Pola Asuh Orang Tua

Syahwandri, 2013 Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Tunarungu Yang Meniliki Kepercayaan Diri Rendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu terutama orang tua yang lebih baik lagi terutama dalam menerapkan pola pengasuhan terhadap anaknya yang tunarungu.

D. Definisi Konsep

1. Pola Asuh Orang Tua

Bahri Djamarah, S 2004:27 menyebutkan bahwa, “Pola asuh adalah model kepemimpinan orang tua dalam mendidik anaknya. Model yang digunakan bermacam- macam seperti model demokratis, laisez feir ataupun otoriter”. Danny I. Yatim- Irwanto 1991:94 mengemukakan bahwa, “Pola asuh berarti pendidikan, sadangkan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”. Dari definisi yang telah dikemukakan di atas, peneliti memandang bahwa pola asuh adalah sebagai pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif. Teori yang digunakan untuk menentukan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua pada anak tunarungu ini adalah merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Baumrind, D Surbakti, 2012:7-8 menyampaikan hasil penelitiannya “…bahwa ada empat jenis pola asuh yaitu, pola asuh otoriter, demokratis, permisif, dan neglecful tidak peduli”. a. Pola Asuh Otoriter Authoritarian Tipe pengasuhan ini memiliki tuntutan yang tinggi, tidak fleksibel atau kaku, tidak responsif, mendesak anak mengikuti arahan-arahan orang tua, penerapan hukuman dan menghargai kerja keras. Orang tua pada tipe ini menempatkan kontrol-kontrol yang tegas pada anak, sangat menekankan pada kepatuhan dan mengharapkan aturan-aturan mereka dipatuhi tanpa adanya penjelasan. Biasanya mereka hanya sedikit terlibat dalam komunikasi dengan anak, tidak adanya negosiasi dan kompromi dengan anak serta tidak banyak memberikan penjelasan mengenai aturan atau tindakan orang tua. Desmita 2010:56-57 menjelaskan mengenai pola asuh otoriter ini. Meurut beliau, Pola pengasuhan otoriter adalah suatu pola pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah perintah orang tua. Orang tua yang otoriter menetapkan batasan batasan yang tegas dan tidak memberikan peluang yang besar bagi anak untuk mengemukakan Syahwandri, 2013 Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Tunarungu Yang Meniliki Kepercayaan Diri Rendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pendapat. Orang tua yang otoriter juga bersikap sewenang-wenang dan tidak bersikap demokratis dalam membuat keputusan, memaksakan peran- peran atau pandangan kepada anak atas dasar kemampuan dan kekuasaan sendiri, serta kurang menghargai pemikiran dan perasaan mereka. Anak dari orang tua yang otoriter cenderung bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa canggung berhubungan dengan teman sebaya, canggung menyesuaikan diri pada masa awal masuk sekolah dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibanding dengan anak-anak yang lain. Indikator-indikator pola asuh otoriter ini antara lain : 1 Tuntutan yang tinggi dalam aspek sosial, intelektual, emosi dan kemandirian. 2 Adanya batasan yang tegas dan tidak memberikan peluang yang besar bagi anak untuk mengemukakan pendapatnya. 3 Orang tua bersikap sewenang-wenang dalam membuat keputusan, memaksakan peran-peran dan kehendak kepada anak tanpa mempertimbangkan kemampuan anak. 4 Orang tua tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk membuat keputusan sendiri. 5 Aspek respon dan menerima orang tua yang rendah kepada anak namun kontrol tinggi 6 Orang tua mudah untuk memberikan hukuman baik secara verbal atau non verbal. 7 Orang tua kurang menghargai pemikiran dan perasaan anak. b. Pola Asuh Permisif Permisive Pada pola asuh permisif ini, orang tua justru merasa tidak peduli dan cendrung memberi kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anaknya. Orangtua seringkali menyetujui terhadap semua dengan tuntutan dan kehendak anaknya. Semua kehidupan keluarga seolah-olah ditentukan oleh kemauan dan keinginan anak. Jadi anak disini merupakan sentral dari segala aturan dalam keluarga. Dengan demikian orang tua tidak mempunyai kewibawaan. Akibatnya segala pemikiran, pendapat maupun pertimbangan orang tua cendrung tidak pernah diperhatikan oleh anak. Razak Noe’man, R, 2012:35 memperjelas pengertian dari pola asuh permisif ini. Menurut beliau, Pola asuh permisif adalah pengasuhan yang lebih mengedepankan kasih sayang, tetapi tidak memberikan batasan berupa tuntutan. Orang tua yang permisif, biasanya toleran, lembut, dan tidak menuntut anak untuk beperilaku matang, mandiri atau bertanggung jawab. Mereka lebih suka menghindari Syahwandri, 2013 Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Tunarungu Yang Meniliki Kepercayaan Diri Rendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu konfrontasi dengan anak dan membiarkan anak melakukan semua hal yang disukainya. Indikator-indikator pola asuh permisif adalah : 1 Kasih sayang yang berlebihan sehingga orang tua mengikuti segala keinginan dan kemauan anak tanpa ada batasan. 2 Aspek respon dan menerima tinggi kepada anak. 3 Tuntutan dan kontrol yang rendah dari orang tua kepada anak. 4 Orang tua sangat toleran kepada anak. 5 Tidak menuntut anak untuk berperilaku matang, mandiri dan bertanggung jawab. c. Pola Asuh Demokratis Authoritative Pola demokratis yaitu setiap aturan dan tindakan orang tua selalu disertai penjelasan dan respons yang baik terhadap pendapat anak. Orang tua juga terlibat dalam pemecahan masalah anak. Dalam menerapkan kedisiplinan, orang tua yang demokratis akan bersikap suportif, artinya ketika anak tidak mematuhi aturan orang tua dan mampu menjelaskan alasannya, orang tua bersedia mendengar dan memahami. Kendati demikian, aturan tetap dilaksanakan secara konsisten. Orang tua demokratis menyadari bahwa mengembangkan sikap tanggung jawab, kemandirian dan respek merupakan sebuah proses yang harus dilalui secara bertahap. Selain itu, orang tua tipe ini juga menghargai emosi dan membantu anak untuk mengekspresikan emosinya secara tepat. Mereka juga membatu anak untuk mengembangkan keyakinan-k eyakinan dirinya yang positif. Razak Noe’man, R, 2012:34 menyatakan bahwa, Pola asuh demokratis adalah pengasuhan yang memberikan tuntutan kepada anak sekaligus responsif terhadap kemauan dan kehendak anak. Orang yang demokratis akan bersikap asertif, yaitu membiarkan anak untuk memilih apa yang menurutnya baik, mendorong anak untuk bertanggung jawab atas pilihannya, tetapi masih menetapkan standar dan batasan yang jelas pada anak serta selalu mengawasinya. Mereka pun terlibat dalam komunikasi yang intensif dan dan hangat serta responsif terhadap kebutuhan anak. Komunikasi yang hangat dan terbuka memungkinkan adanya diskusi. Indikator-indikator pola asuh demokratis berdasarkan teori yang telah dikemukakan sebelumnya antara lain sebagai berikut : 1 Orang tua memberikan tuntutan kepada anak sekaligus responsive terhadap kemauan dan kehendak anak. Syahwandri, 2013 Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Tunarungu Yang Meniliki Kepercayaan Diri Rendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2 Orang tua bersikap asertif yaitu membiarka anak untuk memilih apa yang menurutnya baik, mendorong anak untuk bertanggung jawab atas pilihannya, tetapi menetapkan stnadar dan batasan yang jelas serta selalu mengawasinya. 3 Terjalinnya komunikasi yang intensif dan hangat bersama anak. 4 Komunikasi yang terbuka dan memungkinkan adanya diskusi antara orang tua dengan anak. 5 Orang tua bersikap responsive terhadap kebutuhan anak. 6 Orang tua menghargai emosi dan membantu anak untuk mengekspresikan emosinya secara tepat. 7 Orang tua membantu anak untuk mengembangkan keyakinan dirinya yang positif. d. Pola Asuh Neglecful Dalam pola asuh ini, anak-anak pun tumbuh tanpa bimbingan orang tua. Bahkan, pada kasus ekstrim, ada orang tua yang cenderung mengabaikan anak karena sibuk mengurusi kepentingan sendiri. Biasanya orang tua seperti ini sudah merasa puas dengan melimpahi materi kepada anak atau memasukkan anak ke sekolah-sekolah mahal. Akibatnya, anak akan merasa dirinya tidak berharga.. mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang memiliki kompetensi sosial, kurang dapat mengontrol diri, serta tidak mandiri. Razak Noe’man, R, 2012:36 menjelaskan bahwa, Pola asuh ini juga disebut dengan pola asuh abai atau tidak peduli. Dalam pengasuhannya pola asuh ini menerapkan kasih sayang dan tuntutan yang sangat rendah terhadap anak. Kemungkinan cara pengasuhan ini diakibatkan oleh kurangnya waktu. Banyak orang tua yang bekerja dari pagi sampai malam, sementara anak diasuh oleh baby sitter. Indikator pola asuh neglectful jika ditinjau dari teori yang telah dikemukakan sebelumnya antara lain sebgai berikut : 1 Orang tua memilki tuntutan dan kasih sayang yang sangat rendah kepada anak. 2 Seringkali anak tumbuh tanpa bimbingan orang tua karena minimnya waktu yang dimiliki bersama anak. 3 Orang tua cendrung mencukupi kebutuhan fisik anak dan mengabaikan kebutuhan yang berupa non fisik seperti kasih sayang kepada anak. Untuk menentukannya kecendrungan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada anak, maka harus ditentukan dahulu aspek aspek yang terdapat pada prilaku- perilakuyang diterapkan oleh orang tua kepada setiap anak. Salah satu pendekatan Syahwandri, 2013 Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Tunarungu Yang Meniliki Kepercayaan Diri Rendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang sering dipilih merujuk pada pendapat ahli yang dikemukakan oleh Diana Beumrind Surbakti, 2010:3-6 yang mengemukakan empat aspek atau dimensi perilaku orang tua terhadap anak-anaknya. Dari keempat dimensi ini nantinya dapat dilihat kecendrungan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Apakah termasuk pola asuh otoriter, demokratis, permisif ataupun neglecful. Empat aspek atau dimensi perilaku tersebut yaitu : a Aspek Tuntutan Demandingness Dimensi ini menggambarkan bagaimana standar yang ditetapkan oleh orang tua kepada anak. Apakah orang tua menuntut terlalu tinggi di atas kemampuan anak ataukah justru orang tua tidak menetapkan bagaimana anaknya harus berperilaku. Masing-masing orang tua memiliki tuntutan yang berbeda antar satu dengan yang lainnya. b Aspek Control Controll Dimensi ini menunjukkan pada tinggi atau rendahnya upaya orang tua dalam menerapkan kedisiplinan pada anak sesuai dengan patokan tingkah laku yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan yang bersifat mengontrol adalah tindakan dimana orang tua merubah ekspresi anak yang dependent, agresif, dan senang bermain atau membuat anak mengikuti standar orang tua yang telah ditetapkan. c Aspek Respon Responsiveness Dimensi ini mengukur bagaimana orang tua merespon pada anaknya. Orang tua menggunakan penalaran untuk mencapai sesuatu dari anak dan berusaha memecahkan masalah anak melalui musyawarah. Orang tua dapat menunjukan kasih sayang dengan tindakan dan sikapnya yang memperhatikan kesejahteraan fisik dan mental emosional anak dan dapat menunjukkan kebanggaan serta kebahagiaan atas keberhasilan anak. Rentang perhatian yang diberikan orang tua berkisar antara : orang tua yang sangat tanggap terhadap kebutuhan anak, sehingga orang tua tidak tahu kebutuhan anaknya secara pasti. d Aspek Penerimaan Accepting Dimensi ini ditujukan untuk mengukur kesadaran orang tua untuk mendengarkan atau menampung pendapat, keinginan atau keluhan anak, dan kesadaran orang tua dalam memberikan hukuman kepada anak apabila diperlukan. Dari keempat perlakuan dari perlakuan orang tua kepada anak di atas, ternyata memiliki kaitannya dengan keempat jenis pola asuh. Syahwandri, 2013 Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Tunarungu Yang Meniliki Kepercayaan Diri Rendah