Planlet yang Baik Waktu dan Tempat Penelitian

Kultur embrio belum matang yang diambil dari biji memiliki beberapa aplikasi, yaitu inkompatibilitas antar spesies atau kultivar yang timbul setelah pembentukan embrio akan menyebabkan aborsi embrio. Embrio seperti ini dapat diselamatkan dengan cara mengkulturkan embrio yang belum matang dan menumbuhkannya pada media kultur yang sesuai. Aplikasi lain yaitu untuk menyelamatkan embrio yang sudah matang agar tidak mati akibat serangan hama dan penyakit.

2.4 Planlet yang Baik

Plantlet yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau pekat artinya tidak tembus pandang, seperti kaca atau disebut vitrifikasi dan pertumbuhan akar bagus. Menurut Berliana 1998, ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak sehat dan tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar dan tidak ada yang menguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil, komposisi daun dan akar seimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar serabut 3 – 4 akar dengan panjang 1,5 – 2,5 cm. Dalam tahapan selanjutnya, planlet yang berkualitas baik di aklimatisasi ke ke lingkungan luar. Plantlet dikelompokan berdasarkan ukurannya untuk memperoleh bibit yang seragam. Sebelum ditanam plantlet sebaiknya diseleksi dulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, dan ukuran. Prosedur pembiakan dengan kultur in vitro baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal atau lingkungan luar dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Namun pada penelitian ini tahapan yang dilakukan hanya skala laboratorium, tahapan aklimatisasi tidak dilakuan sebab dilakukan pengamatan anatomi mikroskopik akar. Pada pengamatan ini akar diiris tipis sehingga planlet sudah tidak bisa di aklimatisasi. Universitas Sumatera Utara BAB 3 BAHAN DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Kultur Jaringan Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan. Pengamatan mikroskopik dilakukan di Laboratorium Ilmu Dasar Universitas Sumatera Utara. Sedangkan bahan tanaman berupa jeruk keprok berasal dari pasar Situmba, desa Gunung Tua Baringin, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian