commit to user
34
Ketunanetraan juga dapat disebabkan oleh penyakit akut antara lain sebagai berikut:
1. Diabetes Melitus 2. Hipertensi
3. Opthalmopati Endokrin 4. Infeksi Sistemik
5. Kekurangan Vitamin A 6. Trauma
a. Trauma tumpul b. Trauma tajam
c. Trauma kimia d. Trauma sinar
e. Trauma listrik f. Adanya benda asing yang masuk ke dalam mata,termasuk didalamnya
debu, bakteri penyakit, sengatan binatang.
c. Karakteristik Anak Tunanetra
Tingkah laku anak tunanetra sering menunjukkan perbedaan dengan anak awas, hal ini tentunya disebabkan oleh ketidakmampuannya menerima
rangsang akibat dari ketidakfungsian indera penglihatannya. Dengan hanya melihat tingkah laku anak tunanetra sudah terlihat jelas perbedaan yang
mencolok antara anak tunanetra dengan anak awas. Jamila K. A Muhammad 2008:80-81, gejala yang biasa terjadi pada
anak-anak yang mungkin mengalami masalah penglihatan dapat dilihat dengan tiga aspek, yaitu:
1 Pertanda fisik: a Bola mata selalu berputar-putar
b Mata selalu bergerak-gerak c Tidak merepon terhadap cahaya yang terang
d Terdapat bintik-bintik putih pada pupil e Bagian tepi mata berwarna merah
f Mata selalu berair
commit to user
35
g Mata terlalu sensitif terhadap cahaya 2 Tingkah laku:
a Selalu memajukan kepalanya ke depan, misalnya untuk melihat papan tulis atau objek tertentu
b Selalu memicingkan kepala c Sering mengedipkan mata
d Sering mengusap-usap mata e Sering menutup sebelah matanya
f Sering menabrak benda g Sering salah dalam mengenali huruf
h Selalu menonton televisi atau membaca buku dengan jarak yang sangat dekat
i Sering memegangi kepala dengan cara yang aneh j Sering mengeluarkan air mata
k Memegang buku atau bacaan yang terlalu dekat dengan wajahnya l Sering mencari-cari baris kalimat yang dibaca
m Sering mencontek pekerjaan teman n Sering tidak membuat tugas yang diberikan
o Selalu menghindar untuk membuat setiap tugas yang diberikan 3 Keluhan:
a Selalu mengeluh sakit kepala, mual, dan pening b Penglihatan kabur
c Penglihatan berbayang-bayang d Penglihatan kabur setelah melakukan pekerjaan dengan konsentrasi
tinggi e Sensitive terhadap cahaya
f Mata selalu gatal
d. Klasifikasi Tunanetra
Untuk dapat memberikan pendidikan dan pelayanan yang sesuai bagi seorang tunanetra, tunanetra harus di kelompokkan atau dibagi kedalam
commit to user
36
beberapa kelompok, karena dengan berada dalam suatu kelompok dengan gejala yang sama tunanetra akan lebih mudah untuk di beri pendidikan dan
juga layanan yang sesuai. Berikut adalah beberapa pengklasifisian tunanetra: Berdasarkan klasifkasi dari WHO, menurut Hosni dalam Yosfan
Azwandi2007:110 berdasarkan hasil pengukuran tes Snellen ketajaman seseorang dihubungkan dihubungkan dengan tingkat efisiensi yang tersisa,
yang mana dapat dilukiskan dalam tabel berikut. Tabel. 2.1. Klasifikasi Tunanetra Berdasarkan Hasil Tes Snellen
NO Ketajaman
Tingkat Efisiensi Keterangan
1 2020 f
Efisiensi = 100 Kategori Normal
2 2035 f
Efisiensi = 87,5 3
2070 f Efisiensi = 64,5
Low Vision Keterbatasan
Penglihatan 4
20100 f Efisiensi = 48,9
5 20200 f
Efisiensi = 20,0 6
20200 f Efisiensi = 20,0
Keterbatasan Berat 7
0 f Efisiensi = 0
Buta Total
Berdasarkan saat terjadinya kebutaan dalam Anastasia Widdjajantin dan Imanuel Hitipeuwtt:7,Tunanetra dapat diklsifikaskan menjadi:
1. Tunanetra sebelum dan sejak lahir 2. Tunanetra Batita
3. Tunanetra Balita 4. Tunanetra Pada Usia Sekolah
5. Tunanetra Remaja 6. Tunanetra Dewasa
Berdasarkan tingkan kelemahan visual dalam Anastasia Widdjajantin dan Imanuel Hitipeuwtt:9, tunanetra dapat di klasifikaskan menjadi:
1. Tidak ada kelemahan visual normal 2. Kelemahan visual ringan
3. Kelemahan visual sedang 4. Kelemahan visual parah
5. Kelemahan visual sangat parah 6. Kelemahan Visual yang mendekati buta total
7. Kelemahan visual total
commit to user
37
Meninjau dari pendapat tentang tingkat ketunanetraan di atas, penulis membuat kesimpulan, bahwa katunanetraan memang dapat diklasifikasikan
berdasarkan taraf kehilangan penglihatan dan waktu terjadinya ketunanetraan. Dasar klasifikasi ini adalah yang paling berguna dalam pemberian tindak
lanjut dalam pemberian layanan maupun pendidikan bagi anak tunanetra. Dengan mengetahui tingkat kehilangan penglihatan anak, maka baik orangtua
maupun guru di sekolah dapat menyesuaikan segala bentuk cara untuk mengajarkan kemampuan-kemampuan aktivitas sehari-hari termasuk juga
dalam mengajarkan kemampuan orientasi dan mobilitas kepada anak dengan lebih efektif.
e. Dampak Ketunanetraan