PENGGUNAAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN BELAJAR KELAS II SD DI SLB A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

PENGGUNAAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN

BELAJAR KELAS II SD DI SLB/ A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

Skripsi

Oleh : ANIK MARYANI

NIM K5107007

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGGUNAAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN

BELAJAR KELAS II SD DI SLB/ A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh : ANIK MARYANI

NIM K5107007

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

commit to user

iii


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Anik Maryani. PENGGUNAAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN BELAJAR KELAS II SD DI SLB/ A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni , 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar membaca pada anak kesulitan belajar kelas II SD di SLB/ A YKAB Surakarta tahun ajaran 2010/2011.

Penelitian ini berbentuk Classroom Action Research/ Penelitian Tindakan Kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti, guru, dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes, dan analisis dokumen. Untuk menguji validitas data, penulis menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif dan analisis kritis. Data kuantitatif berupa hasil tes dianalisis dengan menggunakan deskriptif komparatif yaitu dengan mencari nilai rerata dan persentase ketuntasan belajar, kemudian membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator ketercapain. Sedangkan data kualitatif yang berasal dari hasil observasi, wawancara, dan dokumen dianalisis dengan menggunakan analisis kritis.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Metode Fernald dapat meningkatkan prestasi belajar membaca pada siswa kesulitan belajar kelas II SD di SLB/ A YKAB Surakarta tahun ajaran 2010/2011


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAC

Anik Maryani. THE USE OF FERNALD METHOD TO IMPROVE THE READING LEARNING ACHIEVEMENT IN II LEARNING DISABLED GRADERS OF ELEMENTARY SCHOOL IN SLB/A YKAB SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, June 2011.

The objective of research is to improve the reading learning achievement in II Learning Disabled Graders of Elementary School in SLB/A YKAB Surakarta in the School Year of 2010/2011.

This study belongs to a Classroom Action Research, that is, an observation on the learning activity in the form of action, deliberately emerged and occurring in a classroom simultaneously. This research is a collaboration of researcher, teacher, and students. Technique of collecting data used was research and observation, interview, test, and document analysis. In order to validate the data, the author employed data and method triangulations. Technique of analyzing data used was a descriptive comparative and critical analysis. The quantitative data containing the test result was analyzed using descriptive comparative, by looking for the mean value and percentage of learning passing, then comparing the inter-cycles test value with the achievement indicator. Meanwhile the qualitative data deriving from result of observation, interview and document was analyzed using critical analysis.

Considering the result of research conducted, it can be concluded that the use of Fernald Method can improve the reading learning achievement in II Learning Disabled Graders of Elementary School in SLB/A YKAB Surakarta in the School Year of 2010/2011.


(7)

commit to user

vii

HALAMAN MOTTO

!

"

#

!

"

$


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

%

&

'

'

(

)

*

(

'+*

,!-.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah memberi kenikmatan hidayah serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin penulisan skripsi;

2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan persetujuan skripsi;

3. Drs. Gunarhadi, M.A, Ph.D, Ketua Program Pendidikan Luar Biasa yang telah memberikan izin penulisan skripsi;

4. Drs. Rachmad Djatun, M.Pd., selaku pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi;

5. Dra. Munzayanah, selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar;

6. Prof. Dr. Sunardi, M. Sc. Pembimbing Akademik, yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan Luar Biasa FKIP UNS;

7. Bapak ibu dosen Program Pendidikan Luar Biasa yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis;

8. Drs. Bambang S., selaku Kepala Sekolah SLB/ A YKAB Surakarta yang memberikan izin untuk melakukan penelitian di tempat tersebut;

9. Maryuni, S.Pd., selaku Guru Kelas II yang telah memberikan waktu dan bantuan dalam melaksanakan penelitian;

10.Siswa kelas II SLB/ A YKAB Surakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian;


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

11.Teman- teman PLB 2007 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang membantu dan memberikan semangat dan dukungan selama menjadi mahasiswa dan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh Karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.

Surakarta, Juni 2011


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRAC ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR SKEMA ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Tinjauan Kesulitan Belajar ... 7

a. Pengertian Kesulitan Belajar ... 7

b. Karakteristik Anak Kesulitan Belajar ... 11

c. Gejala Kesulitan Belajar ... 12

d. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 12

e. Kesulitan Belajar Membaca ... 14

f. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar Membaca ... 15


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

2. Tinjauan Prestasi Belajar ... 16

a. Pengertian Belajar ... 16

b. Unsur- Unsur Belajar ... 17

c. Prinsip – Prinsip Belajar ... 18

d. Jenis- Jenis Belajar ... 19

e. Prestasi Belajar ... 22

3. Tinjauan Membaca ... 23

a. Pengertian Membaca ... 23

b. Tujuan Membaca ... 25

c. Ciri-Ciri Membaca ... 26

d. Aspek-Aspek membaca ... 27

e. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca ... 28

f. Tahap-Tahap Perkembangan Membaca ... 30

g. Jenis Kegiatan Membaca ... 32

4. Tinjauan Metode Membaca Untuk Anak Berkesulitan Belajar ... 33

a. Metode Fernald ... 33

b. Metode Gillingham ... 35

c. Metode Analisis Glass ... 36

B. Penelitian Relevan ... 36

C. Kerangka Berfikir ... 37

D. Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 39

B. Metode Penelitian ... 40

C. Subyek Penelitian ... 41

D. Data dan Sumber Data ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Validitas Data ... 46


(13)

commit to user

xiii

H. Indikator Kinerja ... 48

I. Prosedur Penelitian ... 49

BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 52

1. Diskripsi Kondisi Awal ... 52

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... 54

a. Perencanaan ... 54

b. Pelaksanaan Tindakan ... 56

c. Observasi ... 57

d. Refleksi ... 59

3. Pelaksanaan penelitian Siklus II ... 59

a. Perencanaan ... 59

b. Pelaksanaan Tindakan ... 61

c. Observasi ... 62

d. Refleksi ... 64

B. Hasil Penelitian ... 64

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kurikulum Pembelajaran ... 77

Lampiran 2 Soal Pretest/ Posttest ... 78

Lampiran 3 Format Penilaian ... 79

Lampiran 4 Lembar Observasi Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Membaca ... 80

Lampiran 5 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran Membaca ... 82

Lampiran 6 RPP Siklus I ... 83

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Membaca pada kegiatan Siklus I ... 89

Lampiran 8 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran Membaca pada kegiatan Siklus I ... 91

Lampiran 9 RPP Siklus II ... 92

Lampiran 10 Lembar Observasi Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Membaca pada kegiatan Siklus II ... 98

Lampiran 11 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran Membaca pada kegiatan Siklus II ... 100

Lampiran 12 Panduan Wawancara Dengan Guru Kelas II SLB/ A YKAB Surakarta ... 101

Lampiran 13 Rekap Nilai Pada Kegiatan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 102

Lampiran 14 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ... 103

Lampiran 15 Surat Ijin Penyusunan Skripsi ... 104

Lampiran 16 Surat Permohonan Ijin Research/ Penelitian ... 105

Lampiran 17 Surat Keterangan Kolaborasi ... 106

Lampiran 18 Surat Keterangan Melakukan Research/ Penelitian ... 107

Lampiran 19 Foto Pelaksanaan Penelitian Pra Siklus ... 108

Lampiran 20 Foto Pelaksanaan Siklus I ... 109


(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3. 1 Rencana Pelaksanaan kegiatan Penelitian dan penyusunan

skripsi ... 39 Tabel 4. 1 Daftar Nama Siswa Berkesulitan Belajar Kelas II SD

Di SLB/ A YKAB Surakarta ... 52 Tabel 4. 2 Daftar Nilai Membaca Pada Kegiatan Pra Siklus (Kemampuan

Awal) ... 53 Tabel 4. 3 Daftar Nilai Membaca Pada Kegiatan Siklus I ... 58 Tabel 4. 4 Daftar Nilai Membaca Pada Kegiatan Siklus II ... 63 Tabel 4. 5 Daftar Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kemampuan Awal,

Siklus I, Dan Siklus II ... 65 Tabel 4. 6 Peningkatan Nilai Membaca Setiap Siklus ... 66 Tabel 4. 7 Peningkatan Ketuntasan Belajar Membacasetiap Siklus ... 67


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4. 1 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Pra Siklus

(Kemampuan Awal) ... 54

Grafik 4. 2 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Siklus I ... 58

Grafik 4. 3 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Siklus II ... 63

Grafik 4. 4 Peningkatan Nilai Membaca Siswa Kelas II ... 66

Grafik 4. 5 Peningkatan Rata-Rata Nilai Membaca Setiap Siklus ... 67


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Kerangka Berfikir ... 39 Skema 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas ... 41


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting untuk setiap manusia. Dengan pendidikan kita dapat meningkatkan pemikiran lebih maju serta dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Semua warga Negara Indonesia wajib mendapatkan pendidikan dan pengayoman dari pemerintah.

Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak- hak yang sama yang diatur dalam Undang- Undang Dasar 1945. Pada buku Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, hak- hak yang dimiliki anak berkebutuhan khusus berdasar pada landasan yuridis formal meliputi: UUD 1945 ( amandemen ), UU no 20 tahun 2003 sistem pendidikan nasional dan UU no. 4 1997 tentang penyandang cacat.

Pada UUD 1945 (amandemen) tepatnya pada pasal 31 ayat 1 dan 2. Bunyi pasal 33 ayat 1 yaitu : “ Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”. sedangkan pada ayat 2 yaitu: “Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan berdasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Dengan demikian setiap warga Negara Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan dan dibiayai oleh pemerintah.

Pada UU no. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang berbunyi,

”Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis”.

Sedangkan pada UU no. 4 1997 tentang penyandang cacat pada pasal (5) berbunyi: “ Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan”. Dari pernyataan tersebut semua anak berkebutuhan khusus mempunyai hak dan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan ynag layak tanpa terkecuali.


(19)

commit to user

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa semua anak berkebutuhan khusus maupun anak normal wajib dan mempunyai hak mendapatkan pendidikan serta mempunyai hak yang sama dalam berbagai bidang. Misalnya memperoleh hak milik, hak mengeluarkan pendapat, hak untuk membela negara maupun hak mendapatkan pengayoman atau perlindungan. Dalam bidang hukum juga mempunyai hak yang sama dengan anak normal. Anak kesulitan belajar merupakan anak yang mempunyai kebutuhan khusus. Dengan demikian anak kesulitan belajar mempunyai hak yang sama dalam segala bidang seperti anak normal ataupun anak cacat. Sebagai contoh yaitu hak untuk memperoleh pendidikan, hak untuk mendapatkan pengayoman maupun hak dalam bidang politik, yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat.

Dalam pendidikan maupun sekolah membaca merupakan hal yang sangat penting dan juga merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat (life long learning). Mengajarkan membaca pada anak berarti memberi anak tersebut sebuah masa depan, yaitu memberi cara bagaimana mengerti atau mempelajari sesuatu dari buku, koran, majalah ataupun dari sumber yang lain. Dengan kegiatan membaca dapat membuka jendela pengetahuan dengan mudah. Karena hampir semua pengetahuan disajikan dalam bentuk tulisan. Membaca juga dapat memberikan kesempatan untuk mendapatkan tujuan hidupnya.

Selain itu membaca juga merupakan modal utama dalam setiap mata pelajaran, tidak hanya pada pelajaran Bahasa Indonesia saja. Namun pembelajaran membaca sebagian besar dapat dijadikan hal yang pasti atau mutlak dari bagian mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tanpa membaca pembelajaran dalam kelas tidak dapat terwujud dengan baik atau bahkan semua pelajaran tidak akan dimengerti oleh siswa. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan tetapi, juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, metakognitif.

Menurut Soedarso (1983) dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 200) “Membaca merupakan aktivitas komplek yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah- pisah mencakup penggunaan pengertian, khayalan,


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pengamatan, dan ingatan”. Sedangkan menurut Sunardi (1997 : 1) “ Membaca adalah aktifitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf dan kata. Aktivitas ini meliputi proses, yaitu proses decoding, yang dikenal juga dengan istlah membaca teknis, dan proses pemahaman”. Menurut Syafe’ei dalam Farida Rahim (2007:2) tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding,

dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikanya dengan bunyi- bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata- kata. Proses recording dan

decoding biasanya berlangsung pada kelas awal, yang disebut dengan membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini adalah proses prespektual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi- bunyi bahasa. Proses memahami makna disebut dengan istilah meaning. Pada tahap ini dikenalkan pada kelas SD dengan jenjang kelas yang lebih tinggi. Dengan demikian membaca sangatlah penting dalam setiap pembelajaran tidak hanya pada pelajaran Bahasa Indonesia saja, tetapi pada semua mata pelajaran.

Prestasi membaca yaitu penguasaan pengetahuan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjuk oleh nilai tes yang diberikan oleh guru. Sedangkan prestasi adalah hasil yang ingin dicapai. Menurut Conny Semiawan (2002 : 11) mengemukakan bahwa “Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah pemenuhan kebutuhan psikologis, intelegensi, faktor non kognitif, pengembangan kreatifitas”.

Pada siswa kelas II SD di SLB/ A YKAB terdapat siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hampir semua mata pelajaran tidak dikuasai siswa dengan sempurna. Namun pada kegiatan penelitian ini hanya dilakukan pada kesulitan membaca pada pelajaran Bahasa Indonesia. Kesulitan pada anak yang jelas yaitu: belum bisa membaca huruf dengung misalnya “ng”, “ny” pada kata, belum bisa membaca dengan huruf konsonan ditengah maupun diakhir kalimat atau sering disebut dengan huruf paten. Ada juga siswa yang belum bisa membedakan antara huruf “d” dengan huruf “b”, huruf “f” dengan huruf “v”, huruf “f” dengan “p” dan


(21)

commit to user

yang pasti kesulitan yang umum yaitu belum bisa membaca dengan lancar. Kemampuan membaca mereka juga belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) meskipun nilai yang ditentukan juga sudah minimal.

Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya kurangnya perhatian orang tua terhadap perkembangan anaknya, minat baca dari siswa rendah, keadaan kelas yang tidak kondusif, serta kurang perhatian guru tehadap peserta didik. Kemampuan membaca anak tergantung pada kemampuan dalam memahami hubungan antara wicara, bunyi, dan simbol yang diminta. Menurut Mulyono Abdurrahman (1999:13) “ Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal, dan eksternal. Penyebab utama kesulitan belajar (lerarning disabilities) adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis, sedangkan penyebab utama problema belajar (learning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat, adalah faktor eksternal”. Sedangkan menurut Muhibin Syah (2009 : 135) “faktor penyebab kesulitan belajar adalah faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa”. Faktor intern siswa yaitu hal- hal atau keadaan- keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Sedangkan faktor ekstern siswa yaitu hal-hal atau keadaan-keadaaan yang datang dari luar diri sendiri.

Untuk memperbaiki kemampuan membaca anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pengajaran membaca pada anak dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu metode pengajaran membaca bagi anak pada umumnya dan metode pengajaran membaca khusus bagi anak berkesulitan belajar. Menurut Mulyono Abdurrahman (1999 : 215) metode pengajaran membaca bagi anak pada umumnya terdiri dari metode membaca sadar, fonik, lingusitik, SAS, alfabetik, dan pengalaman bahasa. Sedangkan metode untuk anak berkesulitan belajar yaitu Metode Fernald, Gilingham, dan Analisiss Glass.

Dalam metode pengajaran membaca pada anak berkesulitan belajar terdapat Metode Fernald. Menurut Mulyono Abdurrahman (1999,217) “ Fernald telah mengembangkan suatu metode pengajaran membaca multisensori yang


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

merupakan pengembangan dari metode multisensoris yang dikenal pula sebagai metode VKAT (visual, auditory, kinesthetic, and tactile). Metode ini menggunakan materi bacaan yang dipilih dari kata- kata yang diucapkan anak, dan tiap kata yang diajarkan secara utuh”.

Dengan adanya beberapa hambatan dan masalah yang ada pada kelas tersebut peneliti ingin mengadakan penelitian dengan mengambil judul ”PENGGUNAAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN BELAJAR KELAS II SD DI SLB/ A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011”

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: ” Apakah penggunaan Metode Fernald dapat meningkatkan prestasi belajar membaca pada anak kesulitan belajar kelas II SD SLB/A YKAB tahun ajaran 2010/2011?”

C. Tujuan

Setiap kegiatan mempunyai tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan kegiatan penelitian ini. Dalam kegiatan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan prestasi belajar membaca pada siswa kelas II SD SLB/ A YKAB Surakarta. Dengan menggunakan Metode Fernald diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar membaca anak sehingga proses kegiatan belajar mengajar dapat telaksana tanpa ada hambatan suatu apapun.

D. Manfaat

Dalam kegiatan penelitian diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada para pembacanya dan juga dapat menambah wawasan untuk kita tentang cara yang


(23)

commit to user

tepat untuk mendidik anak agar kemampuan membaca mereka meningkat dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Manfaat Praktis a. Guru

Dengan pengenalan Metode Fernald diharapkan dapat digunakan oleh tenaga pendidik untuk meningkatkan prestasi membaca pada anak kesulitan belajar. selain itu dapat juga dimanfaatkan oleh tenaga pendidik atau guru untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan perubahan yang bermanfaat bagi peserta didik. Karena dapat meningkatkan kemampuan membaca pada anak. Selain itu pula prestasi belajar anak dapat meningkat sehingga memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang lain, karena peserta didik sudah mampu membaca.

b. Diri Sendiri

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi diri sendiri yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar membaca pada siswa SD. Dan juga semoga dapat dijadikan modal dasar untuk menjadi tenaga pendidik yang baik dan profesional dalam mengajar di sekolah lain.

c. Siswa

Dengan penggunaan Metode Fernald dalam kegiatan pembelajaran diharapkan memberikan manfaat pada siswa. Manfaat tersebut yaitu prestasi belajar membaca siswa dapat meningkat. Dengan meningkatnya prestasi tersebut diharapkan siswa dapat membaca dengan lancar.


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7 BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Kesulitan Belajar

a. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris

learning disability. Kesulitan belajar banyak ditemui pada peserta didik. Tidak hanya anak sekolah dasar kadang juga ditemui pada peserta didik yang jenjang pedidikannya sudah tinggi. Anak yang mengalami kesulitan belajar biasanya memiliki tingkat kecerdasan atau IQ yang normal atau juga rata-rata. Kesulitan belajar merupakan konsep multidisipliner yang digunakan di lapangan pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Definisi kesulitan belajar pertama kali ditemukan oleh the United states ofice of Education (USOE) pada tahun 1977 yang dikenal dengan public law (pl), yang hampir indentik dengan definisi yang dikemukakan oleh The National Advisory Committe Of Handiccaped Children pada tahun 1967. Definisi tersebut dikutip oleh Hallahan, Kaufman, Dan Lloyd (1985) dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 6-7) seperti berikut:

Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi- kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak- anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.

Sedangkan menurut NJCLD (National Joint Committee of Learning Disabilities) dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 7-8) mengemukakan definisi sebagai berikut:


(25)

commit to user

Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut instrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi system syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan social dan ekonomi) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, faktor- faktor psikogenik), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.

The Board Of The Association For Children And Adulth With Learning Disabilities (ACALD) dalam Mulyono Abdurrahman ( 1999: 8) mengemukakan definisi seperti dikutip oleh Lovitt (1989) sebagai berikut:

Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, intregrasi, dan/atau kemampuan verbal dan/atau kemampuan nonverbal.

Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang- orang yang memiliki intelegensi rata- rata hingga superior, yang memiliki sistem sensoris yang cukup, dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula. Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya.

Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga-diri , pendidikan, pekerjaan, sosialisasi, dan/atau aktivitas kehidupan sehari- hari sepanjang kehidupan.

Munawir Yusuf, Sunardi, dan Mulyono Abdurrahman (2003 : 8) mengemukakan bahwa, anak berkesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas- tugas akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses, psikologis dasar maupun sebab- sebab lainnya sehingga prestasi belajarnya rendah dan anak tersebut beresiko tinggi tinggal kelas. Menurut Smith (1978 dalam Schwartz, 1984) yang dikutip oleh Sunardi&Sunaryo ( 2007: 160- 161)


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

mengemukakan telah mengelaborasi tipe khusus anak learning disabilities

atau anak kesulitan belajar sebagai berikut:

1) Tidak mampu melihat hubungan sebab akibat , khususnya penggunaan kata- kata “ karena”. Tidak mampu berfikir antisinpatif dan melakukan penilaian.

2) Berfikir kaku

3) Mengalami kesulitan melihat persamaan dan perbedaan serta pemahaman hubungan

4) Tidak dapat melihat pola- pola. Tak mampu mengelompokan pola- pola yang sama untuk membentuk suatu pola pikir baru.

5) Miskin ingatan, tidak mampu mengingat nama- nama atau tempat juga wajah

6) Tidak mampu mengorganisasikan fakta dan konsep yang sudah mereka miliki dan akibatnya tidak mampu menggunakannya untuk pemecahan masalah, untuk memprediksikan atau memperkirakan konsekuensinya 7) Tidak mampu melakukan kategorisasi dalam klasifikasi. Masing-masing

pengalaman terpisah satu dengan yang lain, tidak mampu membuat generalisasi dari kongret ke abstrak

8) Tidak mampu melakukan transfer belajar dari pelajaran yang satu ke pelajaran yang lain.

9) Pemahaman konsep terlalu sempit dan luas. Semua binatang berkaki empat adalah anjing. Kucing hanyalah berwarna hitam dan putih ( seperti pernah dilihatnya sendiri sebagai kucing) atau semua kucing dipanggilnya dengan siulan, seperti panggilan kucingnya sendiri.

Sedangkan Abdul Salim Choiri ( 1994 : 1) berpendapat bahwa “Anak berkesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan belajar dalam tugas-tugas selama proses pendidikan, sehingga prestasi belajar yang dicapai berada di bawah kemampuan anak yang sebenarnya”.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah kesulitan dalam bentuk nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakap- cakap, berbicara, membaca, menulis, menalar dan berhitung, dan juga mengalami kesulitan dalam belajar sehingga mempunyai prestasi di bawah rata-rata.. Selain itu anak kesulitan belajar dan berkesulitan belajar adalah sama yaitu mempunyai kesulitan dalam menerima pelajaran disekolah dalam bentuk apapun. Kesulitan belajar dapat disebabkan karena anak tunagrahita, gangguan emosional, hambatan sensoris, ketidaktetapatan


(27)

commit to user

pembelajaran, atau karena kemiskinan budaya. Anak kesulitan belajar biasanya tidak mengalami kesulitan atau hambatan pada semua mata pelajaran, tetapi hanya sebagian mata pelajaran saja, misalnya pada pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika , dan lain sebagainya. Namun ada juga ada yang mengalami kesulitan belajar tidak hanya pada salah satu mata pelajaran saja, melainkan lebih dari satu mata pelajaran. Dan anak tersebut beresiko tinggi untuk tinggal kelas.

In addition, research has shown that low self-esteem is often a predictor for the use of maladaptive strategies, such as self-handicapping and learned helplessness, at school. Adolescents with low self-esteem tend to show high use of maladaptive strategies whereas those with high self-esteem use more adaptive achievement strategies (Aunola, Stattin & Nurmi, 2000). Learners with LD are particularly deemed to be at risk for low self-esteem because they experience significant difficulty in school, both in terms of academic performance and peer acceptance (Marcal, 1992; Martinez) dalam Sibusiso Ntshangase,Andile Mdikana dan Candice Cronk (International Journal Of Special Education Vol 23 No 2 2008.) Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut,”Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa harga diri yang rendah sering merupakan prediktor untuk penggunaan strategi maladaptif, seperti self-handicapping dan ketidakberdayaan yang dipelajari, di sekolah. Remaja dengan harga diri yang rendah cenderung untuk menunjukkan tingginya penggunaan strategi maladaptif sedangkan dengan strategi pencapaian harga diri yang tinggi menggunakan lebih adaptif (Aunola, Stattin & Nurmi, 2000). Peserta didik dengan LD terutama dianggap beresiko rendah diri karena mereka mengalami kesulitan yang signifikan di sekolah, baik dari segi prestasi akademis dan penerimaan peer (Marcal, 1992; Martinez)”.

Menurut Sumarno Markam, H sudomo, Bambang Hartono yang dikutip oleh Anton Sukarno (JRR, 2000 : 28) anak berkesulitan belajar mempunyai kemampuan rata- rata keatas, bahkan orang jenius ada yang yang berkesulitan belajar waktu kecil. Anak kesulitan belajar merupakan masalah yang baru dan perlu mendapat penanganan. Salah satu jenis penanganan adalah dengan model pelayanan kelas reguler, kelas khusus, dan kelas konvensional.


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Dari pernyataan tersebut dijelaskan bahwa anak kesulitan belajar ditangani secara khusus dan diberikan peralatan ataupun penanganan yang lebih dari anak normal pada umumnya agar mereka lebih berhasil. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan layanan pendidikan yang khusus ataupun bimbingan belajar yang lebih agar anak memamhami apa yang didiajarkan oleh tenaga pendidik atau seorang guru.

b. Karakteristik Anak Kesulitan Belajar

Setelah mengamati penelitian tentang kesulitan belajar, menurut ahli terkemuka Linda Siegel (2003) dalam John W. Santrock (2009 : 246) menyimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar (learning disability) diberikan hanya ketika anak:

1) Memiliki IQ diatas retardasi

2) Mengalami kesulitan yang signifikan dalam bidang yang berkaitan dengan sekolah (terutama membaca atau matematika)

3) Tidak menunjukan gangguan emosional yang serius, mengalami kesulitan karena mengguanakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, mempunyai kesulitan sensoris, atau mempunyai kekurangan neurologis tertentu.

Anak kesulitan belajar dapat ditinjau secara historis, teoritis dan empiris. Anton Sukarno dalam jurnal Indonesia (2000 : 28) berpendapat bahwa “secara historis kesulitan belajar dibedakan menjadi kesulitan pengembangan atau kesulitan belajar psikologis, dan kesulitan belajar akademis”. Secara teoritik kesulitan belajar mengacu pada konsep organism, environment dan ecologi. Secara empirik anak kesulitan belajar adalah anak yang memiliki potensi rata- rata kelas.

Dengan demikian anak yang mengalami kesulitan belajar belum tentu mempunyai tingkat kecerdasan rendah. Anak berkesulitan belajar mempunyai IQ diatas rata- rata, hanya saja mereka mempunyai prestasi rendah yang disebabkan oleh beberapa faktor.


(29)

commit to user

c. Gejala Kesulitan Belajar

Menurut Munawir Yusuf, Sunardi&Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 8) Gejala kesulitan belajar adalah peserta didik yang mengalami kesulitan belajar umum dengan gejala- gejala antara lain:

1) Tidak dapat mengikuti pelajaranseperti yang lain. 2) Sering terlambat atau tidak mau menyelesaikan tugas 3) Menghindari tugas- tugas yang agak berat

4) Ceroboh atau kurang teliti dalam banyak hal 5) Acuh tak acuh

6) Menampakan semangat belajar yang rendah 7) Tidak mampu berkonsentrasi, berubah- ubah 8) Perhatian terhadap suatu obyek singkat 9) Suka menyendiri, sulit menyesuaikan diri 10) Murung

11)Suka memberontak, agresif dan meledak-ledak dalam merespon ketidakcocokan

12)Hasil belajar rendah

d. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Muhibin Syah (2009 : 135) Secara garis besar, faktor penyebab kesulitan belajar dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1) faktor intern siswa, yaitu hal- hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri.

2) faktor ektern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaaan yang datang dari luar diri sendiri.

Kedua faktor tersebut dijelaksan secara rinci sebagai berikut: 1) Faktor Intern Siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekuranganmampuan psiko-fisik siswa, yaitu:


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

a) yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/ intelegensi siswa

b) yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap

c) yang besifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga)

2) Faktor Ekstern Siswa

Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi:

a) Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluaraga. b) Lingkungan perkampungan/masyarakat , contohnya : wilayah

perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.

c) Lingkungan sekolah, contonya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

Selain faktor- faktor yang telah disebutkan tadi masih ada faktor lain yang mempengaruhi kesulitan belajar pada anak. Menurut Hallahan et al dalam Mulyono Abdurrahman&Sudjadi (1994 : 146) banyak penyebab kesulitan belajar, antara lain adalah:

a) Faktor genetik

b) Luka pada otak (brain injuiry), yang disebabkan oleh trauma fisik atau kekurangan oksigen sebelum, pada saat, atau segera sesudah kelahiran, c) Biokimia yang hilang, misalnya kimia ynag diperlukan untuk

memfungsikan sistem saraf pusat,

d) Biokimia yang diberikan pada anak, misalnya zat pewarna e) Pencemaran lingkungan, misalnya pencemaran timah hitam, dan

f) Pengaruh- pengaruh psikologis dan sosial, misalnya perbedaan latar belakang budaya, pembelajaran yang tidak tepat, dan kemiskinan orang tua.

Menurut Abdul Salim Choiri ( 1994 : 2) secara garis besar ada dua faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu faktor yang berada dalam diri anak, dan faktor yang berada diluar anak.

a) Faktor yang berada di dalam diri anak diantaranya yaitu: (1) Gangguan penglihatan,


(31)

commit to user

(3) Gangguan gerak tubuh, (4) Gangguan bicara dan bahasa, (5) Kelainan mental rendah, (6) Gangguan emosi,

(7) Gangguan kesehatan dan gizi, dsb.

b) Sedangkan faktor yang berada dari luar diri anak antara lain: (1) Faktor guru,

(2) Sifat bidang studi (3) Faktor sarana belajar (4) Faktor lingkungan keluarga (5) Tempat tinggal, dsb.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri misalnya ranah kognitif, ranah afektif, maupun ranah psikomotor. Sedangkan faktor dari luar yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak. Misalnya faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan masyarakat, faktor lingkungan sekolah, faktor guru, faktor sarana belajar, dan faktor guru.

e. Kesulitan Belajar Membaca

Menurut Jamila K.A Muhammad (2008 : 140) “ Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia”. Istilah disleksia sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu “dys” dan “lexia”. Dys berarti kesulitan dan lexia berarti kata. Disleksia didefinisikan sebagai ketidakmampuan dalam memperoleh pengetahuan dari proses pembelajaran akibat kesulitan dalam menafsirkan kalimat. Ada nama-nama lain yang menunjuk kesulitan belajar membaca, yaitu Corrective Readers, dan Remidial Readers. Sedangkan kesulitan belajar membaca yang berat sering disebut Aleksia (alexia).

Anak- anak penderita disleksia adalah anak- anak yang mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja. Tetapi banyak anak yang tidak menyadari hal ini, dan yang dirugikan adalah mereka sendiri karena dianggap sebagai anak yang malas, bodoh, dan lamban. Hamper pada semua sekolah terdapat anak- anak yang mempunyai ciri-ciri disleksia. Yang membedakan adalah tingkat disleksia yang mereka hadapi, apakah ringan,


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

sedang, ataukah serius. Intervensi awal harus diberikan pada anak-anak penderita disleksia untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialami.

f. Jenis-JenisKesulitanBelajarMembaca

Menurut Jamila K.A Muhammad (2008 : 141), kesulitan belajar membaca atau disleksia dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

1) Disleksia Visual

Disleksia visual berkaitan dengan masalah anak-anak dalam menggunakan indra penglihatan. Walaupun anak-anak tersebut dapat melihat dengan baik, ia tidak dapat membedakan, mengintreprestasikan dan mengingat hal yang dilihatnya.

2) Disleksia Auditoris

Disleksia auditoris berkaitan dengan masalah anak-anak dalam menggunakan indra pendengaran. Walaupun anak-anak tersebut dapat mendengar dengan bai, ia mengalami kesulitan dalam mendengar bunyi, menyimpulkan kesamaan dan perbedaannnya, mengenal dengan baik bunyi perkataan, dan juga bermasalah dalam membagi perkataan dalam kelompok suku kata.

3) Disleksia Visual-Auditoris

Anak- anak pada tahap ini berada pada taraf yang serius, karena kedua indranya, yaitu penglihatan dan pendengarannya, tidak dapat membantunya mengintreprestasikan apa yang dilihat dan didengarnya.

g. Ciri- Ciri Anak Berkesulitan Belajar Membaca

Ott (1997) seperti yang dikutip oleh Jamila K.A Muhammad (2008 : 143-144) menguraikan ciri-ciri anak disleksia sebagai berikut :

1) Umum

a) Perkembangan penuturan dan bahasa lambat b) Kemampuan mengeja lemah

c) Kemampuan membaca lemah

d) Keliru membedakan kata yang hamper sama e) Sulit mengikuti arahan

f) Sulit dalam menyalin tulisan

g) Sulit melewati jalan yang memiliki banyak belokan 2) Pengamatan dan tingkah laku

a) Salah jika menentukan arah b) Bingung untuk menentukan waktu c) Sering merasa tertekan


(33)

commit to user

d) Sering salah dalam memakaikan sepatu pada kaki yang benar e) Kemampuan untuk mandiri yang lemah

3) Koordinasi antara pandangan dengan penglihatan a) Sulit mengeja dengan benar

b) Sering melupakan huruf yang ada pada awal kata c) Sering menambah huruf pada akhir kata

d) Bermasalah dalam penyusunan huruf e) Sulit untuk memahami perkataan f) Daya ingat lemah

g) Sulit membuat abstraksi terhadap suatu kata 4) Kemampuan motorik

a) Koordinasi yang lemah

b) Selalu menggerakan tangan dengan terlampau cepat c) Lamban dalam menulis

d) Tulisan buruk dan sulit dibaca e) Sulit memegang pensil dengan benar f) Kesulitan dalam menggunakan gunting g) Sulit keseimbangan badan

h) Sulit menendang dengan benar

i) Sulit untuk menaiki tangga dengan benar

2. Tinjauan Prestasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan untuk mengenal sesuatu hal lebih dalam atau bisa dikatakan bahwa belajar menanamkan pengetahuan yang belum diketahui orang lain. Belajar juga merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Menurut M. Ngalim Purwanto (2006 : 85) belajar ada beberapa definisi antara lain:

1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga mengarah tingkah laku yang lebih buruk.

2) Belajar merupakan suatu perbuatan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.

3) Belajar merupakan suatu perubahan yang relative mantap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang.

4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek kepribadi, baik fisik maupun psikis.


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Slameto ( 2003 : 7) berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan dalam tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri”. Menurut Gage (1984) dalam Saiful Sagala ( 2009 : 13) “ Belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman”. Abdillah (2002) yang dikutip oleh Aunurrahman (2009 : 35) “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek- aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu”.

Dengan demikian belajar merupakan proses mengenal sesuatu hal, dari hal yang belum dimengerti atau diketahui menjadi mengerti atau paham. Belajar juga merupakan proses perubahan unutk mengenal perubahan- perubahan dari segi pengalaman, pengetahuan, kebiasaan- kebiasaan dan sikap- sikap dalam kehidupan sehari- hari.

b. Unsur- Unsur Belajar

Dalam belajar terdapat unsur- unsur yang mempengaruhinya. Menurut Crobach (1954) seperti yang dikutip Nana Syaodih Sukmadinata (2003 : 157 - 158) unsur- unsur dalam belajar terdiri dari:

1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan ini muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Perbuatan belajar diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu.

2) Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak

atau individu perlu memiliki kesiapan,baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan- kecakapan yang mendasarinya.

3) Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam

situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang- orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar. Kelancaran dan hasil dari belajar banyak dipengaruhi oleh situasi ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu sesuatu aspek dari situasi belajar ini lebih dominan sedang pada individu atau waktu lain aspek lain yang lebih berpengaruh.


(35)

commit to user

4) Interprestasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan di antara komponen- komponen situasi belajar, melihat hubungan diantara komponen- komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan interpretasi tersebut mungkin individu sampai kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan.

5) Respon. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respon. Respons ini mungkin berupa suatu usaha coba- coba (trial and error), atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan ataupun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut. 6) Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau

konsekuensi entah itu keberhasilan ataupun kegagalan, demikian juga dengan respon atau usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha- usaha belajar berikutnya.

7) Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Perisyiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam- macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha- usaha belajar selanjutnya, tetapi bisa juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut.

Dengan demikian unsur-unsur belajar terdiri dari beberapa macam aspek. Setiap aspek- aspek tersebut selalu ada dalam kegiatan belajar. bahkan lebih dari satu unsur. Kelengkapan semua unsure dalam belajar dapat mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.

c. Prinsip – Prinsip Belajar

Slameto (2003 : 27- 28) berpendapat bahwa prinsip- prinsip belajar dibagi menjadi empat yaitu:

1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan

a) dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional

b) belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

c) belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif

d) belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya 2) Sesuai hakikat belajar

a) belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap menurut perkembanganya

b) belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery

c) belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan

3) Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari

a) belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, pengajaran yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya

b) belajar harus mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya

4) Syarat keberhasilan belajar

a) belajar memerlukan saran yang cukup, sehingga dapat belajar dengan tenang

b) repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertiannya, keterampilanya atau sikap itu mendalam pada siswa

d. Jenis- Jenis Belajar

Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam- macam kegiatan yang memiliki corak yag berbeda antara satu dengan yang lainnya., baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan


(37)

commit to user

manusia yang juga bermacam- macam. Menurut Muhibin Syah (2006 : 122- 124) jenis-jenis belajar dibagi menjadi delapan macam, diantaranya yaitu:

1) Belajar abstrak, adalah belajar yang menggunakan cara- cara berfikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah- masalah yang tidak nyata.

2) Belajar keterampilan, adalah belajar dengan menggunakan gerakan- gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat- urat syaraf dan oto-otot/ neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.

3) Belajar sosial, adalah belajar memahami masalah- masalah dan teknik- teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuanya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah- masalah social seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah- masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.

4) Belajar pemecahan masalah, adalah belajar menggunakan metode- metode ilmiah untuk berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan siswa dalam menguasai konsep- konsep, prinsip- prinsip, dan generalisasi serta

insight (tilikan akal) amat diperlukan.

5) Belajar rasional, adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip- prinsip dan konsep- konsep.

6) Belajar kebiasaan, adalah proses pembentukan kebiasaan- kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada. Tujuanya agar siswa memperoleh sikap- sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).

7) Belajar apresiasi, adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuanya adalah agar siswa memperoleh


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.

8) Belajar pengetahuan (studi), adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuan belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat- alat laboratorium dan penelitian lapangan.

Sedangkan menurut Slameto ( 2003 : 5- 8) jenis- jenis belajar dibagi menjadi 11, diantaranya yaitu:

1) Belajar bagian (part learning, fractioned learning) 2) Belajar dengan wawasan (learning by insight) 3) Belajar diskriminatif (discriminatif learning) 4) Belajar global/ keseluruhan (global whole learning) 5) Belajar insidental (incidental learning)

6) Belajar instrumental (instrumental learning) 7) Belajar intensional (intentional learning) 8) Belajar laten (latent learning)

9) Belajar mental (mental learning) 10)Belajar produktif (productive learning) 11)Belajar verbal (verbal learning)

Dengan demikian belajar mempunyai jenis- jenis yang berbeda- beda. Diantaranya yaitu belajar dengan wawasan, belajar social, belajar laten, belajar bagian, belajar pengetahuan, belajar rasional, belajar memecahkan masalah, belajar keterampilan, belajar abstrak, belajar mental, dll. Setiap jenis- jenis belajar tersebut mempunyai tujuan yang berbeda pula.


(39)

commit to user

e. Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjuk oleh nilai tes yang diberikan oleh guru. Nana Syaodih Sukmadinata (2003 : 103-104) berpendapat bahwa “ Prestasi belajar atau achievement merupakan realisasi dari kecakapan- kecakapan potensial dimiliki seseorang. Prestasi belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan , keterampilan berfikir maupun motorik”.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Conny K Semiawan (2008 : 11) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:

1) Pemenuhan kebutuhan psikologis 2) Intelegensi

3) Faktor non kognitif

4) Pengembangan kreatifitas.

Sedangkan menurut R. Angkowo (2007 : 50-51) faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

1) Faktor dari dalam hati anak menyangkut kemampuan siswa motivasi, minat, perhatian, sikap kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik da psikis.

2) Faktor dari luar lingkungan: kualitas pengajaran

3) Pendekatan belajar : upaya belajar yang dilakukan siswa yang meliputi strategi dan metode pembelajaran.

Menurut Carnol dalam R. Angkowo (2007 : 51) lima faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu

1) Bakat belajar

2) Waktu yang tersedia untuk belajar 3) Kemampun individu

4) Kualitas pengajaran 5) Lingkungan


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3. Tinjauan Membaca

a. Pengertian Membaca

Membaca pada hakikatnya adalah suatu hal yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognotif. Menurut Sunardi (1997 : 1) “ Membaca adalah aktivitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari symbol berupa huruf dan kata. Aktivitas ini meliputi proses, yaitu proses decoding, yang juga dikenal dengan istilah membaca teknis, dan proses pemahaman”. Menurut syafe’ie (1999) dalam Farida Rahim ( 2008 : 2) tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata- kata dan kalimat, kemudain mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya yang sesuai dengan system tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata- kata. Proses

recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas awal, yang disebut dengan membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini adalah proses prespektual, yaitu pengenalan korespodensi rangkaian huruf dengan bunyi- bunyi bahasa. Proses memahami makna disebut dengan istilah

meaning. Pada tahap ini dikenalkan pada kelas SD dengan jenjang kelas yang lebih tinggi. As Broto (1975) seperti yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1999 : 200) mengemukakan bahwa “membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan”. Dengan demikian, membaca pada hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis.

Menurut Vicky G Spencer dalam International Journal Of Special Education vol 23 no 2 2008,

“According to Alexander (2000), this dichotomy does not represent the reality of reading development. The process of learning to read, which involves decoding and discovering the meanings within oral


(41)

commit to user

and written language, and reading to learn, which involves using reading abilities to seek knowledge, are inextricably tied together”.

Terjemahannya sebagai berikut,”Menurut Alexander (2000), dikotomi ini tidak mewakili realitas perkembangan membaca. Proses belajar membaca, yang melibatkan decoding dan menemukan arti dalam bahasa lisan dan tertulis, dan membaca untuk belajar, yang melibatkan menggunakan kemampuan membaca untuk mencari ilmu, yang diikat erat”.

Membaca bukanlah kegiatan yang hanya memandangi lambang- lambang tertulis semata, bermacam- macam kemampuan dikerahkan oleh pembaca agar ia mampu memahami materi yang dibacanya. Soedarsono (1983) seperti yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1999 : 200) mengemukakan bahwa “membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah- pisah mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan”. Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa menggerakan mata dan menggunakan pikiran . Bond (1975) seperti yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1999 : 200) mengemukakan bahwa “membaca merupakan pengenalan simbol- simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki”.

Membaca merupakan proses psikologis. Ada banyak hal mendasar yang berkaitan dengan proses membaca, antara lain: (1) intelegensia; (2) usia mental; (3) jenis kelamin; (4) tingkat social ekonomi; (5) bahasa; (6) ras; (7) kepribadian; (8) sikap; (9) pertumbuhan fisik; (10) kemampuan persepsi; (11) tingkat kemampuan membaca.

Heilman dalam Suwaryono Wiryodijoyo (1989 : 1) berpendapat: Membaca ialah pengucapan kata- kata dan perolehan arti dari barang cetakan/ kegiatan melibatkan analisis, dan pengorganisasian berbagai ketrampilan yang kompleks. Termasuk didalamnya pelajaran,


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

pemikiran, pertimbangan, perpaduan, pemecahan masalah, yang berarti menimbulkan kejelasan informasi bagi pembaca.

Sedangkan menurut Klein, dkk (1996) yang dikutip oleh Farida Rahim (2008 : 3) mengemukakan bahwa “Definisi membaca mencakup membaca merupakan suatu proses, membaca adalah strategis, dan membaca merupakan interaktif”. “Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak” menurut Spondek dan Saracho (1994) dalam Wahyu Sukartiningsih (Jurnal Pendidikan Dasar,2004 : 52-53). Selanjutnya dikatakan bahwa dua cara yang ditempuh pembaca dalam memperoleh makna cetak, yaitu langsung (yakni menghubungkan ciri penanda visual dari tulisan dengan maknanya), dan tidak langsung (yakni mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkannya dengan makna). Cara langsung digunakan oleh pembaca lanjut. Sedangkan cara tidak langsung digunakan oleh pembaca permulaan.

Bertolak dari berbagai definisi membaca yang telah di kemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah aktivitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf dan kata, melihat serta memahami isi dari apa yang mencakup fisik dan mental. Membaca juga merupakan suatu proses untuk memperoleh informasi. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.

b. Tujuan Membaca

Menurut Blanton,dkk dan Irwin dalam Burns dkk (1996) seperti yang dikutip oleh Farida Rahim ( 2008 : 11- 12) tujuan membaca mencakup:

1) Kesenangan

2) Menyempurnakan membaca nyaring 3) Menggunakan strategi tertentu

4) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik

5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya 6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis


(43)

commit to user

7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi

8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks

9) Menjawab pertanyaan- pertanyaan yang spesifik

Suwaryono Wiryodijoyo ( 1989 : 57) berpendapat bahwa tujuan membaca jika diperinci lebih lanjut dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Kesenangan 2) Penerapan praktis

3) Mencari informasi khusus 4) Mendapatkan gambaran umum 5) Mengevaluasi secara kritis

Sedangkan menurut Sabarti Akhadiah ( 1991 : 25) tujuan membaca dibedakan sebagai berikut:

1) Untuk mendapatkan informasi 2) Agar citra dirinya meningkat 3) Melepaskan diri dari kenyataan 4) Untuk tujuan rekreatif

5) Mencari nilai- nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya.

Tujuan membaca dapat disimpulkan sebagai berikut, yaitu: untuk mendapatkan informasi, mencari nilai- nilai keindahan atau pengalaman, kesenangan, agar citra dirinya meningkat, rekreatif hiburan, melepaskan diri dari kenyataan, dan memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik.

c. Ciri-ciri membaca

Menurut Anderson dkk dalam (1985) dalam Sabarti Akhadiah ( 19991 : 23-24) mengemukakan lima ciri-ciri membaca yaitu:


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

1) Membaca adalah proses konstruktif

Pengertian atau pemahaman membaca mengenai suatu tulisan mengenai hasil pengolahan berdasarkan informasi yang terdapat dalam tulisan itu dipadukan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

2) Membaca harus lancar

Kelancaran membaca ditentukan oleh kesanggupan membaca mengenai kata-kata, membaca harus dapat menghubungkan tulisan dengan maknanya.

3) Membaca harus dilakukan dengan strategi yang tepat

Pembaca yang terampil dengan sendirinya akan menyesuaikan strategi membaca dengan taraf kesulitan tulisan, pengenalannya tentang topik yang dibaca, serta tujuan membacanya

4) Membaca memerlukan motivasi

Membaca merupakan kunci keberhasilan dalam belajar membaca, karena membaca pada dasarnya adalah sesuatu yang menyenangkan. 5) Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan secara

berkesinambungan

Keterampilan itu dapat diperoleh secara mendadak atau dalam waktu singkat dan untuk selamannya. Keterampilan itu diperoleh melalui belajar, tahap demi tahap, dalam waktu yang panjang secara terus-menerus.

d. Aspek – Aspek Membaca

Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil. Menurut Broughton (1978) dalam Henry Guntur Tarigan (2008 : 12- 13) berpendapat bahwa terdapat dua aspek penting dalam dalam kegiatan membaca, yaitu:

1) Keterampilan yang bersifat mekanis ( mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah ( low order). Aspek ini mencakup:

a) pengenalan bentuk huruf

b) pengenalan unsur-unsur linguistic (fonem/ grafem, kata, frase, pola kalusa, kalimat, dan lain- lain)


(45)

commit to user

c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to back at print”) d) kecepatan membaca ke taraf lambat

2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (hinger order). Aspek ini mencakup:

a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gram,atikal, retorikal) b) memahami signifikansi atau makna ( a.l. maksud dan tujuan

pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca) c) evaluasi atau penilaian (isi,bentuk)

d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

e. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, baik membaca permulaan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman). Faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan menurut Lamb dan Arnold dalam Farida Rahim (2007 : 16) sebagai berikut :

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Selain faktor tersebut, faktor lain yang juga berpengaruh yaitu kelelahan. Kelelahan merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca.

Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Siswa akan mengalami hambatan dalam menganalisis bunyi jika terdapat permasalahan pada alat pendengaran atau penglihatannya.

2) Faktor intelektual

Pendapat Heinz dalam Farida Rahim ( 2007 : 17) mengemukakan bahwa istilah intelegensi didefinisikan sebagai suatu kegiatan berfikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat.

3) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan ini mencakup latar belakang dan pengalaman siswa di rumah, serta keadaan sosial ekonomi keluarga siswa.


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Rubin dalam Farida Rahim (2007 : 18) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk berfikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar di sekolah.

Disamping itu, komposisi orang dewasa dalam lingkungan rumah juga berpengaruh pada kemampuan membaca anak.

4) Faktor psikologis a) Motivasi

Eanes dalam Farida Rahim (2007 : 19) mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru haris mendemonstrasikan kepada siswa praktik sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan.

Crawly dan Mountain dalam Farida Rahim (2007 : 20) mengemukakan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu kegiatan.

b) Minat

Minat baca menurut Farida Rahim (2007 : 28) ialah “keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca”. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediannya untuk mendapatkan bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri.

c) Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri

Terdapat tiga apsek kematangan emosi dan sosial yaitu stabilitas emosi, kepercayaan diri dan kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. Anak-anak yang lebih mudah mengontrol emosinya akan lebih mudah memusatkan perhatian pada teks yang dibacanya.

Glazer&Searfoss dala Farida Rahim (2007 : 30) mengemukakan bahwa siswa perlu menghargai segi-segi positif dalam dirinya. Dengan demikian, siswa akan menjadi yakin terhadap dirinya sendiri, penuh


(47)

commit to user

percaya diri, dan dapat mengerjakan tugas sesuai kemampuannya dengan baik.

Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan membaca seseorang menurut Sabartini Akhadiah (1991 : 26-27) antara lain adalah sebagai berikut:

1) Motivasi

Motivasi merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan membaca. Motivasi untuk membaca dibedakan berdasarkan sumbernya. Motvasi bersifat instrinsik dan ekstrinsik. 2) Lingkungan keluarga

Pembicaraan orang tua serta anggota keluarga lainnya di rumah akan mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca.

3) Bahan bacaan

Bahan bacaan akan mempengaruhi seseorang dalam minat maupun kemampuan memahaminya. Bahan bacaan yang terlalu sulit untuk seseorang akhirnya akan mematahkan seleranya untuk membacanya.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca antara lain, yaitu motivasi, faktor fisiologis, faktor lingkungan, faktor intelektual, kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri dan bahan bacaan.

f. Tahap- Tahap Perkembangan Membaca

Menurut Rachel Goodchild (2004) dalam Ester Dwy K ( 2009 : 11-13) ada enam kategori tahap perkembangan membaca, antara lain:

1) Bayi (0-15 bulan)

Kelompok usia ini menyukai buku yang dipenuhi dengan gambar-gambar yang jelas dan besar.


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2) Batita (13 bulan-3 tahun)

Anak- anak usia ini senang mempunyai buku yang dapat mereka sentuh dan rasakan. Mereka senang jika mampu membolak-balik halaman dan “membaca” buku itu sendiri dengan tenang. Mereka sudah mulai mempelajari bahwa cerita mempunyai awal dan akhir. Mereka senang mendengarkan dan berperan serta dalam sajak anak dan lagu anak-anak.

3) Prasekolah (2,5 – 5 tahun )

Pada tahap ini imajinasi anak mulai berkembang dan maju. Mereka mulai mampu mengurutkan cerita-cerita sederhana dengan benar.

4) Pembaca Pemula (4-6 tahun)

Pada usia ini anak-anak menjadi bersemangat untuk mulai mengartikan kata-kata dan kalimat-kalimat yang mereka lihat. Tahap-tahapannya sebagai berikut:

a) Pengenalan kata

Anak-anak mulai mengenal jenis kata yang lebih banyak. Mereka mulai berusaha menuliskan kata-kata dan meminta petunjuk bagaimana cara menuliskan kata. Kemudian mereka mengenal bunyi yang berkaitan dengan kata yang mereka tulis, menyuarakan kata itu perlahan untuk mendengarkan bunyinya.

b) Kepercayaan diri yang melambung

Pada masa inilah anak-anak menjadi lebih percaya diri dalam mengambil resiko. Saat mereka membaca sendiri, mereka menggunakan jari-jari untuk menuntun pembacaan. Anak mulai mengenali keluarga kata ( misalnya anjing, kucing, anting) dan membuat kaitan sehingga kata- kata itu menjadi sajak.

c) Membaca tanpa bersuara

Sebagian anak mulai membaca tanpa bersuara pada tahap ini. Membaca tanpa suara jauh lebih baik dari pada membaca keras-keras. d) Prediksi


(49)

commit to user

Memprediksi apa yang akan terjadi berikutnya dalam suatu cerita adalah penting dalam membaca untuk menangkap arti. Anak- anak yang mebaca pada tingkatan ini mulai mampu menggunakan keterampilan berfikir dengan tingkatan yang lebih tinggi, yang berguna ketika menghadapi berbagai kata atau konsep baru.

5) Menjadi mandiri (5,5 – 6,5 tahun)

Pada tahap ini anak sudah mempunyai fondasi untuk mulai mengambil lebih banyak resiko dengan kegiatan membaca mereka. Kecepatan membaca mulai meningkat serta mampu membaca untuk menangkap arti. 6) Kefasihan Awal (6 – 8 tahun)

Pada tahap ini anak belum mempunyai keahlian dan perbendaharaan kata yang cukup untuk disebut pembaca yang benar-benar fasih. Namun, pada tahap ini pola membaca akan memastikan perkembangan membaca yang berhasil.

g. Jenis Kegiatan Membaca

Kegiatan membaca dapat dibedakan berdasarkan tujuan, jenis wacana yang dibaca, cara melakukan kegiatan. Beberapa jenis kegaiatan membaca yang sering dilakukan antara lain yaitu:

1) Membaca teknik 2) Membaca dalam hati 3) Membaca indah 4) Membaca bahasa 5) Membaca cepat 6) Membaca pustaka

( Sabartini Akhadiah, 1991 : 31-32)

Sedangkan menurut Henry Guntur Tarigan ( 2008 : 13) jenis kegiatan membaca dibagi menjadi:

1) membaca nyaring

2) membaca bersuara ( reading aloud; oral reading)


(1)

Menurut Crobach (1954) seperti yang dikutip Nana Syaodih

Sukmadinata (2003:157) bahwa motivasi merupakan unsur-unsur dalam belajar.

Hal ini terbukti dalam kegiatan penelitian ini. Dengan menggunakan metode

fernald motivasi belajar siswa meningkat dari sebelumnya.

Tidak hanya pada unsur belajar saja motivasi pada siswa juga

berpengaruh terhadap kemampuan membaca seseorang. Hal ini diungkapkan oleh

Sabartini Akhadiah (1991:26-27) bahwa kemampuan membaca seseorang

dipengaruhi oleh faktor motivasi, lingkungan belajar, dan bahan bacaan.

Lingkungan keluarga atau pembicaraan orang tua serta anggota keluargablainnya

di rumah akan mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca.

Selain itu pula menurut R. Angkowo (2007 :50-51) faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar ada lima macam, salah satunya yaitu kemampuan

individu. Kemampuan individu seseorang berbeda- beda. Hali ini dapat dilihat

dari hasil penelitian pada kegiatan pra siklus, siklus I, maupun siklus II. Namun

kemampuan dari individu tersebut dapat ditingkatkan lebih optimal. Peningkatan

kemampuan individu dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan yang

khusus serta latihan yang konsisten agar siswa lebih cepat mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan.

Dengan demikian perlu diadakan beberapa perbaikan dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan Metode Fernald. Agar penggunaan Metode

Fernald dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan prestasi maupun kemampuan

membaca siswa pada sekolah umumnya. Serta juga pengkondisian kelas sangat

berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Kelas yang nyaman dan

kondusif akan membuat siswa belajar dengan tenang dan efisien. Serta konsentrasi

siswa lebih dapat terfokus dan tidak buyar.


(2)

commit to user

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan bahwa penggunaan Metode Fernald dapat meningkatkan prestasi

belajar membaca siswa kelas II SD pada anak berkesulitan belajar di SLB/A

YKAB Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Dengan diskripsi hasil sebagai

berikut: pada kegiatan awal kemampuan membaca siswa dibawah nilai KKM

yaitu dengan rata- rata kelas sebesar 58. Kemudian peneliti melakukan tindakan

atau perbaikan melalui kegiatan siklus I. Pada siklus I nilai siswa meningkat dari

sebelumnya. Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 64,75. Secara nilai sudah

memenuhi nilai KKM namun secara klasikal belum dikatakan tuntas. Pada

kegiatan siklus II nilai yang diperoleh siswa memenuhi nilai KKM yang telah

ditentukan. Besarnya nilai rata-rata pada siklus II yaitu 73,25. Dengan demikian

kegiatan pembelajaran dikatakan tuntas karena indikator ketercapaian sudah

terpenuhi dengan nilai melebihi KKM yang ditentukan.

B.

Saran

Dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya diperlukan beberapa perbaikan

dalam proses belajar mengajar agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana

dengan baik. Beberapa perbaikan itu antara lain:

1.

Bagi Kepala Sekolah

Untuk kepala sekolah sebaiknya menyediakan sarana prasarana yang lebih

lengkap agar kegiatan belajar mengajar dalam kelas dapat terlaksana dengan

baik. Serta menjaga lingkungan belajar, memberikan tata tertib yang dapat

menjadikan siswa lebih disiplin dan tidak membuang waktu belajar dengan

kegiatan yang tidak bermanfaat.

2.

Bagi Guru

Guru sebaiknya menata ruang kelas dengan sedemikian rupa agar

pelaksanaan kegiatan belajar dalam kelas terkondusif. Serta meningkatkan


(3)

motivasi siswa terhadap prestasi belajar membaca maupun pada pelajaran

yang lain. Memberikan semangat dan siap membantu siswa yang mengalami

kesulitan dalam menerima pelajaran di sekolah baik kegiatan membaca

maupun pada pelajaran yang lain. Selain itu guru sebaiknya memanfaatkan

Metode Fernald pada siswa dalam belajar membaca. Media yang digunakan

juga harus menggunakan huruf dengan warna yang mencolok dan berwarna

warni agar siswa lebih tertarik dan tidak bosan belajar membaca.

3.

Bagi Siswa

Pada diri siswa harus diarahkan agar mereka lebih dapat memanfaatkan

waktu belajar dengan baik. Mengurangi bercanda dalam kelas.

Menumbuhkan sikap untuk berani bertanya apabila ada yang belum

dimengerti.


(4)

commit to user

73

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Salim Choiri. 1994.

Buku Panduan Bimbingan Belajar Anak Kretin Dan

Gaki Berkesulitan Belajar

. Surakarta : Pusat Penelitian Rehabilitasi

dan Remediasi Lembaga Penelitian UNS

Aunurrahman. 2009

. Belajar dan Pembelajaran

. Bandung : Alfabeta

Anas Sudijono. 2008.

Pengantar Evaluasi Pendidikan

. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada

Anton Sukarno. 2000.

Model Pelayanan Anak Berkesulitan Belajar Di Sekolah

Dasar Negeri

. JRR

Basrowi dan Suwandi. 2008.

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

. Bogor : Ghalia

Indonesia

Conny K. Semiawan. 2002.

Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah

Dasar.

Jakarta: Indeks, PT. Macanan Jaya Cemerlang

Ester Dwy Kartikasari. 2010. “

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan

Melalui Media Pembelajaran Kartu Bergambar Pada Siswa Kelas I

Sdn Jajar I No. 73 Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010

”.

Surakarta : UNS

Farida Rahim. 2007.

Pengajaran Membaca di SD

. Jakarta : Bumi Aksara

Henry Guntur Tarigan. 2008.

Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

Indonesia.

Jakarta : Dikti, Depdikbud

Iskandarwassid dan Dadang Suhendar. 2008

. Strategi Pembelajaran Bahasa

.

Bandung : PT Rosdakarya Remaja

Jamila K.A Muhammad. 2008.

Special Education For Special Children, Panduan

Pendidikan Khusus Anak- Anak Dengan Ketunaan&Learning

Disabilitie

s. Jakarta : Hikmah

John W. Santrock. 2009.

Psikologi Pendidikan Educational Psychology Edisi 3.

Jakarta : Salemba Humanika

Lexy J. Moleong. 2007.

Metodologi Penelitian Kualitatif

. Bandung : Remaja

Rosdakarya

Lucky Ade Sessiani. 2007. “

Pengaruh Metode Multisensory Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak TK (Studi Eksperimental


(5)

Di TK ABA 52 Semarang)”

. Semarang : Undip ( Online. e_prints.

Undip.ac.id/10438/1/lucky_Ade_S_M2A.003_037.pdf diakses tanggal

18 februari 2011)

Muhibin Syah. 2006.

Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru

. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya

. 2009.

Psikologi Belajar

. Jakarta : Fajar Grasindo Persada

Mulyono Abdurrahman. 1999.

Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar

.

Jakarta : Rineka Cipta

Mulyono Abdurrahman&Sudjadi. 1994.

Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta

:

Depdikbud

Nana Syaodih Sukmadinata.

Landasan Psikologi Proses Pendidikan

. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto, M. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Ntshangase, Sibusiso,Andile Mdikana dan Candice Cronk.

A Comparative Study

Of The Self-Esteem Of Adolescent Bous With And Without Learning

Disabilities

In

An

Inclusive

School

.

www.InternationalJournalOfspecialeducationVol23no2.

2008

halaman 75- 81

Robertus Angkowo&A. Kosasih. 2007.

Optimalisasi Media Pembelajaran

.

Jakarta : Grasindo

Sabarti Akhadiah MK. 1991/1992.

Bahasa Indonesia 1

. Jakarta : Dikti

Sarwiji Suwandi. 2008.

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) Dan Penulisan Karya

Ilmiah

. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13

Slameto. 2001.

Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya

. Jakarta : PT.

Cipta Rineka

Spencer,Vicky G et al. 2008.

If You Teach- You Teach Reading

.

www.InternationalJournalOfSpecialEducationVol23No2.

2008

.

Halaman 1-5


(6)

commit to user

Sunardi&Sunaryo. 2007

. Intervensi Dini Anak-Anak Berkebutuhan Khusu

s.

Jakarta : Depdiknas

Sutopo, H. B . 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : Depdikbud UNS

Suwaryono Wiryodijoyo. 1989.

Membaca, Strategi Pengantar&Tekniknya

.

Jakarta : Depdikbud

Syaiful Sagala. 2009.

Konsep&Makna Pembelajaran

. Bandung : Alfabeta

UUD 1945 ( Amandemen)

UU No.2 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Munawir Yusuf, Sunardi, dan Mulyono Abdurrahman. 2003.

Pendidikan Bagi

Anak Dengan Problematika Belajar

. Solo : Tiga Serangkai

Wahyu Sukartini. 2004.

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Membaca Dan

Menulis Permulaan Di Kelas I Sekolah Dasar Melalui Media Kata

Bergambar

. Jurnal Pendidikan Dasar

Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama. 2009.

Mengenal Penelitian Tindakan

Kelas

. Jakarta : Indeks, PT Malta Pritindo

Zamzam Muhajir. 2007. (http://Zamzam Muhajir. Blogspot.com/2007/1 diakses

tanggal 18 Februari 2011)


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 3 16

Pengaruh Metode Jarimagic Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunanetra Kelas V A di SLB-A YKAB Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

0 0 17

PENGARUH METODE EDUTAINMENT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA ANAK TUNANETRA KELAS VIII DI SLB A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 1 5

PENGARUH PENGGUNAAN METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA TUNANETRA KELAS VIII DI SLB/A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 0 17

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA TALKING BOOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK TUNANETRA KELAS III SD DI SLB/A-YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 1 18

PENGARUH PENGGUNAAN METODE INDEX CARD MATCH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA TUNANETRA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 18

EFEKTIFITAS METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KATA SISWA TUNAGANDA KELAS VII DI SLB/A-YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 0 17

PENERAPAN METODE PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT PADA SISWA TUNANETRA KELAS VII DI SLB A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/ 2012.

0 0 19

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE COURSE REVIEW HORAY TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS ANAK TUNANETRA KELAS 5 SLB A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 - UNS Institutional Repository

0 1 6

PENGARUH MEDIA NUMICON TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNANETRA KELAS III DI SLB A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 20162017

0 0 18