Ari Barkah, 2013 Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu
pengembangan program bimbingan dan konseling belajar yang secara hipotetik dapat meningkatkan motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik.
Data awal pengukuran kebutuhan penyusunan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik diambil berdasarkan motivasi
belajar.Empat tahapan kegiatan program bimbingan yang layak dilaksanakan meliputi sebagai berikut:
1. Tahap pengidentifikasian, pengidentifikasian dilakukan melalui penyebaran
angket kepada peserta didik yaitu identifikasi tentang motivasi belajar peserta didik.
2. Tahap pengembangan program layanan bimbingan dan konseling belajar di
SMAN 1
Cimalaka berdasarkan
kajian terhadap
data hasil
pengidentifikasian. 3.
Tahap diskusi program hipotetik. Sebagai pertimbangan dalam pengembangan program untuk menguji kelayakan sebuah program langkah
berikutnya adalah melakukan pertimbangan judgement kepada dosen dan guru bimbingan dan konseling.
4. Tahap
penyempurnaan program.
Setelah melaksanakanpertimbangkanprogram
disempurnakan dan
dinyatakan sebagai program yang layak untuk dilaksanakan.
B. Batasan Masalah
1. Batasan Konseptual
Mc. Donald Oemar Hamalik, 1992: 173 mengatakan bahwa, motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and
anticipatory goal reactions . Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Belajar menurut Cronbach Djamarah, 2002:13
berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experiences
. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.
Melihat pemaparan diatas, motivasi belajar dalam penelitian ini merupakan perubahan energi atau dorongan dari dalam diri internal maupun luar
Ari Barkah, 2013 Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu
diri eksternal individu untuk melakukan aktivitas yang dapat merubah perilaku menjadi lebih baik sebagai hasil dari pengalaman yang sudah diperoleh.
Penelitian ini berdasar pada konsep teori motivasi jenjang kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow.Setiap individu memiliki keinginan dan
harapan yang dianggap sebagai kebutuhan dalam hidupnya.Pada hakikatnya setiap individu selalu dituntut dan berkeinginan untuk melakukan hal yang lebih setelah
selesai melakukan suatu pekerjaan untuk melanjutkan pekerjaan yang lain dan mendapatkan sesuatu yang lebih baik lagi. Maslow sangat percaya bahwa perilaku
manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri,
mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi perilaku individu Djamarah,
2002:114-115. Maslow Uno, 2011 mengemukakan lima tingkatan atau hierarki
kebutuhan setiap individu, yaitu: 1 Kebutuhan Fisiologis: kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat tetap hidup, termasuk makanan, perumahan, pakaian, udara
untuk bernapas, dan sebagainya; 2 Kebutuhan Rasa Aman: setelah kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi, perhatian dapat diarahkan kepada kebutuhan
akan keselamatan. Keselamatan itu, termasuk merasa aman dari setiap jenis ancaman fisik atau kehilangan, serta merasa terjamin; 3 kebutuhan akan Cinta
Kasih atau Kebutuhan Sosial: ketika seseorang telah memuaskan kebutuhan fisiologis dan rasa aman, kepentingan berikutnya adalah hubungan antarmanusia.
Cinta kasih dan kasih sayang yang diperlukan pada tingkat ini, mungkin disadari melalui hubungan-hubungan antarpribadi yang mendalam, tetapi juga
dicerminkan dalam kebutuhan untuk menjadi bagian berbagai kelompok sosial; 4 Kebutuhan akan Penghargaan: percaya diri dan harga diri maupun kebutuhan
akan pengakuan orang lain; 5 Kebutuhan Aktualisasi Diri: kebutuhan tersebut ditempatkan paling atas pada hierarki Maslow dan berkaitan dengan keinginan
pemenuhan diri. Ketika semua kebutuhan lain sudah terpenuhi individu ingi mencapai secara penuh potensi yang dimilikinya.
Ari Barkah, 2013 Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu
Dasar teori di atas mengalami perkembangan menjadi lebih detail dalam penentuan hierarkinya. Hierarki kebutuhan Maslow terbagi atas dua bagian utama
yaitu: 1 kebutuhan dasar, berada pada hierarki paling bawah yang terdiri dari: a kebutuhan fisiologis, b kebutuhan akan rasa aman, c kebutuhan untuk dicintai,
d kebutuhan untuk dihargai; dan 2 kebutuhan tumbuh, yang berada di atas kebutuhan dasar, kebutuhan ini adalah: a kebutuhan untuk mengetahui dan
memahami, b kebutuhan keindahan, c kebutuhan aktualisasi diri. Pembagian hierarki ini semakin memperjelas tingkatan-tingkatan kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh setiap individu. Pengembangan teori ini menjadikan teori jenjang kebutuhan lebih spesifik dalam penentuan jenjang kebutuhan yang harus dipenuhi
oleh setiap individu.Selain itu, hierarki tersebut lebih memperjelas tingkatan yang dilalui oleh individu dalam pemenuhan kebutuhannya dengan pembagian antara
kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Konsep penting yang diperkenalkan oleh Maslow adalah perbedaan antara
kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh.Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang penting untuk kebutuhan fisik dan psikologis yang harus terpenuhi. Sebaliknya
kebutuhan tumbuh, sebagai misal kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu, menghargai keindahan atau menumbuhkan dan mengembangkan
apresiasi penghargaan dari orang lain belum dapat dipenuhi secara keseluruhan. Namun bila kebutuhan yang lebih dasar dapat terpenuhi oleh individu maka
semangat untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi akan meningat. Semakin banyak individu dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka akan mengetahui dan
memahami dunia di sekeliling mereka, begitupun dengan motivasi belajar mereka dapat menjadi semakin besar dan kuat. Motivasi peserta didik untuk belajar akan
menjadi dasar dalam proses belajar yang dilakukan peserta didik untuk memenuhi setiap jenjang hierarki kebutuhan yang dilaluinya untuk dapat mengaktualisasikan
diri yang diwujudkan dengan meraih prestasi belajar yang maksimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin terjadi proses
belajar. Proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik hendaklah didasarkan
Ari Barkah, 2013 Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu
pada suatu kewajiban dan motif-motif tertentu yang akan mendorong dan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan usaha-usaha
dalam proses belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapakan. Proses belajar yang dilakukan atas dasar kewajiban namun tidak memiliki motif yang
mengarahkan pada satu tujuan yang harus dicapai, akan menghasilkan proses belajar yang kurang baik bahkan cenderung seenaknya dan hasil belajar yang
kurang baik. Berbeda dengan proses belajar yang sudah menjadi kebutuhan bagi para
peserta didik. Proses belajar yang sudah menjadi kebutuhan karena didasari oleh pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri akan memberikan motivasi dan semangat
yang besar kepada individu tersebut untuk melakukan kegiatan belajar dengan baik dan sungguh-sungguh yang mengarah pada satu tujuan yang harus dicapai.
Keinginan tersebut disebabkan oleh motivasi yang ada dalam diri sendiri maupun dari lingkungan seperti dorongan orang tua, dorongan untuk meraih prestasi
belajar di kelas, bersaing untuk mendapatkan nilai sebagai hasil belajar yang memuaskan, menghadapi tuntutan dan persaingan global yang ada di lingkungan
masyarakat dan sebagainya. Menurut Surya 2003 motivasi mempunyai karakteristik: 1 sebagai hasil
dari kebutuhan, 2 terarah kepada suatu tujuan, 3 menopang perilaku. Motivasi dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan, dan penaksiran
perilaku.Motivasi muncul dalam setiap individu agar dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan yang dimulai dari yang paling dasar hingga ke tahap yang paling tinggi
dengan memenuhi setiap tingkatan kebutuhan yang dimilikinya. Setiap individu yang sudah melewati satu tingkatan kebutuhan akan memiliki motivasi untuk
melanjutkan memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi. Motivasi yang dimiliki oleh setiap individu memiki tujuan akhir pada setiap jenjang pemenuhan
kebutuhan yang akan menjadi dasar dalam perilaku keseharian dalam usaha belajar yang dilakukannya. Peserta didik yang memiliki kebutuhan tumbuh dan
tujuan yang terarah dalam hidupnya akan menunjukkan perilaku yang selaras dan motivasi yang kuat untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan mencapai tujuan
yang dia miliki dalam proses belajarnya.
Ari Barkah, 2013 Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu
Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menentukan tinggi atau rendahnya motivasi yang dimiliki
oleh peserta didik. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik adalah 1 faktor internal yang disebabkan oleh kondisi fisik,
cita-cita yang dimiliki dan kondisi psikologis peserta didik; 2 faktor lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat; dan 3 faktor lingkungan keluarga yang
dipengaruhi keharmonisan di dalam keluarga dan harapan orang tua. Berdasarkan pemaparan di atas, batasan motivasi belajar pada penelitian
ini adalah dorongan untuk mewujudkan perilaku atau aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman belajar untuk memenuhi
kebutuhan aktualisasi diri sebagai peserta didik berupa pencapaian prestasi belajar yang maksimal sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh peserta
didik. 2.
Batasan Konstektual Penelitian akan lebih terarah dan terfokus pada masalah motivasi belajar
yang dikemukakan di atas, maka peneliti memberikan batasan yaitu subjek yang diambil pada penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka
Tahun Ajaran 2012. Sampel penelitian diambil dari Kelas XI karena beberapa faktor pertimbangan sebagai berikut :
a. Secara psikologis, peserta didik kelas XI berada pada masa remaja yang
sedang mencari jati diri dan memiliki semangat untuk mencari pembelajaran dalam hidupnya.
b. Peserta didik kelas XI mulai menimba ilmu lebih terfokus pada jurusan
IPA, IPS atau Bahasa, sehingga gambaran mengenai motivasi belajar peserta didik dapat lebih heterogen berdasarkan jurusan yang ada.
c. Peserta didik kelas XI sudah memiliki pengalaman belajar sebagai hasil
dari adapasi pada saat kelas X dan telah memiliki data yang lebih lengkap seperti hasil tes intelegensi, nilai rapot kelas X, dan prestasi belajar selama
kelas X yang dapat menunjang untuk melengkapi gambaran motivasi yang dimiliki oleh peserta didik.
Ari Barkah, 2013 Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu
d. Motivasi belajar harus dimiliki oleh setiap individu sejak dini untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mencapai prestasi belajar yang optimal, sebagai pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri.
C. Definisi Operasional Variabel