BAB III KEPAILITAN DALAM KOPERASI
A. Syarat Pailit Dalam Koperasi
Istilah pailit dijumpai dalam pembendaharaan bahasa Belanda, Perancis, Latin dan Inggris. Dalam bahasa perancis istilah faillite artinya pemogokan atau
kemacetan dalam melakukan pembayaran. Orang yang mogok atau macet atau berhenti membayar utangnya disebut dengan Le faili. Di dalam bahasa belanda
dipergunakan istilah failit yang mempunyai arti ganda yaitu sebagai kata benda dan kata sifat. Pada bahasa Inggris dipergunakan istilah to fail, dan di dalam
bahasa Latin dipergunakan istilah failure.
80
Di negara-negara yang berbahasa Inggris, untuk pengertian pailit dan kepailitan dipergunakan istilah bankrupt dan bankruptcy. Terhadap perusahaan-
perusahaan debitor yang berada dalam keadaan tidak membayar utang-utangnya disebut dengan insolvensi. Pengertian kepailitan adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang peristiwa pailit.
81
R. Soekardono menyebutkan kepailitan adalah penyitaan umum atas harta kekayaan si pailit bagi kepentingan semua penagihnya. Oleh sebab itu, balai harta
peninggalanlah yang ditugaskan dengan pemeliharaan dan pemberesan boedel dari orang yang pailit. Siti Soemarti Hartono mengatakan kepailitan adalah suatu
lembaga hukum dalam hukum perdata Eropah sebagai realisasi dari dua asas
80
Sunarmi, Hukum Kepailitan, PT Sofmedia, Medan, 2010 hlm 23
81
Ibid
Universitas Sumatera Utara
pokok dalam Hukum Perdata Eropah yang tercantum dalam Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata.
82
Setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, pengertian pailit dijumpai dalam Pasal 1 angka 1 yang menyebutkan kepailitan adalah sita
umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
83
Sehubungan dengan hal mengajukan kepailitan syarat-syarat kepailitan sangatlah penting karena bila permohonan kepailitan tidak memenuhi syarat,
maka permohonan tersebut tidak akan dikabulkan oleh pengadilan niaga. Adapun syarat-syarat untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap debitor
diatur dalam Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU yaitu debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah
jatuh waktu dan dapat ditagih dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonan satu atau lebih kreditornya.
84
Sebagaimana syarat adanya dua kreditor atau lebih concursus creditorum, syarat bahwa debitor harus mempunyai minimal dua kreditor, sangat
terkait dengan filosofis lahirnya hukum kepailitan. Dengan demikian, adanya pranata hukum kepailitan, diharapkan pelunasan utang-utang debitor kepada
kreditor-kreditor dapat dilakukan secara seimbang dan adil. Setiap kreditor mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pelunasan dari harta kekayaan
debitor. Namun, debitor hanya mempunyai satu kreditor, maka seluruh harta
82
Ibid, hlm 26
83
Ibid, hlm 29
84
Jono, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008 hlm 4
Universitas Sumatera Utara
kekayaan debitor otomatis menjadi jaminan atas pelunasan utang debitor tersebut dan tidak diperlukan pembagian secara pro rata dan pari passu. Dengan
demikian, jelas bahwa debitor tidak dapat dituntut pailit, jika debitor tersebut hanya mempunyai satu kreditor.
85
Istilah kreditor juga sering kali menimbulkan multi tafsir. Apalagi di era Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998, yang tidak memberikan defenisi terhadap
kreditor. Secara umum, ada 3 macam kreditor yang dikenal dalam KUH Perdata yaitu sebagai berikut :
86
1. Kreditor Konkuren
Kreditor konkuren ini diatur dalam Pasal 1132 KUH Perdata. Kreditor konkuren adalah para kreditor dengan hak pari passu dan pro rata, artinya
para kreditor secara bersama-sama memperoleh pelunasan tanpa ada yang didahulukan yang dihitung berdasarkan pada besarnya piutang masing-
masing dibandingkan terhadap piutang mereka secara keseluruhan, terhadap seluruh harta kekayaan debitor tersebut. Dengan demikian, para kreditor
konkuren mempunyai kedudukan yang sama atas pelunasan utang dari harta debitor tanpa ada yang didahulukan.
2. Kreditor Preferen yang di istimewakan
Kreditor preferen yaitu kreditor yang oleh undang-undang, semata-mata karena sifatnya piutangnya, mendapatkan pelunasan terlebih dahulu. Kreditor
preferen merupakan kreditor yang mempunyai hak istimewa, yaitu suatu hak yang oleh Undang-Undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga
85
Ibid, hlm 5
86
Ibid, hlm 7
Universitas Sumatera Utara
tingkatnya lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya Pasal 1134 KUH Perdata.
3. Kreditor separatis
Kreditor separatis yaitu kreditor pemegang hak jaminan kebendaan in rem, yang dalam KUH Perdata disebut dengan nama gadai dan hipotek.
Sehubungan dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 undang- undang kepailitan yang lama, tidak terdapat definisi terhadap kreditor, namun
dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, sebagai pencabutan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1998 telah terdapat kepastian mengenai pengertian “kreditor”, bagian penjelasan Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU memberikan
defenisi kreditor yaitu yang dimaksud dengan kreditor dalam ayat ini adalah baik kreditor konkuren, kreditor separatis dan kreditor preferen. Khusus mengenai
kreditor separatis dan kreditor preferen, mereka dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki
terhadap harta debitor dan haknya untuk didahulukan.
87
Dalam hal persyaratan yang mengatakan harus adanya utang, dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tidak memberikan defenisi sama sekali
mengenai utang. Oleh karena itu, telah menimbulkan penafsiran yang beraneka ragam dan para hakim juga menafsirkan utang dalam pengertian yang berbeda-
beda. Kontroversi mengenai pengertian “utang”, akhirnya dapat disatuartikan dalam Pasal 1 angka 6 UUK dan PKPU, dimana utang adalah kewajiban yang
dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang
87
Ibid, hlm 8
Universitas Sumatera Utara
Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontijen, yang timbul karena perjanjian atau undang-
undang dan wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor.
88
Defenisi utang disini tidak hanya meliputi utang yang timbul dari perjanjian utang-piutang atau perjanjian pinjam-meminjam, tetapi juga utang yang
timbul karena Undang-Undang atau perjanjian yang dapat dinilai dengan sejumlah uang. Mengenai syarat bahwa harus telah jatuh waktu dan dapat ditagih
menunjukkan bahwa kreditor sudah mempunyai hak untuk menuntut debitor untuk memenuhi prestasinya. Syarat ini menunjukkan bahwa utang harus lahir
dari perikatan sempurna adanya schuld dan haftung. Dengan demikian jelas bahwa utang yang lahir dari perikatan alamiah tidak dapat dimajukan untuk
permohonan pernyataan pailit.
89
Apabila syarat-syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU diatas telah dipenuhi, maka hakim akan menyatakan bahwa debitor
pailit dan bukan dapat menyatakan pailit. Hal ini dilakukan mengingat ketentuan bahwa prosedur pembuktian yang berlaku adalah prosedur pembuktian yang
sumir Pasal 8 ayat 4 UUK dan PKPU. Dalam penjelasan Pasal 8 ayat 4 UUK dan PKPU disebutkan bahwa yang dimaksud dengan fakta atau keadaan yang
terbukti secara sederhana adalah adanya fakta dua atau lebih kreditor dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar, sedangkan perbedaan besarnya
jumlah utang yang didalilkan oleh pemohon pailit dan termohon pailit tidak
88
Ibid, hlm 9
89
Ibid, hlm 11
Universitas Sumatera Utara
menghalangi dijatuhkannya putusan pernyataan pailit.
90
B. Prosedur Permohonan Pernyataan Pailit