Berat Planlet g Kultur Embrio Jeruk Keprok (Citrus Nobilis Lour) Pada Media MS Dengan Penambahan Kinetin

Dari Gambar 4.2.2 dapat dilihat bahwa terdapat tunas yang bercabang yang tumbuh dari embrio jeruk. Menurut Hartmann Kester 2002, bahwa jika dalam media kultur diberikan konsentrasi sitokinin lebih tinggi dibandingkan dengan auksin maka akan merangsang pembentukan dan multiplikasi tunas.

4.3 Berat Planlet g

Berdasarkan pada Lampiran D sidik ragam, kinetin memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap berat planlet. Perbandingan berat planlet dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Rata-Rata Berat Planlet g Waktu Pertumbuhan Perlakuan M 1 M 2 M 3 M 4 K 0.056 abA 0.092 0.116 0.081 K 1 0.050 bA 0.063 0.073 0.069 K 2 0.045 bA 0.098 0.131 0.105 K 3 0.073 aA 0.058 0.088 0.069 K 4 0.043 bA 0.075 0.146 0.037 Keterangan: K 0 ppm, K 1 1 ppm, K 2 2 ppm, K 3 3 ppm, K 4 4 ppm, M 1 1 minggu, M 2 2 minggu, M 3 3 minggu, M 4 4 minggu. Angka-angka pada kolom yang sama bila diikuti dengan huruf yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 huruf kecil, 1 huruf besar menurut Uji Jarak Duncan UJD. Tabel 4.2 dapat diketahui planlet pada minggu pertama yang memiliki berat tertinggi pada perlakuan K 3 yaitu 0,073 yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan K dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K 1 , K 2 dan K 4 . Pada minggu pertama berat planlet tertinggi pada perlakuan K 3 yaitu 0.073 dan terendah K 4 yaitu 0.043. Pada minggu ke dua berat planlet tertinggi pada perlakuan K 2 yaitu 0.098 dan terendah K 3 yaitu 0.058. Pada minggu ke tiga berat planlet tertinggi pada perlakuan K 4 yaitu 0.146 dan terendah K 1 yaitu 0.073. Pada minggu ke empat berat planlet tertinggi terdapat pada perlakuan K 2 yaitu 0.105 dan terendah K 4 yaitu 0.037. Pada penelitian ini nilai berat planlet tertinggi diperoleh pada perlakuan K 3 dengan konsentrasi 3 ppm yang mampu meningkatkan berat planlet. Hal ini sesuai dengan pendapat George Sherrington 1984, menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh yang diberikan harus dalam konsentrasi yang tepat untuk dapat memberikan 21 Universitas Sumatera Utara pengaruh terhadap berat basah kultur. Katuuk 1989, menambahkan bahwa sitokinin yang dikombinasikan dengan auksin dapat memacu pembesaran sel yang diikuti dengan meningkatnya bobot kultur terutama oleh meningkatnya pengambilan air oleh sel tersebut. Respon kinetin terhadap berat planlet untuk setiap minggunya dapat dilihat pada Gambar 4.3.1 di bawah. Gambar 4.3.1 Respon Kinetin Terhadap Berat Planlet Gambar 4.3.1 di atas dapat dilihat bahwa setiap minggu penambahan kinetin cenderung menurunkan berat planlet kecuali pada minggu ke tiga. Terdapat perbedaan terhadap konsentrasi kinetin yang menghasilkan berat planlet terbaik, hal ini mungkin disebabkan oleh faktor genetik dari eksplan yang digunakan memiliki perbedaan dalam merespon suatu perlakuan. Hal ini yang menjadi kelemahan dari data destruktif, karena hasil kultur yang diamati setiap minggu berasal dari eksplan berbeda, sehingga pola pertumbuhan tidak selalu akurat. Ketidakseragaman dalam pemilihan eksplan yang digunakan dapat juga menjadi faktor perbedaan hasil berat planlet setiap minggunya. Ekplan berasal dari embrio jeruk yang berbeda-beda kondisi genetiknya, sehingga hasil pertumbuhannya menunjukkan ketidakseragaman. Seperti yang dinyatakan oleh Gunawan 1987 , bahwa setiap sel, jaringan organ dan tanaman yang berbeda memberikan respon yang berbeda terhadap media tumbuh yang sama. Salisbury Ross 1995 menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam jumlah yang tepat dapat memberikan pengaruh terhadap berat kultur. Interaksi substansi pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh tersebut akan meningkatkan jumlah dan ukuran sel dalam jaringan sehingga dapat meningkatkan berat basah kultur Wareing Phillips, 1981, dalam Butar-butar, 2006. 22 Universitas Sumatera Utara

4.4 Jumlah Daun helai