perlakuan dan pengamatan setiap minggunya. Bagian akar diiris tipis secara melintang lalu diamati di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 4x10.
3.5 Variabel Pengamatan
Pengamatan dilakukan empat kali dengan interval waktu satu minggu. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :
a. Tipe Pertumbuhan Kultur
b. Jumlah Tunas buah
c. Berat Planlet g
d. Jumlah Daun buah
e. Panjang Tunas cm
f. Panjang Akar cm
g. Jumlah Akar cm
h. Pengamatan mikroskopik akar dari planlet dengan objek preparat segar yang
diambil dari setiap pengamatan interval pengambilan planlet 1 minggu i
.
Persentase kultur yang hidup Jumlah eksplan yang tumbuh
Persentase kultur yang hidup = X 100
Jumlah eksplan seluruh perlakuan
j.
Persentase kontaminasi keseluruhan Persentase kultur terkontaminasi dihitung setiap hari sejak awal hingga akhir
Jumlah eksplan yang terkontaminasi Persentase terkontaminasi =
X 100 Jumlah eksplan seluruh perlakuan
3.6 Analisis Data
Data penelitian menggunakan metode RAL non-faktorial ini dianalisis dengan Análysis of Variant ANOVA. Sedangkan untuk menguji beda nyata antara perlakuan
dilakukan dengan Uji Jarak Duncan UJD atau disebut dengan Duncan Multiple
Range Test DMRT Sastrosupadi, 2004.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tipe Pertumbuhan Kultur
Hasil penelitian kultur embrio jeruk keprok pada media MS + ME + NAA dengan penambahan berbagai variasi kinetin diperoleh 100 tunas planlet. Hal ini sesuai
dengan persentase yang diharapkan yaitu memperoleh 75 hasil kultur hidup dan bebas kontaminasi. Penelitian menggunakan perbandingan konsentrasi auksin lebih
kecil dari konsentrasi sitokinin, sehingga menghasilkan planlet. Diketahui bahwa rasio auksin dan sitokinin jika diberikan dengan perbandingan konsentrasi yang sama, maka
akan menghasilkan kalus. Namun dengan konsentrasi lebih besar atau lebih kecil akan menghasilkan akar dan tunas.
Pada tunas sudah terbentuk daun dan batang berwarna hijau. Menurut Yusnita 2003, bahwa ciri-ciri tunas yang baik adalah daun berwarna hijau dan hijau tua.
Pemeliharaan kultur dengan cahaya optimal mampu merangsang eksplan untuk menghasilkan klorofil yang mendukung untuk pertumbuhan tunas planlet. Setelah 5
hari tunas planlet terbentuk dari sisi embrio yang dilukai. Dengan demikian diketahui bahwa media MS dengan penambahan kinetin 0,1,2,3 dan 4 ppm merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan tunas planlet jeruk keprok. Berikut Gambar 4.1 planlet dalam media MS + kinetin.
Gambar 4.1 Planlet Dalam Media MS + Kinetin a Daun b Batang c Media d Akar
b d
a
c
Universitas Sumatera Utara
4.2 Jumlah Tunas
Berdasarkan pada Lampiran C sidik ragam, kinetin memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap jumlah tunas. Perbandingan jumlah tunas dapat dilihat pada Tabel 4.2
di bawah.
Tabel 4.2 Rata-Rata Jumlah Tunas Waktu Pertumbuhan
Perlakuan M
1
M
2
M
3
M
4
K 1.50
1.83 1.00 Dd
1.83
K
1
1.16 2.16
2.50 abcABC 1.16
K
2
2.16 1.83
2.83 aA 2.83
K
3
2.16 2.16
2.50 abAB 2.16
K
4
2.50 1.66
1.66 bdBCD 1.33
Keterangan: K 0 ppm, K
1
1 ppm, K
2
2 ppm, K
3
3 ppm, K
4
4 ppm, M
1
1 minggu, M
2
2 minggu, M
3
3 minggu, M
4
4 minggu. Angka-angka pada kolom yang sama bila diikuti dengan huruf yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 huruf kecil, 1 huruf besar menurut Uji Jarak
Duncan UJD.
Tabel 4.2 menunjukka n jumlah tunas tertinggi pada pengamatan minggu ke tiga terdapat pada perlakuan K
2
yaitu 2.83 yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan K
1
dan K
3
serta berbeda sangat nyata dengan perlakuan K dan K
4
. Perlakuan kinetin pada minggu pertama menunjukkan jumlah tunas tertinggi pada perlakuan K
4
yaitu 2.50 dan terendah yaitu K
1
yaitu 1.16. Pada minggu ke dua jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan K
1
dan K
3
yaitu 2.16 dan terendah pada K
4
yaitu 1.66
.
Pada minggu ke tiga jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan K
2
yaitu 2.83 dan terendah pada K
yaitu 1.00. Pada minggu ke empat jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan K
2
yaitu 2.83 dan terendah pada K
1
yaitu 1.16. Berikut Gambar 4.2.1 grafik kuadratik pada pengamatan minggu ke tiga.
Gambar 4.2.1 Grafik Kuadratik Jumlah Tunas Dengan Perlakuan Kinetin Pada Minggu III
Universitas Sumatera Utara
Pada Gambar 4.2.1 diketahui pada minggu ke tiga terjadi peningkatan jumlah tunas dari konsentrasi 0 ppm K
, 1 ppm K
1
, sampai 2 ppm K
2
. Namun pada konsentrasi 3 ppm K
3
dan 4 ppm K
4
terjadi penurunan jumlah tunas. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi optimum untuk jumlah tunas terdapat pada perlakuan 2 ppm K
2
. Sesuai dengan prinsip kerja hormon tumbuhan yaitu pada konsentrasi rendah mampu
menimbulkan suatu respon fisiologis Salisbury Ross, 1992.
Kinetin berpengaruh terhadap penggandaan tunas melalui kultur jaringan yang dapat terlihat dari bertambahnya jumlah tunas pada konsentrasi optimum.
Kinetin mampu memacu pembentukan tunas pada kultur dengan cara meningkatkan
pembelahan dan pembesaran sel. Hal ini sesuai dengan pendapat George Sherington 1984, bahwa kinetin sangat efektif mendukung secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembentukan pucuk. Secara umum kinetin juga digunakan untuk menumbuhkan dan menggandakan tunas aksilar atau merangsang tumbuhnya tunas-
tunas adventif Yusnita, 2003. Dengan konsentrasi kinetin yang digunakan berkisar dari 0.1-1.0 mgl Gunawan, 1995.
Sitokinin dalam konsentrasi rendah akan dapat memacu perkembangan tunas sedangkan sitokinin konsentrasinya tinggi dalam media kultur akan dapat merangsang
pembentukan atau penggandaan tunas Magoon Singh, 1995; Goh et al., 1995 dalam Nurwahyuni, 2005. Menurut Kusumo 1984 dalam Kasi 2008, kinetin
berperanan dalam pembelahan sel dan morfogenesis, sedangkan auksin berperanan dalam mengatur pertumbuhan dan pemanjangan sel. Hal ini menunjukkan bahwa
sitokinin dan auksin berperanan saling melengkapi dalam menginduksi tunas. Eksplan yang membentuk tunas dapat dilihat pada Gambar 4.2.2 berikut:
Gambar 4.2.2 Eksplan Membentuk Tunas Pada Perlakuan K
2
3.2
tunas 20
Universitas Sumatera Utara
Dari Gambar 4.2.2 dapat dilihat bahwa terdapat tunas yang bercabang yang tumbuh dari embrio jeruk. Menurut Hartmann Kester 2002, bahwa jika dalam media
kultur diberikan konsentrasi sitokinin lebih tinggi dibandingkan dengan auksin maka akan merangsang pembentukan dan multiplikasi tunas.
4.3 Berat Planlet g