Akibat Tidak Dilaksanakannya Pertanggung Jawaban Pengurus Koperasi Dalam Penyelesaian Pailit

melakukan pelunasan berbeda dengan tanggung jawab pidana yang harus tetap dijalani oleh pengurus yang melakukan penyimpangan dalam melaksanakan tugasnya. Tanggung jawab yang dibebankan kepada pengurus sangat erat kaitannya dengan kewajiban yang dibebankan kepada pengurus tersebut. Dan sehingga setiap pengurus harus melaksanakan segala pengelolaan yang dilaksanakannya sesuai dengan itikad baik sehingga tidak merugikan koperasi tersebut.

B. Akibat Tidak Dilaksanakannya Pertanggung Jawaban Pengurus Koperasi Dalam Penyelesaian Pailit

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya Koperasi sebagai subjek hukum yang mandiri dimana koperasi sebagai badan usaha yang berbadan hukum walaupun kedudukannya sebagai subjek hukum, tetapi bukanlah makhluk hidup seperti manusia melainkan tetap merupakan sebagai badan hukum. Koperasi kehilangan daya berfikir dan kehendaknya serta tidak mempunyai central bewustzijn karena koperasi tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum sendiri. Kemudian, dalam melaksanakan perbuatan hukum itu sendiri diberikan kewenangan kepada organ dalam pelaksanaannya. Lebih khusus lagi dalam pengelolaannya wewenang tersebut diberikan kepada pengurus koperasi tersebut. Suatu kewenangan adalah suatu hak yang diperoleh setelah memenuhi persyaratan tertentu. Suatu kewenangan tidaklah berdiri sendiri, kewenangan itu selalu berimbalan kewajiban yang merupakan tanggung jawabnya. Demikian juga kewenangan dan kecakapan pengurus koperasi juga akan selalu beriringan dengan tanggung jawabnya selaku pengurus, yang berwenang mengurus koperasi sesuai Universitas Sumatera Utara dengan maksud dan tujuan koperasi yang terdapat dalam anggaran dasar dan ketentuan yang berlaku lainnya. 130 Salah satu tugas dan kewenangan yang diberikan kepada pengurus adalah melaksanakan kebijaksanaan dan kehati-hatian sebagai mana biasanya pengusaha dalam melakukan urusan koperasi, dan dilakukan bersama-sama, dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang ditimbulkan melalui salah satu tindakan mereka yang betentangan dengan undang-undang, peraturan, anggaran dasar dan resolusi setiap rapat umum. 131 Pada Undang-Undang Koperasi Eropah Kontinental, tanggung jawab pejabat koperasi karena tindakan yang dilakukan atas nama koperasi, ditentukan secara jelas dalam Undang-Undang Koperasi. Tindakan pejabat sebagai alat perlengkapan koperasi dianggap sebagai tindakan koperasi itu sendiri, dan karenanya koperasi bertanggung jawab terhadap pihak ketiga, dan bertanggung jawab juga atas tindakan pidana atau perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pejabat itu atas nama koperasi. Di negara-negara common law, tindakan anggota pengurus atau dewan pengurus atas nama koperasi adalah tindakan wakil yang dilakukan atas nama prinsipal badan hukum. Tanggung jawab koperasi dan alat perlengkapannya terhadap pihak ketiga dikuasai oleh hukum pemberian kuasa. Kasus-kasus berikut ini dianggap luar biasa. 132 Menurut hukum pemberian kuasa, tindakan wakil atas nama prinsipal hanya mengikat prinsipal jika tindakan ini berada dalam ruang lingkup wewenang 130 Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas Keberadaan, Tugas, Wewenang dan Tanggungjawab, Ghalia Indonesia , Jakarta , 2004 hlm 61 131 Abdulkadir Muhammad, Hukum Koperasi, Alumni , Bandung, 1987 hlm 113 132 Ibid,hlm 114 Universitas Sumatera Utara sesungguhnya yang diberikan kepada wakil itu. Apabila pengurus atau dewan pengurus koperasi bertindak diluar batas wewenang ini, prinsipal koperasi tidak terikat dengan tindakan demikian itu. Namun demikian, koperasi boleh mengesahkan tindakan wakil itu pemberian kuasa dengan pengesahan. Jika tindakan intra vires koperasi, tetapi tanpa kekuasaan untuk bertindak atas nama koperasi itu tidak disahkan, pengurus atau dewan pengurus secara pribadi bertanggung jawab karena melanggar kuasa yang diberikan. 133 Pertanggung jawaban pengurus koperasi juga diatur dalam ketentuan pidana dimana dalam hal pelanggaran undang-undang, tanggung jawab orang yang bertindak atas nama koperasi dan koperasi itu sendiri ditetapkan dalam undang-undang seperti apa yang diatur didalam Pasal 64 Dekrit Koperasi Ghana 1968 yang menyebutkan “setiap koperasi, pejabat koperasi, atau anggota koperasi, atau orang lain yang bersalah karena melakukan pelanggaran dalam pasal ini bertanggung jawab atas penghukuman” 134 Oleh karena itu apabila terjadi suatu kondisi dimana pengurus tidak bertanggung jawab atas permbubaran koperasi yang disebabkan karena terjadinya kepailitan tanpa adanya alasan yang jelas dan dapat dibenarkan, maka pengurus dapat dimintai pertanggungjawaban secara paksa melalui penerapan instrumen hukum kepailitan. Berkaitan dengan kepailitan yang terjadi terhadap suatu koperasi , koperasi maupun pengurus selaku pelaksana pengelolaan kegiatan suatu koperasi yang terbukti lalai dalam melaksanakan tanggungjawab dan wewenangnya, bertanggung jawab terhadap kepailitan yang terjadi kepada 133 Ibid 134 Ibid, hlm 115 Universitas Sumatera Utara koperasi tersebut. Koperasi dan pengurus yang terbukti lalai dalam melaksanakan tanggung jawab dan wewenang nya selaku debitor bertanggung jawab terhadap pihak ketiga selaku kreditor. 135 Tahap pengurusan harta pailit adalah jangka waktu sejak Debitor dinyatakan pailit. Kurator yang ditetapkan dalam putusan pailit segera bertugas untuk melakukan pengurusan dan penguasaan boedel pailit, dibawah pengawasan hakim pengawas, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan upaya hukum baik berupa kasasi ataupun peninjauan kembali. Kurator dalam kepailitan adalah pihak yang telah ditetapkan oleh undang-undang untuk melakukan penguasaan dan pengurusan harta pailit. Pemberesan merupakan salah satu tugas yang dilakukan oleh Kurator terhadap pengurusan harta debitor pailit, dimana pemberesan baru dapat dilakukan setelah Debitor pailit benar-benar dalam keadaan tidak mampu membayar insolvensi setelah adanya putusan pernyataan pailit. Namun, dalam prakteknya, untuk pengurusan dan pemberesan harta pailit selalu ditemukan permasalahan dan hambatan-hambatan yang terjadi dilapangan. 136 Berhasil tidaknya proses pengurusan dan pemberesan harta pailit sangat ditentukan oleh peranan debitor pailit. Jika debitor kooperatif, proses akan berjalan dengan sukses, tetapi sebaliknya jika debitor tidak menunjukkan itikad baik untuk bekerja sama, proses pengurusan dan pemberesan harta pailit akan berjalan lama dan bahkan tidak bisa berhasil. Begitu pula apabila terjadi permasalahan yang ditimbulkan oleh kreditor yang tidak koperatif dan tidak menujukkan itikad baik dalam proses pemberesan harta pailit, dalam UUK dan 135 http:junetbungsu.wordpress.com20121121pemberesan-dalam-kepailitan, diakses pada tanggal 18 maret 2014, pada pukul 21.00 wib 136 Ibid Universitas Sumatera Utara PKPU dapat diberlakukan lembaga paksa badan terhadap debitor yang tidak koperatif tersebut hal ini merupakan salah satu upaya agar debitor bertanggung jawab dan memenuhi kewajibannya. Lembaga paksa badan ini diatur dalam PERMA NO 1 TAHUN 2000 yang harus diajukan bersama-sama dengan putusan pokok perkara. 137 Pemberlakuan lembaga paksa badan ini dapat diberlakukan atas usul hakim pengawas atau atas permintaan kurator atau salah satu kreditor, pengadilan dapat memerintahkan penahanan debitor pailit termasuk direktur badan hukum yang dinyatakan pailit baik di penjara maupun dirumah debitor sendiri dibawah pengawasan pejabat dari kekuasaan umum. Perintah ini dikeluarkan setelah pernyataan pailit dan dilaksanakan oleh Jaksa. Penahanan dilakukan untuk paling lama 30 hari dan setelah itu dapat diperpanjang untuk tiap-tiap kali dengan cara yang asama untuk selama-lamanya 30 hari. 138 1. Pengadilan dengan putusan pernyataan pailit atau setiap waktu setelah itu, atas usul hakim pengawas, permintaan kurator, atau atas permintaan seorang kreditor atau lebih dan setelah mendengar hakim pengawas, dapat memerintahkan supaya debitor pailit ditahan, baik ditempatkan di rumah tahanan negara maupun dirumahnya sendiri, dibawah pengawasan jaksa yang ditunjuk oleh hakim pengawas; Hal ini sejalan dengan apa yang diatur dalam Pasal 93 UUK dan PKPU yang menyebutkan: 2. Perintah penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh jaksa yang ditunjuk oleh hakim pengawas; 137 Imran Nating, Peran dan Tanggungjawab Kurator Dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 hlm 107 138 Ibid, halaman 55 Universitas Sumatera Utara 3. Masa penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berlaku paling lama 30 hari terhitung sejak penahanan dilaksanakan; 4. Pada akhir tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 3, atas usul hakim pengawas atau atas permintaan kurator atau seorang kreditor atau lebih dan setelah mendengar hakim pengawas, pengadilam dapat memperpanjang masa penahanan setiap kali untuk jangka waktu paling lama 30 hari; 5. Biaya penahanan dibebankan kepada harta pailit sebagai utang harta pailit. Dalam Pasal 95 UUK dan PKPU juga menyebutkan : Permintaan untuk menahan debitor pailit harus dikabulkan, apabila permintaan tersebut didasarkan atas alasan bahwa debitor pailit dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98, Pasal 110, Pasal 121 ayat 1 dan ayat 2 UUK dan PKPU. Sejalan dengan pasal-pasal yang di sebutkan diatas yang merupakan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitor pailit dengan itikad baik namun tidak dipenuhi oleh debitor pailit tersebut yang dapat menyebabkan dilaksanakannya penahanan, yaitu : Pasal 98 UUK dan PKPU, menyebutkan : Sejak mulai pengangkatannya, kurator harus melaksanakan semua upaya untuk mengamankan harta pailit dan menyimpan semua surat, dokumen, uang, perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya dengan memberikan tanda terima. Pasal 110 UUK dan PKPU, menyebutkan : 1. Debitor pailit wajib menghadap hakim pengawas, kurator, atau panitia kreditor apabila dipanggil untuk memberikan keterangan; Universitas Sumatera Utara 2. Dalam hal suami atau istri dinyatakan pailit, istri atau suami yang dinyatakan pailit wajib memberikan keterangan mengenai semua perbuatan yang dilakukan oleh masing-masing terhadap harta bersama. Pasal 121 ayat 1 dan ayat 2 UUK dan PKPU, menyebutkan 1. Debitor pailit wajib hadir sendiri dalam rapat pencocokan piutang, agar dapat memberikan keterangan yang diminta oleh hakim pengawas mengenai sebab musabab kepailitan dan keadaan harta pailit 2. Kreditor dapat meminta keterangan dari debitor pailit mengenai hal-hal yang dikemukakan melalui hakim pengawas. Memorie van Toelichting mengemukakan bahwa perintah penahanan sementara merupakan alat paksaan yang membawa kewajiban bagi debitor, apabila ia dengan sengaja menghindarkan diri atau apabila ia menolak memenuhi kewajiban yang diletakkan padanya untuk kepentingan para kreditor. 139 Pada pokoknya maksud penahanan sementara ini merupakan alat paksaan dengan alasan bahwa sipailit dengan sengaja tanpa sesuatu alasan yang sah, tidak memenuhi kewajiban-kewajiban yang dibebankan padanya dalam Pasal 98, Pasal 110, dan Pasal 121 UUK dan PKPU. Hal diatas mengindikasikan tidak adanya itikad baik dari debitor untuk bekerjasama dengan kurator dalam pelaksanaa pemberesan harta pailit sehingga debitor tidak memenuhi keputusan dari pengadilan niaga. 140 Oleh karena hal tersebut diatas, dalam hal pengurus koperasi tidak bertanggung jawab dalam pembubaran koperasi, maka pengurus dimaksud harus 139 Ibid, hlm 55 140 Ibid, hlm 56 Universitas Sumatera Utara dapat memberikan alasan pembenar ataupun alasan yang dapat diterima secara hukum untuk melepaskan dirinya dari tanggung jawab yang harusnya ditanggung. Namun apabila pengurus tidak dapat memberikan alasan yang dapat diterima secara hukum untuk tidak bertanggungjawab, maka pengurus tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban secara paksa dengan menggunakan instrumen hukum yang diatur dalam UUK dan PKPU bahkan yang diatur dalam instrumen hukum pidana yang nota bene memiliki kekuatan dan alat-alat pemaksa. 141 141 Muhammad Khairi, Op.Cit hlm 61 Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan