penting dilakukan sebab pada umumnya seluruh perusahaan otobus akan memberangkatkan busnya pada sore hingga malam hari.
6.1. Strategi Sistem Ceking
Sistem ceking adalah adalah salah satu aturan yang dibuat perusahaan yang bertujuan untuk mengetahui jumlah penumpang yang dibawa oleh tiap-tiap
bus dalam satu kali pembrangkatan. Pada saat bus berangkat dari kota tujuan pastinya akan membawa surat jalan yang dikeluarkan dari kantor, surat jalan
tersebut berisi jumlah dan daftar nama-nama penumpang yang membeli tiket secara resmi. Namun di dalam perjalanan juga dilakukan ceking untuk mendata
berapa jumlah penumpang yang naik di jalan. Apabila terdapat penumpang yang yang naik di jalan, maka jumlahnya akan ditulis oleh petugas ceking pada surat
jalan yang dibawa. Selanjutnya saat tiba kembali di Medan, cincu wajib menyetorkan ongkos tersebut kepada perusahaan.
Ada dua lokasi ceking yang berada disepanjang jalan lintas Medan – Riau, lokasi yang pertama berada di daerah Simpang Kawat Kabupaten Asahan,
sedangkan lokasi yang kedua berada di daerah Balam Kabupaten Rokan Hilir. Kedua lokasi ceking ini didirikan agar dalam melakukan pengecekan juga
diketahui dari mana asal penumpang tersebut naik, sehingga dapat ditentukan berapa tarif atau ongkos yang wajib disetorkan nantinya. Misalkan jika bus
berangkat dari Kota Medan maka lokasi pengecekan yang pertama berada di Simpang Kawat, dilokasi ini akan mengecek penumpang-penumpang yang naik
dari daerah Tanjung Morawa hingga ke daerah Kisaran. Sedangkan dilokasi kedua
Universitas Sumatera Utara
di daerah Balam akan mengecek penumpang yang naik dari daerah Aeknabara hingga ke daerah Baganbatu.
Dari informasi yang disampaikan pihak manajemen, sistem ceking ini dilakukan agar sistem pembukuan keuangan jelas terkait berapa pemasukan dan
berapa pengeluaran pada masing-masing bus. Semua keterangan tentang jumlah pemasukan dan pengeluaran termasuk gaji supir dan kernet bus yang tercantum
dalam surat jalan akan disalin ulang kedalam buku laporan pada saat bus kembali ke Kota Medan. Maka tidak heran ketika memasuki ruangan direksi akan terlihat
banyak tumpukan buku laporan yang berjumlah kira-kira 80 buah buku sesuai dengan jumlah armada bus CV. Makmur yang beroperasi reguler setiap harinya.
Menyangkut masalah ini, sebenarnya sistem ceking ini dibuat juga berkaitan dengan penggajian para supir dan kernet bus yang tidak lagi memakai
sistem setoran. Sebab jika menggunakan sistem setoran perusahaan tidak akan perlu mengecek berapa jumlah penumpang yang naik dijalan, karena ada atau
tidak adanya penumpang yang naik dijalan cincu wajib menyetorkan setoran sesuai dengan ketetapan dari perusahaan biasanya setoran dilakuakan sebulan
sekali atau seminggu sekali. Sisa dari setoran tersebutlah yang menjadi gaji dari supir dan kernet bus. Sehingga para supir dan kernet bus dari perusahaan yang
memakai sistem ini tidak bisa menetapkan berapa pendapatan yang diperolehnya dalam sebulan, sebab semuanya tergantung kondisi penumpang, apabila
penumpang sepi maka gaji yang mereka dapat juga sedikit atau bahakan cincu harus menambahi uangnya sendiri untuk menutupi setoran, namun apabila
penumpang ramai maka gaji mereka bisa melebih gaji dari para supir dari
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang menggunakan sistem ceking. Tetapi jika menggunakan sistem ceking, penggajian supir dan kernet bus digaji langsung oleh perusahaan setibanya
kembali di Kota Medan. Cincu tidak lagi dibebankan dengan jumlah uang yang harus disetorankan, hanya saja ia harus menyetorkan setoran sesuai dengan jumlah
penumpang yang telah di ceking. Informasi diatas saya dapatkan melalui sorang kernet bus bang Sitohang
yang sudah bekerja sebagai kernet bus Makmur sejak tahun 2000. Ia juga menceritakan pada tahun 2011 ia pernah keluar dari Makmur dan menjadi supir
dua di persusahaan lain tapi hanya bertahan tiga bulan, dan selama tiga bulan itupun pendapatan yang di dapatnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, sehingga hanya berselang tiga bulan akhirnya ia kembali lagi bekerja untuk CV. Makmur. Alasan utama yang dijelaskannya adalah masalah
pendapatan, sebab menjadi sorang kernet di CV. Makmur bisa mendapatakn gaji rata-rata tiga juta rupiah sebulan, sedangkan menjadi supir dua di perusahaan lain
pendapatannya tidak tetap bahkan bisa kurang dari tiga juta rupiah. Itulah sebabnya ia memutuskan kembali bekerja sebagai kernet di CV. Makmur.
Berikut akan disampaikan tentang pendapatan atau gaji yang diterima masing-masing karyawan di CV. Makmur. Untuk karyawan kantor misalnya
pegawai administrasi dan satpam digaji sesuai dengan tingakt pendidikan 2 juta – 2,5 juta rupiah bulan. Sedangkan untuk petugas lapangan di loket 1,5 – 2 juta
rupiah bulan, tetapi gaji tersebut belum termasuk pendapatan sampingan yang sering diterima petugas lapangan di loket.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan untuk pendapatan para supir dan kernet bus akan dijelaskan sebagai berikut: Cincu yang menjadi penanggung jawab atas bus dan masalah
keuangan diberi uang jalan sebesar 2,4 juta rupiah saat pertama kali berangkat dari Kota Medan. Uang tersebut akan dihabiskan untuk:
Pembelian minyak solar tergantung cara supir mengendarai, jika supir terus mengendarai dengan kecepatan tinggi maka
uang yang dihabiskan bisa lebih dari 1,8 jutatrip. = 1,8 juta rupiah Uang cuci 100 ribu cuci
= 200 ribu rupiah Sisa pengeluaran dikurang uang jalan 2,4 juta rupiah
= 400 ribu rupiah
Sisa uang jalan tersebut tidak pasti berjumlah emapt ratus ribu rupiah, karena bisa saja lebih akibat pengeluaran uang untuk membeli minyak yang berlebihyang bisa
menjadi 2 juta rupiah dalam satu trip perjalanan pergi-pulang. Setelah kembali ke Medan maka cincu akan diberikan gaji sebesar tujuh ratus ribu rupiah untuk
satu kali trip perjalanan. Maka pendapatan tersebut akan dibagi dengan rincian sebagai berikut:
Sisa uang jalan tergantung, jika ada = 400 ribu rupiah
Gaji trip = 700 ribu rupiah
Jumlah = 1,1 juta rupiah
1,1 juta rupiah inilah gaji untuk dua orang supir dan dua orang kernet dalam satu kali trip perjalanan pergi-pulang. Untuk masalah pembagiannya
tergantung kepada masing-masing cincu bagaimana cara ia membagikan penghasilan tersebut yang pada dasarnya gaji untuk cincu pasti lebih besar
dibandingkan gaji untuk supir 2 dan kernet karena masalah tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan perusahaan. Namun perlu diketahui apabila terjadi
Universitas Sumatera Utara
kecelakaan maka yang lebihbesar tanggung jawabnya atas kerusakan yang terjadi adalah cincu.
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara khusus strategi ini bertujuan untuk mengatur sistem keuangan yang jelas pada
masing-masing armada bus. Dengan adanya sistem ini, yang juga berperan sebagai alat kontrol membuat suasana atau proses bekerja yang teratur bagi supir
dan kernet bus, sebab mereka tidak terlalu perlu memikirkan masalah gaji yang pada akhirnya akan membuat supir dan kernet justru sibuk bersaing untuk mencari
penumpang dijalan.
6.2. Strategi Jadwal Keberangkatan.