Panjang Tunas cm Kultur Embrio Jeruk Keprok (Citrus Nobilis Lour) Pada Media MS Dengan Penambahan Kinetin

Gambar 4.4.1 diketahui bahwa kinetin cenderung memengaruhi jumlah daun seiring dengan peningkatan konsentrasi kinetin. Kinetin yang termasuk dalam sitokinin mampu menghasilkan jumlah helai daun yang tinggi. Menurut Barden et al., 1987 bahwa perkembangan sel pada daun sebagian dikontrol oleh sitokinin. Sitokinin yang ditambahkan pada media kultur jaringan dapat merangsang pembelahan sel dan diferensiasi sel. Daun Menurut Davies 1987 dalam Bintang 2002, mengatakan bahwa sitokinin yang optimum akan lebih memengaruhi pembentukan daun dari pada pembentukan organ tanaman lain. Berikut Gambar 4.4.2 eksplan yang membentuk daun. Gambar 4.4.2 Eksplan Membentuk Daun Pada Perlakuan K 3 4.1 Penelitian Veronika 2007, apabila dibandingkan pengaruh jumlah daun, dihasilkan atonik 1,5 mlL + kinetin 0,1 mgL menunjukka n jumlah daun terendah dan pada perlakuan kinetin 2 mgL, menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kinetin tunggal lebih baik dalam memacu pembentukan daun dari pada pemberian kinetin yang dikombinasikan dengan atonik.

4.5 Panjang Tunas cm

Berdasarkan Lampiran F sidik ragam, kinetin memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap panjang tunas. Perbandingan panjang tunas dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini. daun Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Rata-Rata Panjang Tunas cm Waktu Pertumbuhan Perlakuan M 1 M 2 M 3 M 4 K 1.26 2.00 2.16 1.48 K 1 1.68 0.90 2.10 1.73 K 2 0.90 1.56 2.13 1.93 K 3 1.60 1.25 1.71 1.15 K 4 1.23 0.96 1.90 0.91 Keterangan: K 0 ppm, K 1 1 ppm, K 2 2 ppm, K 3 3 ppm, K 4 4 ppm, M 1 1 minggu, M 2 2 minggu, M 3 3 minggu, M 4 4 minggu Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa panjang tunas tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan. Panjang tunas tertinggi pada minggu pertama terdapat pada perlakuan K 1 yaitu 1.68 dan terendah pada K 2 yaitu 0.90. Pada minggu ke dua panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan K yaitu 2.00 dan terendah pada K 1 yaitu 0.90. Pada minggu ke tiga panjang tunas tertinggi pada perlakuan K yaitu 2.16 dan terendah pada K 3 yaitu 1.71. Pada minggu ke empat panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan K 2 yaitu 1.93 dan terendah yaitu K 4 0.90. Respon kinetin terhadap panjang tunas untuk setiap minggunya dapat dilihat pada Gambar 4.5.1 di bawah. Gambar 4.5.1 Respon Kinetin Terhadap Panjang Tunas Dari Gambar 4.5.1 dapat diketahui bahwa pada grafik dapat dilihat pada minggu pertama pertumbuhan panjang tunas terjadi secara fruktuatif. Pada minggu ke dua panjang tunas cenderung mengalami penurunan. Pada minggu ke tiga panjang tunas cenderung konstan. Pada minggu ke empat panjang tunas cenderung membentuk pola kuadratik. Secara umum, pada minggu ke dua perlakuan K menunjukkan panjang tunas tertinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinetin tidak diperlukan dalam pemanjangan tunas. Menurut Gunawan 1987 bahwa Universitas Sumatera Utara penambahan auksin dan sitokinin eksogen kedalam media kultur tidak selalu dibutuhkan. Salisbury Ross 1995 menambahkan bahwa batang dan akar yang sedang memanjang tidak membutuhkan sitokinin dalam jumlah tinggi, meskipun tanaman harus membutuhkan sitokinin untuk perpanjangan batang dan akar, kandungan sitokinin endogennya sudah mencukupi. Hal ini diduga bahwa sitokinin eksogen akan menghambat pertumbuhan in vitro yang disebabkan karena konsentrasi sitokinin tersebut dalam tanaman menjadi berlebihan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian ini yang memberikan pengaruh panjang tunas terbaik pada perlakuan tanpa penambahan kinetin. Berikut Gambar 4.5.2 perbadingan panjang tunas pada setiap konsentrasi kinetin. Gambar 4.5.2 Perbandingan Panjang Tunas Pada Perlakuan K , K 1 , K 2 , K 3 , K 4. a b c d e Pembentukan Tunas 4.6 Panjang Akar cm Berdasarkan Lampiran G sidik ragam, kinetin berpengaruh nyata terhadap panjang akar. Perbandingan panjang akar dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini. Tabel 4.6 Rata-Rata Panjang Akar cm Waktu Pertumbuhan Perlakuan M 1 M 2 M 3 M 4 K 1.66 2.78 Aa 2.21 1.48 K 1 1.36 1.08 bB 2.28 2.51 K 2 1.68 1.91 abAB 2.66 2.93 K 3 2.10 1.03 bB 2.03 1.53 K 4 1.21 0.93 bB 2.88 1.16 Keterangan: K 0 ppm, K 1 1 ppm, K 2 2 ppm, K 3 3 ppm, K 4 4 ppm, M 1 1 minggu, M 2 2 minggu, M 3 3 minggu, M 4 4 minggu. Angka-angka pada kolom yang sama bila diikuti dengan huruf yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 huruf kecil, 1 huruf besar menurut Uji Jarak Duncan UJD. a b c d e Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 di atas menunjukka n bahwa dari empat minggu pengamatan ternyata pengaruh kinetin terhadap panjang akar berbeda nyata pada minggu ke dua. Pada minggu ke dua tersebut, panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan K yaitu 2.78 yang tidak berbeda nyata pada K 2 dan berbeda nyata pada K 1 , K 3 dan K 4 . Pada minggu pertama panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan K 3 yaitu 2.10 dan terendah K 4 yaitu 1.21. Pada minggu ke dua panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan K yaitu 2.78 dan terendah K 4 yaitu 0.93. Pada minggu ke tiga panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan K 4 yaitu 2.88 dan terendah pada K 3 yaitu 2.03. Pada minggu ke empat panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan K 2 yaitu 2.93 dan terendah K 4 yaitu 1.16. Respon kinetin terhadap jumlah akar untuk setiap minggunya dapat dilihat pada Gambar 4.6.1 di bawah. Gambar 4.6.1 Respon Kinetin Terhadap Panjang Akar Gambar 4.6.1 dapat dilihat bahwa pada minggu ke dua pemberian konsentrasi kinetin yang semakin meningkat akan cenderung menurunkan pertumbuhan panjang akar. Dalam hal ini peningkatan konsentrasi kinetin yang diberikan ke dalam media akan menghambat pertumbuhan akar karena kinetin endogen yang ada dalam eksplan sudah mencukupi untuk pertumbuhan akar. Perbedaan tingkat konsentrasi yang merespon panjang akar pada setiap minggunya disebabkan oleh faktor genetik dari eksplan yang berbeda-beda dalam merespon hormon eksogen. Weier et al., 1974 dalam Veronika 2007, menyatakan bahwa apabila dalam perbandingan sitokinin lebih besar dari auksin, maka hal ini akan memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila 27 Universitas Sumatera Utara sitokinin lebih rendah dari auksin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar. Menurut Gunawan 1995, bahwa pemberian sitokinin eksogen dengan konsentrasi tinggi ditambah dengan adanya sitokinin endogen yang tinggi di dalam akar akan menghambat pertumbuhan dan pembentukan akar tanaman. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Salisbury Ross 1995 bahwa batang dan akar yang sedang memanjang terkadang tidak memerlukan sitokinin walaupun kedua organ ini mungkin membutuhkan hormon tersebut untuk memanjang, karena kandungan sitokinin dalam jaringan sudah mencukupi. Berikut Gambar 4.6.2 panjang akar pada perlakuan 0,1,2,3 dan 4 ppm. Gambar 4.6.2 Perbandingan Panjang Akar Pada Perlakuan K , K 1 , K 2 , K 3 , K 4 . a b c d e Pembentukan Akar Gambar 4.6.2 di atas dapat dilihat bahwa akar berkembang dengan baik sehingga dapat menyerap unsur hara secara optimal dari media MS. Pembentukan akar pada kultur jaringan biasanya diinduksi setelah terbentuk tunas. Namun akar juga dapat langsung terbentuk dari pucuk maupun planlet, jika ke dalam media diberikan sitokinin yang mencukupi. Mattjik 2005 menyatakan bahwa bila eksplan pada kultur pertama langsung membentuk akar, maka sedikit kemungkinannya dapat membentuk tunas. Penelitian Veronika 2007, apabila dibandingkan pengaruh panjang akar, dihasilkan atonik 1,5 mlL + kinetin 0,1 mgL memperlihatkan panjang akar terendah bila dibandingkan dengan kinetin 2 mgL. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian a b c d e Universitas Sumatera Utara kinetin tunggal lebih baik dalam memacu pembentukan panjang akar dari pada pemberian kinetin yang dikombinasikan dengan atonik.

4.7 Jumlah Akar