksanakan tugasnya, dengan adanya modal
4
Zaeni Asyhadie, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, PT RajaGrafindo Persada, 2007, Jakarta, hal.177
5
Asfinnawati S.H. makalah “Pemutusan Hubungan Kerja Ditinjau dari Hukum Perburuhan”
Universitas Sumatera Utara
dan teknologi yang canggih mustahil akan membuahkan hasil yang maksimal, sebab termasuk tugas pokok karyawan adalah menjalankan proses produksi yang
pada akhirnya dapat mencapai keberhasilan perusahaan. Oleh karena itu konstribusi karyawan pada suatu perusahaan akan menentukan maju mundurnya
perusahaan. Saat menjalankan fungsinya sebagai salah satu elemen utama dalam suatu sistem kerja, karyawan tidak bisa lepas dari berbagai kesulitan dan masalah.
Salah satu permasalahan yang sedang marak saat ini adalah karena krisis ekonomi yang terjadi sehingga banyak perusahaan di Indonesia harus melakukan
restrukturisasi. Perusahaan harus mengurangi karyawannya dengan alasan efisiensi. Kondisi seperti ini diikuti oleh meningkatkanya pemutusan hubungan
kerja PHK sehingga setiap karyawan yang tidak mempunyai kompetensi tinggi harus memikirkan alternatif pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
6
Pertambahan penduduk yang berlangsung di Negara-negara berkembang cenderung mempertajam kepincangan dalam pembagian pendapatan. Hal ini
disebabkan keluarga-keluarga justru lebih bertambah di antara golongan masyarakat dengan pendapatan rendah. Selama ini tingkatan kematian di Negara-
negara berkembang pada umumnya berkurang berkat kebijaksanaan kesehatan umu, akan tetapi tingkata kelahiran tetap konstan. Dalam hubungan ini tingkat
fertilitas atau kesuburan yang tinggi dengan lingkungan sosial ekonomis yang bersangkutan. Diantara para keluarga yang termasuk golongan yang
berpenghasilan rendah terdapat pandangan dan perasaan bahwa adanya anak kelak sehingga merupakan jaminan hari tua untuk menunjang kebutuhan orang tua pada
6
Ibid, hal.2
Universitas Sumatera Utara
hari depan. Jika hal ini terus berlangsung maka kita akan diibaratkan berada dalam suatu lingkaran yang tak berpangkal. Sebab satu sma lain hanya menambah
cadangan angkatan kerja yang akan menekan tingkat upah tenaga kerja di sektor- sektor kegiatan ekonomi yang ada. Sehingga akan menimbulkan beban
pengangguran secara terbuka maupun terselebung
7
Setelah 65 tahun Republik Indonesia merdeka, pasal 27 tersebut tak kunjung terwujud. Bukannya semakin sejahtera, semakin lama rakyat semakin
menderita. Petani kehilangan tanah pertaniannya, nelayan kehilangan tangkapan ikan, kaum miskin kota tergusur dan buruh kehilangan pekerjaannya. Sementara
pemerintah tidak mampu menyediakan pekerjaan yang layak bagi seluruh rakyat. Akibatnya angka pengangguran tetap tinggi.
. Bagi Pekerja masalah Pemutusan Hubungan Kerja PHK merupakan
masalah yang kompleks, karena mempunyai hubungan dengan masalah ekonomi maupun psikologi. Masalah ekonomi karena PHK akan menyebabkan hilangnya
pendapatan, sedangkan masalah psikologi yang berkaitan dengan hilangnya status seseorang. Dalam skala yang lebih luas, dapat merambat kedalam masalah
pengangguran dan kriminalitas. Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan cita-cita berdirinya Republik
Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Undang Undang dasar 1945. Pasal 27 menyebutkan “Setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”.
7
Sunindhia Y.W. dan Ninik Widyanti ”Masalah PHK dan Pemogokan Kerja” PT Bina Aksara, 1988, Jakarta hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
Pemutusan Hubungan Kerja dengan alasan pasal 164 ayat 3, UU No. 13 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :
“Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja karena perusahaan tutup bukan karena mengalami kerugian 2 dua tahun berturut-turut atau
bukan karena keadaan memaksa force majuer tetapi perusahaan melakukan efisiensi, dengan ketentuan pekerja berhak atas uang pesangon
sebesar 2 dua kali ketentuan pasal 156 ayat 2, uang penghargaan masa kerja sebesar 2 dua kali ketentuan pasal 156 ayat 2, uang penghargaan
masa kerja sebesar 1 satu kali ketentuan pasal 156 ayat 3 dan uan pengganti hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat 4 ”.
Pada praktiknya, penerapan hukum untuk pengakhiran hubungan kerja dengan alasan tersebut lebih dikenal dengan PHK karena efisiensi. Definisi
efisiensi tidak dijelaskan dalam ketentuan Undang-undang Ketenagakerjaan, tetapi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “efisiensi” diartikan sebagai
ketetapan cara usaha dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya.
8
Pada saat ini PHK karena alasan efisiensi masih menjadi polemik karena terdapat dua penafsiran berbeda yang disebabkan karena ketentuan pasal 164 ayat
3 UU. No. 13 Tahun 2003, dalam praktik peradilan ketentuan pasal yang mengatur mengenai efisiensi, masih melakukan efisiensi maka perusahaan dalam
kondisi tutup. Namun ada yang menafsirkan bahwa perusahaan tidak perlu tutup untuk melakukan efisiensi apabila tindakan perubahan tersebut justru dapat
menyelamatkan perusahaan dan sebagian pekerja yang lainnya.
9
8
Ferianto Darmanto ”Himpunan Putusan Mahkamah Agung dalam Perkara PHI Pemutusan Hubungan Kerja PHK Disertai Ulasan Hukum” PT Raja Grafindo Persada, 2010 hal 263.
9
Ibid, hal.263
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan dampak PHK sangat kompleks dan cenderung menimbulkan perselisihan, maka mekanisme prosedur PHK diatur sedemikian
rupa agar pekerjaburuh telah mendapatkan perlindungan yang layak dan memperoleh hak-haknya sesuai dengan ketentuan. Perlindungan pekerja tersebut
dalam Bahasa Belanda disebut arbeidsbescherming. Maksud dan tujuan perlindungan buruh atau perlindungan pekerja adalah agar pekerja dapat
dilindungi dari perlakuan pemerasan oleh pihak pengusaha. Pemerintah sangat menaruh perhatian terhadap masalah perlindungan pekerjaburuh karena pada
umumnya posisi pekerja masih lemah, sehingga perlindungan kerja dan kesalamatan kerja akan dapat mewujudkan terpeliharanya kesejahteraan,
kesehatan, kedisplinan pekerja yang berada di bawah pimpinan pengusaha.
10
Mengenai perlindungan hak-hak pekerjaburuh ini yaitu apakah pesangon yang diberikan pengusaha sudah memadai atau belum. Apablia pemberian uang
pesangon sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka tidak ada permasalahan. Tetapi apabila dilihat dari keadaan si buruh, maka ketika
si buruh yang besangkutan mengalami PHK, maka untuk ke depannya buruh tersebut sudah tidak mendapat pemasukan lagi. Maka disini terlihat bahwa
pesangon bukan merupakan hal utama, melainkan keamanan dalam bekerja, yang dalam artian bahwa ketika buruh bekerja buruh tersebut merasa khawatir bahwa
sewaktu-waktu dia akan mendapat PHK. Disinilah peranan undang-undang
10
Saiful Anwar, Sendi-sendi Hubungan Kerja Pekerja Dengan Pengusaha,Kelompok keselamataan Pekerja ini dikelola oleh Bidang Pembiinaan Norma-norma Perlindungan Kerja
dalam 3 Sub. Dit Dalam Departemen Tenaga Kerja, yaitu : a.
Pembinaan dan pengawasan Perundang-undangan ; b.
Norma-norma Kerja c.
Tunjangan kecelakaan.
Universitas Sumatera Utara
memainkan peranan penting, yaitu sebagai pelindung buruh. Namun sayangnya UU Nomor 13 Tahun 2003 sebagai regulasi perburuhan terbaru justru tidak
mampu mengakmodsikan hal ini. Justru undang-undang sebelumnya secara tegas menyatakan bahwa PHK merupakan hal yang dilarang.
Pada kenyataannya, jangankan untuk memperoleh kehidupan yang layak. Untuk memperoleh pekerjaan, jaminan hidup ataupun perlindungan masih jauh
dari harapan. Malahan, buruh atau pekerja yang sudah memiliki pekerjaan walau ala kadarnya dalam prakteknya sangat mudah kehilangan pekerjaan dengan cara
Pemutusan Hubungan Kerja PHK. Tetapi tidak jarang dapat kita temukan banyak pekerjaburuh setelah
mereka terkena PHK, pekerjaburuh kadang meminta kepada pihak pengusahaperusahaan untuk dibayarkan hak-hak mereka melebihi apa yang diatur
dalam ketentuan yang berlaku. Dengan kondisi inilah yang membuat persoalan penyelesaian perselisihan PHK sulit diselesaikan.
Maka dalam penulisan skripsi ini akan dibahas mengenai bagaimana sebenarnya perlindungan hak-hak pekerjaburuh, berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya yaitu dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
B. Perumusan Masalah