Akibat Hukum Pernyataan Pailit Koperasi

Sementara itu dalam hal hukum acara dan pembuktian yang dipergunakan dalam perkara kepailitan, dimana UUK dan PKPU tidak mengatur tentang hukum acara yang dipergunakan dalam perkara kepailitan. Namun Pasal 299 UUK dan PKPU secara tegas menentukan bahwa kecuali ditentukan lain dalam Undang- Undang ini , maka Hukum acara yang berlaku adalah Hukum Acara Perdata. 110 Hal ini berarti sepanjang tidak diatur secara khusus dalam UUK dan PKPU ataupun Undang-Undang Khusus yang lain, maka hukum acara yang berlaku untuk pengadilan niaga dalam menangani perkara-perkara kepailitan adalah HIR Het Herziene Indonesich Reglement untuk pengadilan niaga di Jawa dan Madura dan RBG Reglement Buiten Gewesten untuk pengadilan niaga di luar Jawa dan Madura. 111

C. Akibat Hukum Pernyataan Pailit Koperasi

Putusan pernyataan pailit membawa akibat hukum terhadap debitor. Pasal 21 UUK dan PKPU menentukan bahwa kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan, serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan 112 Dari ketentuan Pasal 21 di atas diketahui bahwa kepailitan merupakan sita umum. Dengan demikian, adanya sita umum ini hendak dihindari adanya sita perorangan. Pembentuk undang-undang memandang perlu untuk memungkinkan adanya eksekusi massal dengan cara melakukan sitaan umum atas seluruh harta kekayaan debitor untuk kepentingan semua kreditor yang bersangkutan yang 110 Ibid, hlm 81 111 Ibid, hlm 81 112 Ibid, hlm 95 Universitas Sumatera Utara dijalankan dengan pengawasan seorang hakim pengawas. Sita umum tersebut haruslah bersifat konservatoir, yaitu bersifat penyimpanan bagi kepentingan semua kreditor yang bersangkutan. 113 Para kreditor harus bertindak secara bersama-sama concursus creditorum sesuai dengan asas dalam Pasal 1132 KUH Perdata. Perlu ditekankan bahwa tujuan kepailitan itu adalah untuk membagi seluruh kekayaan debitor oleh kurator kepada semua kreditor dengan memperhatikan hak-hak mereka masing- masing. Dengan terjadinya kepailitan berlakulah “general statutory attachment” atas seluruh kekayaan debitor untuk kepentingan para kreditor. Undang-Undang kepailitan khususnya tidak membicarakan persoalan mengenai apakah debitor dapat dimintai pertanggungjawaban atas kekayaan finansialnya. UUK dan PKPU berbicara secara netral tentang kepailitan menyangkut debitor yang berada dalam keadaan berhenti membayar. 114 Dalam hal pernyataan pailit, debitor pailit demi hukum kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang dimaksudkan dalam kepailitan, terhitung sejak tanggal kepailitan itu. Kepailitan mengakibatkan seluruh kekayaan debitor serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan berada dalam sitaan umum sejak saat putusan pernyataan pailit diucapkan, kecuali: 115 1. Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitor sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang 113 Ibid 114 Ibid, hlm 96 115 Jono, Op.Cit hlm 107 Universitas Sumatera Utara dipergunakan oleh debitor dan keluarganya, dan bahan makanan untuk 30 hari bagi debitor dan keluarganya, yang terdapat ditempat itu; 2. Segala sesuatu yang diperoleh debitor dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu atau uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas; atau 3. Uang yang diberikan kepada debitor untuk memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah menurut Undang-Undang. Akibat hukum lain yang juga amat penting dari pernyataan pailit adalah bahwa untuk kepentingan harta pailit dapat dimintakan pembatalan atas segala perbuatan hukum debitor yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan kreditor, yang dilakukan sebelum pernyataan pailit ditetapkan. Pada Pasal 41 UUK dan PKPU kepailitan dinyatakan tegas bahwa untuk kepentingan harta pailit, segala perbuatan hukum debitor yang telah dinyatakan pailit, yang merugikan kepentingan kreditor, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan dapat dimintai pembatalan kepada pengadilan. 116 Debitor pailit yang pada saat dinyatakan pailit sudah terikat dalam suatu perkawinan yang sah dan adanya persatuan harta, kepailitannya juga dapat memberikan akibat hukum terhadap pasangannya suamiistri. Namun, dalam hal suami atau istri yang dinyatakan pailit, istri atau suaminya berhak mengambil kembali semua benda bergerak dan tidak bergerak yang merupakan harta bawaan dari istri atau suami dan harta yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan. 117 116 Ibid, hlm 108 117 ibid Universitas Sumatera Utara Sementara itu terhadap segala perikatan debitor yang terbit sesudah putusan pernyataan pailit tidak lagi dapat dibayar dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut menguntungkan harta pailit Pasal 25 UUK dan PKPU. Tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap kurator. Terkait dengan tuntutan tersebut diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap debitor pailit maka apabila tuntutan tersebut mengakibatkan suatu penghukuman terhadap debitor pailit, penghukuman tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap harta pailit Pasal 26 UUK dan PKPU. Akibat hukum lainnya adalah adanya hak retensi yang diatur dalam Pasal 59 UUK dan PKPU yaitu hak kreditor untuk menahan barang-barang kepunyaan debitor hingga dibayarnya satu utang tidak kehilangan hak untuk menahan barang dengan diucapkannya pernyataan pailit. Apabila kurator bermaksud untuk menebus barang-barang tersebut, maka kurator wajib melunasi utang debitor pailit tersebut terlebih dahulu. 118 118 Ibid, hlm 109 Tanggal suatu putusan mulai berlaku dihitung sejak pukul 00.00 waktu setempat. Sejak tanggal putusan pernyataan pailit tersebut diucapkan, debitor pailit demi hukum tidak mempunyai kewenangan lagi untuk menguasai dan mengurus harta kekayaannya. Akan tetapi, debitor kehilangan hak untuk mengurus dan menguasai harta kekayaannya tetapi debitor tidak kehilangan kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum sepanjang perbuatan hukum tersebut tidak mempunyai akibat hukum atas harta kekayaannya yang telah dikuasai kurator. Universitas Sumatera Utara Apabila debitor tetap melakukan perbuatan hukum yang berkaitan dengan harta pailit, maka perbuatan tersebut tidak mengikat harta pailit kecuali apabila perbuatan hukum tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta pailit. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 25 UUK dan PKPU “semua perikatan debitor pailit yang dilakukan sesudah pernyataan pailit, tidak dapat dibayar dari harta pailit, kecuali bila perikatan-perikatan tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta kekayaan itu“. 119 Perlu diperhatikan bahwa kepailitan ini hanyalah menyangkut harta kekayaan debitor pailit dan bukan hak pribadi si debitor. Debitor masih tetap memiliki hak untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan kedudukannya sebagi suami, orangtua terhadap anak-anaknya dan lain-lain hubungan pribadi antara si debitor pailit dengan keluarga dan masyarakat sekitar. 120 119 Sunarmi, Op.Cit, hlm 98 120 Ibid Keputusan pailit membawa akibat hukum terhadap seluruh harta kekayaan debitor. Kekayaan tersebut akan dikuasai oleh kurator, kuratorlah yang akan mengurus dan membereskan seluruh harta pailit. Akibat dari putusan pailit membawa konsekwensi bahwa gugatan hukum yang bersumber pada hak dan kewajiban harta kekayaan debitor pailit harus diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap debitor pailit, maka apabila tuntutan tersebut mengakibatkan penghukuman debitor pailit, maka penghukuman itu tidak mempunyai kekuatan hukum terhadap harta pailit Pasal 26 ayat 1 dan 2 UUK dan PKPU Universitas Sumatera Utara Putusan pailitnya suatu koperasi akan dapat mengubah status hukum koperasi selaku debitor menjadi tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum, menguasai dan mengurus harta kekayaannya sejak putusan pernyataan pailit diucapkan. Selain itu putusan pernyataan pailit membawa akibat hukum terhadap gugatan-gugatan yang sedang berjalan, baik dalam kapasitas debitor sebagai tergugat maupun penggugat. Akibat dari putusan pailit membawa konsekwensi bahwa gugatan-gugatan hukum yang bersumber pada hak dan kewajiban harta kekayaan koperasi yang pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator. Bila tuntutan diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap koperasi yang pailit, maka apabila tuntutan tersebut mengakibatkan penghukuman koperasi yang pailit tersebut maka penghukuman itu tidak mempunyai kekuatan hukum terhadap harta pailit . Pada hal pailitnya suatu koperasi dapat menyebabkan pembubaran dari koperasi tersebut. Pada Pasal 102 Undang-Undang Nomor UU Koperasi dijelaskan bahwa pembubaran koperasi dapat dilakukan berdasarkan : 1. Keputusan Rapat Anggota; 2. Jangka waktu berdiringa telah berakhir ; danatau 3. Keputusan Menteri. Pembubaran yang dilakukan berdasarkan keputusan menteri , pada Pasal 105 ayat 1 UU Koperasi disebutkan bahwa, Menteri dapat membubarkan koperasi apabila koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Berdasarkan pada hal tersebut diatas, apabila telah ada suatu keputusan pengadilan yang telah mempunyai ketentuan hukum yang pasti bahwa koperasi Universitas Sumatera Utara dinyatakan pailit pemerintah wajib membubarkan koperasi yang bersangkutan tanpa dapat diajukan keberatan, karena keputusan pengadilan yang telah memutus suatu kopeasi pailit memiliki kekuatan hukum yang pasti. Hal ini sejalan dengan apa yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi Oleh Pemerintah. Akan tetapi, koperasi merupakan suatu badan hukum maka atas setiap koperasi yang bubar perlu dilakukan pemberesanlikuidasi. Oleh karena itu, berdasarkan Pasal 106 ayat 4 UU Koperasi yang menyebutkan bahwa selama dalam proses penyelesaian terhadap pembubaran, koperasi tersebut tetap ada dengan status koperasi dalam penyelesaian. Berdasarkan ketentuan ini bahwa meskipun koperasi telah dinyatakan bubar berdasarkan keputusan pembubaran koperasi, tetapi koperasi tetap ada dan dapat melakukan kegiatannya sepanjang diperlukan bagi kepentingan penyelesaian pembubaran koperasi. Universitas Sumatera Utara BAB IV PERTANGGUNG JAWABAN PENGURUS KOPERASI ATAS PAILITNYA KOPERASI

A. Bentuk Pertanggungjawaban Pengurus Koperasi Atas Pailitnya Koperasi